ketika degup semayup membuncah di dada
mengelinjang ragaku terkubus dalam diam
hingga gempita malam mengusung sahdu
di bentangan suaka malamku yang kelabu
meredam anganku dalam buaian impian
bersama kusamnya lembaran masa silam
jiwa rentaku mulai  menyeruak sabda
entahlah...
bagai dendang tanpa alunan
jalan tanpa arah
terseok tak berdaya tanpa tongkat
mungkin akulah yang terhenyak di antaranya
dan...........
hening menghujam palung terdalam
selaras tirta menghujan yang beriak gelisah
pada dendam yang bersimbah
bermuara lara yang tak kunjung sudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H