Saya ada contoh real tentang terbukanya hati seorang Bapak, mengalahkan tumpukan gunung uang demi keluarga. Jadi, Si Bapak adalah seorang nakhkoda kapal pesiar asing. Gajinya sangat besar, milyaran per tahun.Â
Cuman, masalahnya pulang ke rumah 6 bulan sekali dan hanya selama 15 hari berada di rumah. Hati ybs terketuk saat sang putri mengajaknya sarapan, "Om, disuruh Mama sarapan."
Akhirnya ybs mengundurkan diri dari bekerja di kapal pesiar dan memilih menjadi dosen maupun penceramah tentang kiat-kiat keselamatan di kapal pesiar. Demi memberikan waktu yang berharga dan berkualitas bagi putrinya. Supaya tidak dianggap orang asing di rumahnya sendiri.
Kita tidak perlu melakukan hal sejauh itu mungkin. Pekerjaan kita belum tentu seekstrim nakhkoda tersebut. Maka, marilah beri waktu luang untuk waktu yang berharga. Waktu yang spesial.Â
Waktu yang berkualitas. Jangan sampai menyesal juga kelak saat tua diterlantarkan anak. Sangat banyak kisah begini, karena kita tidak menanamkan sifat kepedulian kepada anak. Ya, tingkah laku kita adalah pelajaran berharga bagi mereka.
Mari Bapak-Bapak, kita ambil sedikit peran Ibu dalam mengasuh anak. Kita asuh anak kita saat mereka kecil. InsyaAllah, mereka akan mengasuh kita saat kita tua nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H