Saat ini di Ibukota negera terdengar hingar sampai pelosok pinggir negeri, ada apa gerangan? ternyata di tengah berbagai terpaan mendung keruwetan masalah yang menggelayut di tanah air, dalam nafas kehidupan yang harus tetap berjalan, meskipun kembang kempis karena berbagai krisis. Genta riuh kampaye terus bergema membubung, mau tidak mau, suka tidak suka akan menyedot perhatian seluruh penduduk negeri bahkan sampai ke luar negeri.
Sebentar lagi ibukota itu punya gawe yang sangat penting bagi kelangsungan sebuah negeri yang bernama Indonesia, mengapa?, karena begitu pentingnya kedudukan ibukota bagi sebuah negara. Ibukota negara merupakan ikon di mana terletak pusat lambang-lambang kebesaran negara, bisa diibaratkan merupakan gambaran wajah terdepan dari sebuah negeri. Demikian vitalnya nadi keberadaannya dapat pula diidentikkan bagai sebuah jantung bagi sebuah tubuh.
Kita semua paham bagaimana peranan penting segumpal organ yang bernama jantung dalam tubuh manusia, denyut nadinya adalah pertanda kehidupan, denyut nadinya adalah ruh indikasi bahwa sedang terjadi keberlangsungan kehidupan,terhentinya denyutannya berarti tanda kemati bagi kehidupan. Demikianpun halnya dengan sebuah ibukota negara, yang diibaratkan menjadi jantungnya sebuah negara, geliat aktivitasnya adalah denyut kehidupan seluruh negeri.
Semakin sehat sebuah jantung berarti sehat pulalah semua badan kehidupan, sebaliknya kerja jantung yang tidak sehat akan terganggu pula seluruh badan kehidupannya. Jika boleh meminjam istilah agama disebutkan " dalam sebuah tubuh ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pulalah seluruh tubuhnya, apabila segumpal daging itu buruk maka buruk pula seluruh tubuhnya".
Begitu pentingnya peranan ibukota sebuah negara dalam gambaran di atas, berarti ibukota itu bukan hanya menjadi milik warga Jakarta doang, tapi merupakan milik seluruh warga negara yang mengakui sebagai bangsa Indonesia,entah di manapun gerangan berada, apakah di Papua, Aceh, Sumatera dan seterusnya atau barangkali yang sekarang sedang berada di negeri orang dengan berbagai latar keperluan, mereka itu semua adalah sama menjadi pemilik-pemiliknya.
Sayangnya dalam proses pemilihan Cawagub itu hanya menjadi hak pilih khusus warga Jakarta saja, sedangkan warga negara Indonesia yang lain yang bukan penduduk Jakarta harus puas ragu menunggu dan meraba tontonan panggung dalam remang. seolah harus mewakilkan, menyerahkan (tepatnya) hak-hak pilihnya pada penduduk Jakarta, meskipun toh mungkin itu memang mekanisme sah dan lazim dalam perundang-undangan yang berlaku.
Kita tinggalkan klaim hak-hak ikut dalam pemungutan suara, kami yang kebetulan warga negara Indonesia yang tidak bertempat tinggal di Jakarta hanya ingin titip pesan, bahwa pilihan Bapak/Ibu/Saudara dengan S besar, adalah juga menjadi pilihan seluruh warga negara ini. Berhati-hati adalah langkah bijak dalam menentukan pilihan, karena pilihan itu penuh konsekwensi, sedang konsekwensi itu akan ditanggung bukan hanya warga Jakarta tapi juga oleh seluruh penduduk negeri secara langsung maupun tidak langsung.
Pilihan harus tepat, andai saja sampai terpengaruh provokasi kampaye gombal yang menggiurkan, bisa jadi hak suara anda terlanjur tergadai dengan lembaran rupiah yang ditawarkan (salah satu contoh yang banyak diributkan disamping bentuk-bentuk kecurangan-kecurangan yang lain), jika benar itu kejadiannya, percayalah secara langsung telah terjadi penghianatan terhadap amanat seluruh penduduk Indonesia.
Tapi yakin dan optimis, Saudaraku semua penduduk Jakarta yang mempunyai hak pilih, akan mampu melampaui semua dengan langkah bijak meskipun akan ada jerat-jerat menyesatkan yang hanya akan memuaskan dalam kepentingan sesaat. Yang perlu dingat dalam kampaye yang sedang berlangsung itu akan ada badut bergentayangan menyusuri setiap sudut obyek kampaye (bisa pasar, terminal, pertokoan dan lain-lain tempat) untuk menyaru menyelinap dengan menutup wajah topengnya dengan polesan pangeran kebijaksanaan, padahal dalam jubah palsunya itu tersimpan niat dan ambisi pribadi yang primitif dan membodohi, ternyata loyang, bukan emas beneran. Jangan sampai lena apalagi terpedaya saat mengenali mana loyang mana yang permata tulen, mana kejujuran mana janji gombal, mana pengabdian mana anti intrik pengabdian.
Sepertinya garis independent yang mempunyai keunggulan dan perlu mendapat perhatian untuk menjadi sebuah solusi pilihan, maju dari nurani yang polos, fresh dan murni, bebas dari ikatan-ikatan bergaining politik pihak yang ingin berkepentingan yang bisa menghambat langkah pengabdian. (maaf ini hanya sebuah saran pandangan)
Akhirnya, apa yang menjadi harapan, adalah harapan kita semua sesama penduduk Indonesia, ketepatan pilihan itu adalah harapan seluruh penduduk negeri ini, sedang kesalahan dalam menentukan pilihan adalah juga akan menjadi penyesalan panjang seluruh anak negeri ini. "Selamat menentukan pilihan semoga Alloh berkenan memberi restu dan bimbingan dalam menentukan pilihannya", Amin Ya Robbal Alamin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H