"Rupanya kekeliruan kata bekerja sulit diluruskan, mereka selalu bilang kerja untuk dapat gaji, kerja untuk cari uang, toh yang mereka juga kenyamanan dan kebahagiaan, bisa-bisanya membohongi diri." -- Toto, pengusaha batik di wilayah Solo.
Mungkin dari banyaknya profesi, kita masih kebingungan memilih bekerja sebagai apa. Terkadang sudah sekolah sampai jenjang profetik, atau ada yang mengambil sekolah keprofesian lanjutan, atau bahkan mengambil sertifikasi keahlian saja masih banyak orang menanyakan kenapa kita bekerja. Apakah meang sudah kodrati manusia hidup di bumi itu bekerja?
Bekerja, makaryo, gagawe, work, doing a job dan bahasa lainnya yang kita dengar, yang kita sadari selama ini adalah mendapatkan gaji dan peningkatan jabatan. Umumnya seperti itu, bukan? Iya, memang kita tidak bisa menghindar dari realita dengan frasa seperti ini; "loh kan masa kerja nggak dapet uang, ya buat apa kerja?"; "percuma udah sekolah 16 tahun masa kerja gak dapet gaji gak dapet apa-apa." Tapi, uniknya manusia belum sampai pada menyadari bekerja sebagai hakikat manusia.
Pada Akhirnya Manusia Mengenal Kerja
Dahulu, pekerjaan umum orang Indonesia berkutat pada bertani, beternak, melaut sampai meramu hasilnya. Ya, perlu kita pahami negara agraris plus archipelago, kita punya sumber melimpah yang bisa kita olah. Namun, seiring datangnya bangsa Eropa sampai Jepang mengubah makna kata "bekerja" yang awalnya "doing something for routinity" beralih menjadi "pemenuhan kebutuhan dasar manusia." Lho, bukannya sama saja makna kedua kata itu?
Jika mengarah pada "melakukan" kita bisa sepakat maknanya sama, tetapi yang berubah orientasinya. Apakah itu keliru? Belum tentu. Ataukah makna pertama ideal dengan bangsa kita? Sepertinya. Tetapi, yang menjadikan Hal ini semakin memburuk adalah generalisasi kata bekerja, padahal orang Indonesia menyadari bekerja adalah bagian hidup mereka. Bisa dikatakan bahwa bekerja merupakan proses alamiah manusia untuk pemenuhan hidup, Dan itu beragam cara. Masalah yang kita sering hadapi adalah fokus dan pemaknaan esensial dari kata "kerja."
Lama-Lama Makna Bekerja Mengakar dan Belum Sanggup Tercabut
Sering kita alami adanya gangguan mental karena bekerja, gangguan fisik dan beberapa kali mendengar adanya kecelakaan K3. Ya, meskipun tidak seramai yang diwartakan, namun namanya kecelakaan mesti kita hindari dan waspada. Â Tapi kita perlu beralih; kenapa makna Bekerja yang sering kita tuju adalah uang? Bukankah fokus dan objeknya bisa lebih mendalam? Atau bisa otomatis? Mari kita buka.
Berkaca pada proses sosial, manusia punya aktivitas bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup atau menghasilkan barang atau jasa. Caranya sesuai dengan hasil kreatif, inovasi maupun bekerjasama. Dalam kutipan Yusrin Ahmad Tosepu dalam laman pribadinya, menyatakan bahwa bekerja dalam konteks sosial dan ekonomi adalah bagaimana manusia bermanfaat atas pekerjaan dan perbuatannya menghasilkan sesuatu. Apapun produk dan caranya artinya bekerja tidak selalu difokuskan pada duduk santai atau bekerja nine-to-five, bukan?
Bukan tak mungkin jika nanti orang-orang Indonesia kembali pada naturalnya, yaitu mengurus tanah dan ternaknya hingga menjual sampai ekspor negara besar, jika pemaknaan bekerja sudah seluwes dan seluas ini. Makanya, memang pendidikan berpengaruh pada pekerjaan apa yang nanti didapatkan, tetapi perlu ditarik ke belakang, apapun pekerjaanmu itu lahir dari pendidikan yang ditanamkan dari rumah.
Maksudnya, yang ditanamkan dari rumah untuk pekerjaan setiap manusia adalah penalaran, keluwesan hati dan pikiran, tata krama, etika dan penampilan dalam arti luas. Nah, kalau begini, apa yang ada di benak kita ketika mendengar kata bekerja?
Untungnya Manusia Belum Terlambat Memahami Bekerja
Akhirnya, di jeda bekerja ini, saya berbagi pemaknaan bahwa bekerja itu alamiah manusia, bekerja adalah ibadah terpanjang dan dapat membuahkan hikmah atau pelajaran hidup. Artinya, pekerjaan tidak selalu dipandang sebagai produk pikiran untuk memperkaya diri, mendapat jabatan tinggi bahkan sampai meloloskan tabiat buruk demi mendapatkan pekerjaan yang layak dan ideal. Nah, sekarang saya tanya, pekerjaan yang ideal dan layak itu seperti apa, to? Wong di dunia, mau kerja apapun tetap wajib capek, wajiul kudu itu, sudah pasti. Heuheuheu.