[caption id="attachment_153306" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Bagi sebagian besar orang Indonesia, peci atau kopiah bukanlah hal istimewa. Penutup kepala ini sangat familiar dan banyak ditemui di berbagi tempat. Namun, di belahan bumi lainnya, kopiah bukanlah sesuatu yang biasa. Keberadaannya memunyai makna tersendiri dan penegas ketokohan sesorang. Mereka yang mengenakannya disebut menyerupai sosok besar bagi Bangsa Indonesia.
“You like Sukarno,” ujar lelaki berusia paruh baya asal Tunisia, Ahmad (nama samaran). Sebutan ini diberikan kepada seseorang yang mengenakan kopiah di negaranya, Tunisia. Menurut Ahmad, kopiah tak bisa lepas dari identitas Sukarno yang sampai sekarang tetap dikenang di Tunisia.
“Kopiah identik dengan Sukarno karena beliau selalu mengenakannya kemana pun pergi,” katanya ketika menceritakan mengapa orang yang memakai kopiah disebut seperti Sukarno di negaranya.
“Kopiah sudah mendunia. Hebat benar Bung Karno ini dalam menyebarkan ‘virus Sukarno’”, gumamku dalam hati menanggapinya.
Pikiran ku pun langsung tertuju ke tanah air mendengar pernyataan warga negara Tunisia ini. Dia begitu mengenal cukup baik Bung Karno yang notabene sudah tiada sejak 41 tahun silam. Namun, tetap dikenang oleh warga negara lain meski hanya hal kecil, sekedar kopiah yang tak pernah lepas menutupi kepalanya. Di antara percaya dan tidak.
Akhirnya ku pun mengembalikannya ke berbagai hal terkait Sukarno di luar negeri. Di St. Petersburg, masjid di kota terbesar ke dua di Rusia tersebut bernama Sukarno. Di Saudi Arabia, pepohonan yang meneduhkan jamaah haji dari seluruh dunia juga bernama Sukarno (pohon mambo). Ikan mas Sungai Eufrat di Irak juga bernama “ikan sukarno”. Tak aneh jika di Tunisia orang yang mengenakan kopiah disebut seperti Sukarno.
“Orang-orang Tunisia banyak yang mengenal siapa itu Sukarno. Presiden dari Indonesia yang sangat kami hormati,” ujar Ahmad menegaskan pernyataannya mengenai kopiah “Sukarno” tersebut.
Percakapan tersebut tentunya tak ku lakukan ketika berada di tanah air. Tentunya akan jadi hal biasa jika dilakukan di tanah air karena banyak sekali foto presiden pertama Indonesia ini terpampang. Jadi sesuatu yang sangat istimewa karena Sukarno tak hanya dikenang di negerinya sendiri, juga namanya harum di negeri orang. Sungguh membanggakan dan mengagetkan karena di negerinya sendiri, nama Sukarno “diburamkan” kekuasaan sejak era Suharto hingga sekarang. TAP MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan dari Presiden Sukarno. Dalam TAP MPRS tersebut, sosok Bung Karno masih dipandang sebagai tahanan politik, padahal tak pernah sekalipun proses hukum dikenakan kepadanya sejak kejatuhannya hingga saat ini.
Kembali kepada persoalan kopiah di Tunisia seperti yang diceritakan Ahmad di negaranya. Kopiah dan Sukarno sejak dulu memang tak bisa dipisahkan. Bung Karno memopulerkan kopiah sebagai identitas nasional sejak beliau mengenyam bangku kuliah di THS. Penutup kepala dekade 1920-an populer digunakan rakyat jelata di Jawa Barat, Jakarta, dan pesisir Pantai Utara Jawa. Kala menjadi mahasiswa THS, Bung Karno selalu mengenakannya. Puncak popularitasnya terjadi ketika Bung Karno sering keluar-masuk pengadilan dan masyarakat menjadikannya sebagai trend dalam berbusana.
Jika begini adanya, tak salah jika masyarakat Tunisia mengatakan seperti Sukarno kepada orang yang mengenakannya. Kopiah tak pernah lepas memberi perlindungan kepada Sukarno dari sengatan terik sinar matahari. Kopiah ternyata sudah mendunia karena Bung Karno.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H