Mohon tunggu...
Arief Santoso
Arief Santoso Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pekerja Lepas

Peserta BPJS tanpa Ketenagakerjaan, sebab semu dengan status pekerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merawat dan Membimbing Cinta Baca Anak Kecil

1 Oktober 2024   21:45 Diperbarui: 1 Oktober 2024   22:53 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Dari kecil anjurannya membimbing, teknisnya menemani dan mengarahkan 'kepo' si anak. Selagi terus-terusan kepo, fasilitasi terus sampai bisa menemukan nyamannya menggali samudera pengetahuan." -- Totok Saputra, pengasuh Taman Baca Sukamaya.

Bukan hal mudah untuk menarik anak-anak dan umum untuk melatih membaca. Seakan kalimat ini pesimis dan pasrah, tapi begitulah yang terjadi hari ini, dan sebabnya lumayan menggelitik.

Berkaca dari beberapa taman baca, perpustakaan jalanan dan wisma baca yang pernah saya kunjungi, sebetulnya anak memiliki daya ingin tahu yang tinggi ditambah membutuhkan akses untuk menjangkaunya. 

Contoh saja, ketika anak ingin tahu tentang pohon yang buahnya dimakan bersama keluarga, ia akan bertanya detail; biasanya bagaimana dan kenapa? Nah, dari sini kita perlu kelola rasa ingin tahu dan bimbing untuk bersama menemukan jawaban-jawaban.

Percaya akan Harapan Anak-anak Terhadap Kedepannya

Kalau soal bacaan atau buku, aku meyakini anak akan melahapnya kalau ia melihat dan tahu akan mendapat jawaban atau minimal bisa untuk memelihara daya imajinasi, potensi dan kebutuhan dasarnya. Bisa saja yang terbiasa baca komik, nantinya mencintai keindahan dan alur cerita. 

Bisa saja yang suka baca novel atau karya sastra, nantinya jadi paham kosakata dan pemaknaannya begitu luas. Belum pecinta buku sejarah, keilmuan, dan lainnya akan diarahkan pada temuan-temuan dan alat yang dibutuhkan untuk menggali ilmu dan jatidiri.

Seandainya semua sadar pentingnya bimbingan langsung dan asuhan psikologis ke anak, ya mungkin nanti SD rasa kuliahan. Isinya diskusi terus sambil pendalaman. Heuheu. 

Mungkin itu yang bisa terjadi jika teknologi pendidikan hadir sebagai penyeimbang, kemudian koleksi buku dan perpustakaannya diupdate, jangan hanya buku pelajaran di dalamnya. Kasih bacaan penggugah imajinasi, pembangkit semangat cari tahu, sampai nantinya tumbuh menjadi anak cerdas.

Di perkampungan yang 'katanya' kurang akses bacaan dan teknologi, justru memahami konteks dari bacaan yang diberi guru. Jadi, guru bisa lebih fleksibel mengajar, anak-anak senang dengan pembelajaran, dan semestinya itulah pendidikan. 

Menyenangkan, membangkitkan, menumbuhkan minat belajar anak lewat metode apapun sesuai kebutuhan si anak, salah satunya membaca dan memahami bacaan.


Makanya, kenapa sedari kecil perlu membaca? Membaca buku, kitab, kondisi juga diri, terus dilatih agar nantinya paham kehidupan, kompleksitasnya, keasyikannya, daya candanya dan beberapa fenomena lain yang dapat memperdalam daya olah pikir, rasa dan jiwanya. Endingnya, menjadi pribadi yang sudah lulus dan menebar kebaikan sepanjang hayat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun