Good Writing: Meluruskan Niat dalam Menulis
Essaymini:
Good Writing
Sudah luruskah niat kita dalam menulis? Tidak menjual ayat agama, tidak menjual konflik poligami, tidak menjual cerita tentang pelakor / selingkuh, tidak menjual cerita tentang pembunuhan dan pemerkosaan? Yang semua dapat meracuni pembacanya. Yang hanya membuat pembacanya penasaran? Yang bisa menimbulkan gejolak batinnya dan amarah? Manusia dengan nafsunya pada dasarnya pemberontak. Tulisan kita akan laris jika bisa menimbulkan ghirah berkecamuknya jiwa pemberontak di dada mereka. Ya, "Innamal A'malu Binniyat".
#selfreminder
Nb: tidak berlaku bagi pelajar dan mahasiswa yang tataran pengalamannya seputar sekolah dan percintaan. Kalian menulis saja. Kami yang akan mengingatkan jika kebablasan.
Salam karya.
Sumber: postingan saya facebook.
Awal mula/ asbabul nuzul tulisan tersebut perlu saya terangkan supaya tidak terjadi misslink. Pada saat itu ada penulis senior yang sudah malang melintang menulis buku di penerbit kelas nasional nyinyir tentang kepenulisan.Â
Baik dari segi karya, menganggap tulisannya terbaik dan punya orang lain kurang baik. Dari segi lain adalah merasa paling benar tentang konsep dan cara menulis. Maklum, di sisi lain ybs adalah mentor di bidang penulisan. Keren kan? Sebentar dulu. Baik kita kupas.
- Kesalahan pertama yang bersangkutan adalah mau-maunya menjatuhkan harga diri demi uang. Jelas-jelas tulisan selalu lolos di penerbit besar. Mau-maunya gabung saya ikut menulis di platform online yang masih seumuran jagung. Ya, uang membutakan orang. Tetap ada sisi positifnya. Saya menjadi naik kelas karena karya bisa disandingkan dengan beliau dari segi favorit/ popularitas.
- Manusia type begini tidak bisa move on. Wait, maksudnya gimana? Jadi, type-type penulis handal era 5 s.d 10 tahun yang lalu sangat ketinggalan zaman dibandingkan kondisi sekarang. Kenapa? Pertama, kosakata dan diksi sudah kuno. Hello, anak kekinian butuh kalimat lugas dengan bahasa ala kebarat-baratan (luar negeri red). Kedua, pengetahuan kekinian. Mau ditutupi seperti apa, mau riset sebesar apa, akan terjadi lophole jika itu bukan jiwa anda. Jadi, jangan memaksa. Nikmati ketenaran zaman dahulu dan terima kondisi sekarang. Bukan cuman Anda, penulis terkenal dengan jutaan follower saja sedang "menikmati" masa kejatuhannya. Anda bisa menjadi motivator yang bercerita tentang kisah kejayaan masa lalu. Trust me, it's work. Ketiga, pertemanan. Bagaimana ybs bisa berteman dengan anak generasi Milenial Y, Generasi Z, dan Generasi Alfa. Kalau sukanya hanya menggurui? Mereka kabur donk.
- Yang fatal sebetulnya, perlu saya ceritakan. Ada misi buruk dengan menggunakan kata-kata manis dibalut ayat suci. You know? Publik sekarang sudah paham. Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, suatu saat akan ketauan juga. Anda tidak tulus. Tulisan anda yang murni itu harus dibarengi perilaku anda juga. Jadi, jangan berperilaku minus.
- Agak berat adalah konsep Ghazwul Fikri milik Illuminati dan Freemason. Lho, kok bisa? Iya, ybs sudah menjadi Khawarij dan Qarun gaya baru. Jadi, jangan sampai memakai kursi/ pakaian yang hanya boleh dikenakan Allah yaitu kesombongan ya. Dia secara tidak sengaja sudah menjadi bagian yang akan merusak tatanan dunia menuju new word order dengan nyinyirannya. Hayo, kang. Mau tobat nggak? Anda nggak sadar lho. tapi, fakta membuktikan.
Lanjutan postingan saya tentang meluruskan niat dalam menulis diatas. Jadi, saya justru membunuh satu nyamuk dengan mengebom. Awalnya ingin memberi klarifikasi bahwa ybs tidak lebih baik dari kami. Justru untuk yang lain ikut kena getahnya karena hanya diam membiarkan itu terjadi.
Baik, ada saran yang ingin saya sampaikan kepada penulis baru di suatu platform. Jangan share link dulu. Boleh follow sebanyak-banyaknya, tapi jangan minta view maupun krisan. Kita belum tahu bagaimana karakter ybs. Wait and see dulu.
Tulisan saya tadi, sukses di salah satu grup, tapi gagal di platform lain. Harus dengan timing yang tepat. Kita juga harus menunjukkan kualitas kita juga. Jangan malah dianggap nyinyir seolah2 syirik tanda tak mampu. InsyaAllah, nanti saya sambung lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H