Mohon tunggu...
nico
nico Mohon Tunggu... Mahasiswa - writer

Fresh graduate yang memiliki ambisi untuk sukses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Transformasi Pertanian di Kecamatan Kurau: Potensi dan Tantangan Komoditas Unggulan

23 September 2024   01:12 Diperbarui: 23 September 2024   01:16 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Kurau (Dokpri)

1. Pendahuluan

Pertanian merupakan sektor vital bagi perekonomian di Kecamatan Kurau, yang dikenal dengan potensi pertanian yang melimpah. Dalam beberapa tahun terakhir, transformasi pertanian di daerah ini menjadi perhatian utama, terutama terkait status komoditas unggulan yang dapat mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Christyanto & Mayulu, 2021). 

Data menunjukkan bahwa komoditas seperti cabai rawit dan tomat telah berkembang menjadi komoditas basis sejak 2021, mencerminkan kemampuan produksi yang kuat dan permintaan pasar yang tinggi (Wardani dkk, 2023). Namun, meskipun terdapat beberapa komoditas unggulan, tantangan tetap ada, seperti minimnya diversifikasi produk dan ketergantungan pada beberapa jenis tanaman. Hal ini mengindikasikan perlunya strategi pengembangan yang lebih komprehensif agar potensi pertanian dapat dimanfaatkan secara maksimal (Zainal dkk, 2023). 

Selain itu, kondisi geografis dan iklim Kecamatan Kurau juga memberikan peluang untuk pengembangan berbagai jenis tanaman. Meskipun demikian, tantangan seperti fluktuasi harga dan perubahan iklim menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Untuk itu, pengelolaan sumber daya pertanian yang lebih baik dan dukungan bagi para petani menjadi kunci untuk menghadapi berbagai rintangan. 

Dengan meningkatkan kapasitas produksi dan diversifikasi komoditas, Kecamatan Kurau dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam pengembangan sektor pertanian yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi dan tantangan yang dihadapi dalam transformasi pertanian di Kecamatan Kurau, serta memberikan rekomendasi untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan sektor pertanian di masa depan (Marlida & Kisworo, 2024). Dengan memahami dinamika ini, diharapkan dapat tercipta solusi yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. 

2. Metodologi Penelitian 

Metode penelitian ini mengutamakan pengambilan data lapangan sebagai pendekatan utama untuk memperoleh informasi yang akurat dan relevan mengenai transformasi pertanian di Kecamatan Kurau. Langkah pertama dalam proses penelitian ini adalah melakukan survei di beberapa desa di Kecamatan Kurau, di mana peneliti akan mengidentifikasi lokasi-lokasi strategis yang memiliki potensi komoditas unggulan, seperti cabai rawit dan tomat. Peneliti akan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive, yaitu memilih petani dan pemangku kepentingan yang memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang praktik pertanian di wilayah tersebut. 

Data akan dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan petani, kelompok tani, serta pihak terkait lainnya, seperti dinas pertanian setempat. Wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai metode budidaya, tantangan yang dihadapi, dan persepsi mereka terhadap perubahan yang terjadi dalam sektor pertanian. Selain wawancara, peneliti juga akan mengamati langsung kondisi lahan, teknik pertanian yang digunakan, serta hasil panen dari komoditas yang diteliti. Observasi ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai praktik pertanian yang berlangsung dan efektivitasnya dalam meningkatkan produktivitas. 

Data yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif untuk mengidentifikasi pola dan tema yang muncul. Peneliti juga akan menggabungkan data sekunder, seperti statistik produksi dan informasi dari laporan pemerintah daerah, untuk mendukung temuan dari lapangan. Melalui metode ini, diharapkan penelitian dapat memberikan gambaran komprehensif tentang potensi dan tantangan yang dihadapi dalam transformasi pertanian di Kecamatan Kurau, serta merekomendasikan langkah-langkah strategis untuk pengembangan sektor pertanian yang lebih berkelanjutan. 

Location Quotient (LQ) adalah metode yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi suatu sektor atau komoditas di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah yang lebih besar (nasional atau provinsi). Analisis LQ memberikan gambaran apakah suatu komoditas merupakan basis atau non-basis di suatu daerah. Komoditas basis menunjukkan keunggulan komparatif dan kontribusi yang lebih besar terhadap ekonomi daerah, sedangkan komoditas nonbasis memiliki kontribusi yang relatif kecil. Jika nilai LQ lebih dari 1, berarti komoditas tersebut menjadi basis atau unggulan di daerah tersebut. Sebaliknya, nilai LQ kurang dari 1 menunjukkan bahwa komoditas tersebut merupakan non-basis atau belum unggul.

3. Hasil Dan Pembahasan 

Tabel 1. Status Komoditas Pertanian di Kecamatan Kurau (2019-2020) (Dokpri)
Tabel 1. Status Komoditas Pertanian di Kecamatan Kurau (2019-2020) (Dokpri)
Tabel 1 menunjukkan bahwa di Kecamatan Kurau, cabai merupakan satu-satunya komoditas yang tergolong basis selama tahun 2019 dan 2020, mencerminkan potensi produksinya yang signifikan. Sementara itu, komoditas lainnya, seperti bawang merah, kentang, kubis, petsai, tomat, dan bawang putih, tetap berstatus non-basis selama dua tahun tersebut. Hal ini menunjukkan keterbatasan dalam diversifikasi produk pertanian di Kecamatan Kurau, yang menandakan perlunya strategi untuk mengembangkan komoditas non-basis agar dapat meningkatkan potensi ekonomi dan ketahanan pangan daerah.

Tabel 2. Status Komoditas Pertanian di Kecamatan Kurau (2021-2023) (Dokpri)
Tabel 2. Status Komoditas Pertanian di Kecamatan Kurau (2021-2023) (Dokpri)
Kecamatan Kurau menunjukkan perkembangan komoditas pertanian yang konsisten dalam tiga tahun terakhir. Cabai rawit dan tomat tercatat sebagai komoditas basis sejak 2021 hingga 2023, menandakan potensi produksi yang kuat. Sementara itu, komoditas lainnya, termasuk bawang merah, cabai besar, kentang, kubis, bawang putih, semangka, dan terung, tetap berstatus non-basis selama tiga tahun tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa komoditas unggulan, Kecamatan Kurau masih memiliki ruang untuk pengembangan potensi pertanian lainnya. Fokus pada peningkatan produksi cabai rawit dan tomat dapat menjadi strategi untuk memperkuat sektor pertanian di kecamatan ini.

X = Kgram 365 Jpenduduk

Dimana:

Kgram = Konsumsi rata-rata per kapita komoditas (dalam gram)

365 = Hari dalam setahun

penduduk = Jumlah penduduk di kecamatan tersebut

Maka,

X = 5036514.337 = 261.155.250 gram = 261,16 ton

Analisis LQ di Kecamatan Kurau menunjukkan bahwa Cabai Rawit dan Tomat merupakan komoditas basis yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Komoditas lain masih termasuk non-basis, dan memerlukan upaya lebih lanjut dalam peningkatan produktivitas agar bisa bersaing dan mendukung perekonomian daerah secara lebih luas. Kombinasi antara LQ dan perhitungan kebutuhan penduduk dapat membantu pemerintah dan pihak terkait dalam merencanakan strategi pengelolaan komoditas pertanian.

Gambar 1. Analisis Produksi Pertanian di Kecamatan Kurau Tahun 2019 (Dokpri)
Gambar 1. Analisis Produksi Pertanian di Kecamatan Kurau Tahun 2019 (Dokpri)

Grafik menunjukkan produksi komoditas pertanian di Kecamatan Kurau dan sekitarnya pada tahun 2019, dengan total produksi mencapai 26.572. Data ini mengindikasikan bahwa cabai merupakan komoditas paling dominan, dengan produksi mencapai 18.439. Angka ini mencerminkan tingginya permintaan pasar terhadap cabai, yang menjadikannya tanaman unggulan di kawasan ini. Kecamatan Kurau, khususnya, berhasil memproduksi cabai hingga 7.539, menunjukkan potensi besar dalam sektor pertanian, terutama cabai.

Selain cabai, produksi bawang merah juga tercatat, meskipun angkanya relatif kecil dengan total 714. Desa Batu Ampar menunjukkan hasil yang cukup baik dengan 250 bawang merah, namun komoditas lainnya seperti kentang, kubis, dan bawang putih tidak tercatat sama sekali, menandakan ketergantungan yang tinggi pada beberapa jenis tanaman. Hal ini menunjukkan perlunya diversifikasi dalam praktik pertanian agar ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat dapat terjamin.

Desa Bumi Makmur tidak mencatatkan produksi sama sekali, yang dapat menjadi perhatian serius dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah tersebut. Selain itu, desa lain seperti Panyipatan dan Takisung menunjukkan angka yang bervariasi, tetapi masih kalah jika dibandingkan dengan potensi cabai yang sangat besar. Produksi tomat di seluruh kecamatan mencapai 2.978, menandakan bahwa meskipun tidak sepopuler cabai, tomat tetap memberikan kontribusi signifikan terhadap total produksi.

Secara keseluruhan, grafik ini menggambarkan potensi besar dalam sektor pertanian di Kecamatan Kurau. Namun, perlu ada upaya yang lebih strategis untuk mendiversifikasi komoditas yang diproduksi agar tidak tergantung pada satu jenis tanaman. Pengembangan praktik pertanian yang lebih berkelanjutan dan pelatihan untuk petani dapat membantu meningkatkan hasil produksi, serta mendukung perekonomian lokal secara lebih efektif.

Gambar 2. Analisis Produksi Pertanian di Kecamatan Kurau Tahun 2020 (Dokpri)
Gambar 2. Analisis Produksi Pertanian di Kecamatan Kurau Tahun 2020 (Dokpri)

Grafik menunjukkan produksi komoditas pertanian di Kecamatan Kurau dan sekitarnya pada tahun 2020, dengan total produksi mencapai 28.215. Dari data yang tercatat, cabai menjadi komoditas utama dengan angka yang sangat signifikan, yaitu 21.105. Hal ini menunjukkan bahwa cabai memiliki peran sentral dalam pertanian daerah ini, kemungkinan disebabkan oleh tingginya permintaan pasar dan keberhasilan petani dalam budidaya tanaman tersebut. Kecamatan Kurau, khususnya, menunjukkan kapasitas produksi cabai yang luar biasa, mencapai 10.367, menegaskan posisinya sebagai salah satu penghasil cabai terkemuka di wilayah tersebut.

Sementara itu, meskipun beberapa desa seperti Panyipatan dan Takisung mencatat produksi yang bervariasi, sebagian besar komoditas lainnya seperti bawang merah, kentang, kubis, dan bawang putih tidak memberikan kontribusi berarti, dengan angka nol pada banyak kategori. Hal ini mengindikasikan kurangnya diversifikasi dalam pertanian di wilayah ini, serta potensi yang belum dimanfaatkan dari beberapa jenis tanaman lain. Desa Bumi Makmur bahkan tidak mencatatkan produksi sama sekali, yang menunjukkan perlunya analisis lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pertanian di desa tersebut.

Produksi tomat, meskipun tidak setinggi cabai, tetap memiliki kontribusi yang signifikan, dengan total 2.193. Ini menandakan bahwa tomat juga dapat menjadi komoditas yang menarik untuk dikembangkan lebih lanjut. Grafis ini mencerminkan potensi besar dalam meningkatkan hasil pertanian, terutama melalui diversifikasi komoditas dan peningkatan praktik pertanian yang lebih efisien. Intervensi dalam bentuk pelatihan bagi petani serta dukungan dalam akses pasar akan sangat penting untuk mengoptimalkan produksi dan kesejahteraan petani di Kecamatan Kurau. Secara keseluruhan, analisis ini menunjukkan bahwa fokus pada pengembangan pertanian yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk meningkatkan ekonomi lokal dan memastikan keberlanjutan sumber pangan di masa depan.

Gambar 3. Analisis Produksi Pertanian di Kecamatan Kurau Tahun 2021 (Dokpri)
Gambar 3. Analisis Produksi Pertanian di Kecamatan Kurau Tahun 2021 (Dokpri)

Grafik menunjukkan distribusi produksi komoditas pertanian di Kecamatan Kurau dan sekitarnya pada tahun 2021. Dari data tersebut, terlihat bahwa cabai rawit mendominasi produksi dengan angka yang signifikan, mencapai 7.336. Hal ini menunjukkan bahwa cabai rawit menjadi komoditas unggulan di wilayah ini, kemungkinan karena tingginya permintaan pasar dan kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman ini. Selain itu, tomat juga berkontribusi besar dengan total produksi mencapai 1.232, mencerminkan pentingnya komoditas ini dalam memenuhi kebutuhan konsumsi lokal.

Desa Panyipatan dan Takisung menunjukkan potensi yang baik dalam produksi cabai besar, masing-masing dengan 763 dan 660. Desa Batu Ampar juga menonjol dengan produksi cabai besar yang mencapai 1.440, yang menunjukkan bahwa daerah ini memiliki kondisi yang mendukung untuk pertumbuhan cabai. Namun, banyak desa yang tidak menghasilkan beberapa komoditas, seperti cabai keriting dan kubis, yang tercatat dengan angka nol. Ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan keragaman produk pertanian di wilayah tersebut.

Total produksi untuk tahun 2021 mencapai 49.821, yang menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun terdapat beberapa komoditas dengan kontribusi rendah, fokus pada pengembangan cabai rawit dan tomat dapat memberikan peluang bagi petani untuk meningkatkan pendapatan. Grafik ini juga mencerminkan perlunya intervensi dalam bentuk pelatihan dan dukungan teknis bagi petani, agar mereka dapat mengoptimalkan hasil panen dan mengatasi tantangan yang ada, seperti fluktuasi harga dan perubahan iklim. Dengan demikian, pengelolaan yang baik terhadap potensi pertanian di Kecamatan Kurau sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat serta memastikan keberlanjutan produksi pertanian di masa mendatang.

Gambar 4. Analisis Produksi Pertanian di Kecamatan Kurau Tahun 2022 (Dokpri)
Gambar 4. Analisis Produksi Pertanian di Kecamatan Kurau Tahun 2022 (Dokpri)

Grafik menunjukkan distribusi produksi berbagai komoditas pertanian di Kecamatan Kurau dan sekitarnya pada tahun 2022. Dari data yang tercantum, terlihat bahwa cabai rawit menjadi komoditas dominan dengan produksi yang mencapai 9.794, yang mencerminkan potensi pertanian yang kuat dalam kategori ini. Selain itu, tomat juga menunjukkan kontribusi signifikan dengan total produksi 1.468. Sementara itu, desa-desa lain seperti Panyipatan, Takisung, dan Batu Ampar menyumbang produksi cabai besar dan cabai keriting dengan jumlah yang bervariasi. Panyipatan dan Takisung masing-masing mencatatkan 535 dan 500 untuk cabai besar, sedangkan Batu Ampar menyuplai 730 untuk cabai keriting.

Desa Bumi Makmur menjadi satu-satunya desa yang tidak menghasilkan komoditas selain cabai rawit, mencerminkan keterbatasan dalam sektor pertanian di daerah tersebut. Total produksi seluruh komoditas mencapai 47.343, menunjukkan adanya potensi yang besar untuk meningkatkan sektor pertanian di Kecamatan Kurau. Meskipun ada beberapa komoditas dengan kontribusi rendah, fokus pada pengembangan cabai rawit dan tomat dapat menjadi strategi untuk meningkatkan produktivitas. Data ini memberikan gambaran yang jelas tentang tantangan dan peluang yang ada dalam pengelolaan sumber daya pertanian, serta perlunya penguatan dukungan bagi para petani untuk meningkatkan hasil produksi dan kesejahteraan ekonomi mereka.

Gambar 5. Analisis Produksi Pertanian di Kecamatan Kurau Tahun 2023 (Dokpri)
Gambar 5. Analisis Produksi Pertanian di Kecamatan Kurau Tahun 2023 (Dokpri)

Berdasarkan data yang disajikan, terlihat variasi produksi beberapa komoditas pertanian di berbagai wilayah. Misalnya, Kecamatan Panyipatan mencatatkan jumlah produksi tertinggi untuk cabai rawit, mencapai 1.477 kg, serta bawang merah dengan 185 kg. Kecamatan Pelaihari juga menunjukkan angka signifikan, terutama untuk cabai besar (850 kg) dan cabai rawit (4.239 kg). Sementara itu, Kecamatan Bumi Makmur tidak mencatatkan produksi untuk komoditas yang dianalisis.

Kecamatan Kintap memiliki produksi cabai rawit yang cukup tinggi, yakni 3.783 kg, serta tomat dengan 2.180 kg. Di sisi lain, Kecamatan Bati-Bati dan Tambang Ulang menonjol dalam produksi cabai besar, masing-masing 165 kg dan 950 kg. Hasil ini menggambarkan perbedaan potensi pertanian di setiap daerah, yang bisa diwakili dalam grafik untuk memvisualisasikan perbandingan produksi antar komoditas dan kecamatan. Grafik ini akan memudahkan pemahaman terhadap tren dan distribusi produksi komoditas pertanian di wilayah tersebut.

Gambar 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Kurau (Dokpri)
Gambar 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Kurau (Dokpri)

Grafik jumlah penduduk per tahun di setiap desa/kelurahan di Kecamatan Kurau menunjukkan dinamika populasi yang beragam dari 2019 hingga 2022. Secara keseluruhan, jumlah penduduk Kecamatan Kurau mengalami fluktuasi, dengan total penduduk meningkat dari 13.949 pada 2019 menjadi 14.337 pada 2022. Desa Bawah Layung dan Padang Luas merupakan dua desa dengan populasi tertinggi, masing-masing mencatat 1.882 dan 1.904 pada 2019, dan keduanya menunjukkan tren pertumbuhan yang stabil hingga 2022.

Sementara itu, Desa Maluka Baulin dan Raden juga mengalami peningkatan yang signifikan, mencerminkan pertumbuhan yang positif. Namun, Desa Kurau mengalami penurunan dari 2.375 pada 2019 menjadi 2.258 pada 2022, menunjukkan perlunya perhatian khusus terhadap desa ini. Sebaliknya, Desa Sungai Bakau dan Handil Negara menunjukkan penurunan jumlah penduduk pada beberapa tahun, yang mungkin disebabkan oleh faktor migrasi atau kondisi ekonomi. Data untuk tahun 2023 belum tersedia, namun tren yang ada memberikan gambaran tentang tantangan dan peluang dalam pengelolaan sumber daya dan layanan publik di Kecamatan Kurau. Upaya untuk mempertahankan pertumbuhan populasi yang sehat dan seimbang di seluruh desa sangat penting untuk pembangunan wilayah yang berkelanjutan.

Gambar 7. Fluktuasi Jumlah Penduduk Kecamatan Kurau 2019-2022 (Dokpri)
Gambar 7. Fluktuasi Jumlah Penduduk Kecamatan Kurau 2019-2022 (Dokpri)
Grafik menunjukkan fluktuasi jumlah penduduk di Kecamatan Kurau dari tahun 2019 hingga 2022. Pada 2019, jumlah penduduk tercatat sebanyak 13.949, mengalami penurunan menjadi 13.580 pada 2020. Namun, angka ini kemudian meningkat kembali menjadi 13.963 pada 2021 dan terus bertambah menjadi 14.337 pada 2022. Meskipun data untuk 2023 belum tersedia, tren peningkatan yang terlihat dalam tiga tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan populasi yang positif, yang dapat berdampak pada kebutuhan ekonomi, sosial, dan infrastruktur di kecamatan tersebut. Upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup penduduk akan menjadi kunci dalam menghadapi pertumbuhan ini.

4. Kesimpulan

Berdasarkan analisis komoditas pertanian di Kecamatan Kurau selama periode 2019 hingga 2023, cabai rawit dan tomat menonjol sebagai komoditas basis yang memiliki potensi signifikan dalam menopang perekonomian lokal. Meskipun cabai rawit menunjukkan tren pertumbuhan yang konsisten, sebagian besar komoditas lain tetap berstatus non-basis, menandakan kurangnya diversifikasi dalam sektor pertanian di wilayah tersebut. Untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan ekonomi petani, fokus pada pengembangan lebih lanjut terhadap komoditas unggulan, seperti cabai rawit dan tomat, serta peningkatan produktivitas komoditas non-basis sangat diperlukan.

Pemerintah dan pihak terkait sebaiknya memberikan dukungan yang lebih kuat melalui pelatihan dan pendampingan teknis kepada para petani di Kecamatan Kurau, terutama dalam meningkatkan produktivitas dan diversifikasi komoditas non-basis. Selain itu, pengembangan infrastruktur pertanian, akses pasar, serta dukungan kebijakan yang pro-petani perlu diperkuat untuk mengoptimalkan potensi pertanian di wilayah ini. Diversifikasi tanaman juga harus menjadi prioritas agar perekonomian daerah tidak bergantung hanya pada beberapa jenis komoditas saja, sehingga ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat dapat terjamin secara lebih berkelanjutan.

https://tanahlautkab.bps.go.id/id/publication/2024/02/28/bd2aaa6fcc91e49aff720bc3/kabupaten-tanah-laut-dalam-angka-2024.html

https://tanahlautkab.bps.go.id/id/publication/2023/09/26/a509ac93f7189aa5434b62a1/kecamatan-kurau-dalam-angka-2023.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun