Mohon tunggu...
M. Arie Iswadi
M. Arie Iswadi Mohon Tunggu... -

Tinggal di Bondowoso, berprofesi sebagai guru TIK di SMAN 1 Bondowoso founder http://numb.web.id

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hacker bukanlah Cracker

26 Februari 2011   01:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:16 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hacker bukanlah Cracker

[caption id="" align="aligncenter" width="425" caption="Hacker bukanlah Cracker"][/caption]

Meskipun jumlah pengguna internet di Indonesia sangat banyak, yaitu sekitar 45 juta pengguna berdasarkan data dari depkominfo, tetapi masyarakat Indonesia belum sepenuhnya bisa membedakan apa itu hacker dan apa itu craker, di benak masyarakat umum yang berkembang saat ini, seolah-olah antara hacker dan cracker tidak ada bedanya. Mereka menganggap, keduanya adalah sama-sama perusak segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu masyarakat juga menganggap bahwa keduanya sama-sama memiliki memiliki IQ di atas rata-rata, sesuai dengan aksi-aksi yang menunjukkan keahlian “menundukkan” target mereka.

Banyak kalangan yang mengelu-ngelukan keberadaan mereka, bahkan banyak para netters yang baru berkecimpung di dunia maya bercita-cita ingin menjadi seorang “hacker” hanya karena ingin membobol kartu kredit milik orang lain yang bertempat tinggal di Amerika sana.

Anggapan yang jelas salah ini tidak bisa begitu saja dibiarkan berlanjut, Orang yang bertanggung jawab dibalik diacak-acaknya database perpustakaan digital beberapa perguruan tinggi di Indonesia beberapa waktu lalu tidak bisa disamakan dengan orang yang bertanggung jawab atas aksi mengubah wajah (deface) beberapa situs besar Israel setelah insiden diatas kapal mavi marmara yang memang dengan sengaja dibajak oleh tentara Israel.

Eric S. Raymond dalam tulisannya How To Become a Hacker mengatakan bahwa pekerjaan seorang hacker adalah menyelesaikan masalah dan membangun sesuatu yang semuanya di kerjakan secara sukarela. Bahkan lebih lanjut Eric mengatakan bahwa seorang hacker menggapai reputasinya hanya jika bisa menyelesaikan persoalan-persoalan menarik yang bukan hanya ada di dalam dunia software komputer, tetapi persoalan-persoalan dan masalah lainnya di luar bidang software komputer, seperti dunia elektronik dan musik.

Gaya hidup seorang hacker biasanya tidak terlepas dari beberapa hal seperti berikut : Membuat software open source, membantu menguji atau mendebug program open source yang baru dibuat, menerbitkan atau menyampaikan informasi yang bermanfaat terutama dalam bidang security, membantu terus berjalannya infra struktur yang telah dibangun dengan bersusah payah, serta tidak ketinggalan terus menerus mengabdi pada kebudayaan hacker (seperti menulis tutorial gratis yang di sebarkan lewat blog).

Terus bagaimana dengan cracker? Menurut Eric S. Raymond perbedaan antara hacker dan cracker adalah hacker : membangun sedangkan cracker : membongkar (bahkan cenderung merusak). Kebanyakan para cracker di dominasi oleh kelompok-kelompok anak remaja yang sangat gila popularitas terutama di dunia maya, mereka merasa puas dengan melakukan aksi-aksi merusak infrastruktur yang telah dibangun dengan susah payah, tanpa berpikir bahwa aksi yang mereka lakukan sangat merugikan orang lain. Mereka juga tidak berpikir bagaimana caranya membangun sebuah infrastruktur komunikasi, perpustakaan digital misalnya yang didalam proses pembuatannya memerlukan proses yang panjang. Yang mereka pikirkan hanyalah kepuasaan berhasil merusak dan popularitas belaka, padahal dengan berlakunya UU cyber mereka akan menyisihkan 6 tahun sisa hidup mereka di balik jeruji besi.

Gaya hidup seorang cracker berbeda jauh dengan gaya hidup seorang hacker jika gaya hidup seorang hacker cenderung positif dan membangun, maka gaya hidup seorang cracker tidak terlepas dari yang namanya attacking (serangan), berikut beberapa jenis attacking yang sering dilakukan cracker : IP Spoofing (pemalsuan alamat IP), FTP Attack (biasanya Denial Of Service), Unix Finger Exploits (memanfaatkan sharing informasi), Floofing dan Broadcasting (Ddos), Fragmented Packet Attack, Email Exploit, DNS and Bind Vulnerabilities, Password Attack, Proxy Server Attack, Remote Command Processing Attacks, Remote File System Attack, Selective Program Insertions, Port Scanning, TCP IP Sequence Stealing, Passive Port Listening and Packet Interception, dan HTTPD Attack.

Mungkin anda bingung dan merasa asing dengan istilah-istilah tersebut, namun yang pasti system administrator dari sebuah jaringan komputer banyak yang geram dengan berbagai aksi-aksi attacking tersebut, mengingat jerih payah dan kerja keras mereka dirusak dalam sekejap mata oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Jadi sangatlah jelas menyamaratakan istilah hacker dan cracker sama seperti menyamaratakan istilah gula dan garam di dalam masakan, sama-sama penyedap dalam masakan tapi memiliki fungsi yang berbeda. Harus diakui Indonesia dan kita khususnya membutuhkan hacker-hacker yang mumpuni, yang bisa memberikan dan menularkan ilmu pengetahuan kepada kita secara gratis, namun juga perlu diakui para hacker juga membutuhkan cracker-cracker yang terus bergentayangan di dunia maya untuk mengevaluasi sekaligus menguji kemampuannya sebagai seorang hacker sejati.

Artikel ini menjadi pemenang di ajang lomba blog yang diadakan oleh muslimhackers.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun