Tiwah adalah upacara pemakaman khas Suku Dayak Ngaju, di mana tulang belulang orang yang telah meninggal dibakar. Ritual ini bertujuan untuk membantu arwah menuju dunia akhirat dengan lebih baik. Selama upacara, keluarga menari dan bernyanyi mengelilingi jenazah sebagai penghormatan
4. ngayau (berburu kepala)Â
Tradisi ngayau, meskipun kini sudah ditinggalkan, dulunya melibatkan berburu kepala musuh sebagai tanda keberanian dan kehormatan. Tradisi ini menjadi bagian dari pendidikan pemuda Dayak untuk membuktikan keberanian mereka dan mendapatkan gelar Bujang Berani.
5. balumpung
Meskipun perang antarsuku sudah sangat jarang terjadi, tradisi perang dalam budaya Dayak tetap dihormati dalam bentuk upacara tari perang atau yang disebut Balumpung. Upacara ini merupakan cara untuk mengenang masa lalu ketika Suku Dayak terlibat dalam peperangan antar suku. Tarian perang ini dilakukan dengan menggunakan senjata tradisional, seperti mandau (parang khas Dayak) dan tombak, serta disertai dengan nyanyian dan musik yang menggambarkan semangat juang.
awalnya, Tarian Perang Balumpung digunakan sebagai persiapan sebelum melakukan pertarungan antar suku. Para pejuang akan melakukan ritual ini untuk meningjatkan semangat dan keberanian sebelum berperang. Selain itu, Balumpung juga menjadi simbol persatuan dan kebersamaan antar anggota suku, yang dipimpin oleh seorang kepala adat atau pemangku adat. Tari perang ini juga sering dilakukan dalam perayaan besar atau acara-upacara adat sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur mereka yang dahulu berjuang.
6. manajah antang
Manajah Antang adalah ritual adat suku Dayak, khususnya Dayak Ngaju dan Katingan, yang bertujuan untuk memanggil roh-roh gaib. Ritual ini dilakukan untuk mendapatkan petunjuk mengenai masa depan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi masyarakat.