"Sehat itu jalan. Sehat itu gimana kita maksimalin diri kita buat ngelakuin hal baik dan manfaat. Itu definisi sehat, bukan tujuan atau yang mesti dilakukan selama sehat, toh udah sepaket sehat dan kebaikan." -- Ust. Romli Fauzi
Definisi sehat selalu bermuara pada kondisi fisik, psikis, materi dan hal wujudiyah lainnya sebagai pendukung kebutuhan hidup dalam keadaan baik. Namun, banyak yang belum tahu bahwa kesehatan memiliki ragam turunan yang mengarah pada jalan hidup yang mengandung kebaikan.
Epistemologi Arab dan Latin memaparkan sehat sebagai keadaan utuh, upaya mengutuhkan kebaikan, keselamatan dan endingnya pada nilai kebaikan objektif. Bahkan, 'sehat' dapat dimaknai kasih sayang Tuhan yang dititipkan pada setiap manusia untuk diolah dan ditransformasi menjadi tata laku, tutur kata dan olah rasa yang baik untuk semua makhluk Tuhan (melaksanakan peran khalifah plus Rahmatan lil 'Alamin).
Mengurai Sehat Secara Makna
Dinamika kata kerja bisa ditampilkan dalam kata 'sehat' yang diartikan adanya formula dan metode seseorang untuk menebar kebaikan dan kasih sayang selama hidupnya. Artinya, sehat fisik untuk melakukan, sehat psikis untuk merasa dan memberikan pemikiran jernih, sehat kondisi materiil sebagai jalan menyampaikan kebaikan selama hidupnya.
Pandangan formula dan metode sehat seperti jalan sehat, senam sehat dan pola hidup sehat yang bersliweran adalah salah satu menjaga eksistensi, tata salira dan memperbaiki koleksi yang terputus akibat kekurangan asupan kebaikan. Kemudian, evaluasi diperlukan sebelum tidur, dan tanpa akhir prosesnya selama hidup. Evaluasi dini juga bisa disebut hanya memperbaiki, menggali makna, keluwesan bertindak untuk menempatkan dan menyelaraskan rasa, pikiran, pengetahuan yang datang kepada seseorang untuk menjaga kesehatan.
"Sehat" adalah terjaga kesegaran dan kejernihan, melancarkan internal management disertai intervensi Allah, sekaligus menjaga hubungan dengan Allah dan hubungan dengan seluruh makhluk Allah. Itulah sehat, itulah shihhah, bentuknya jalan, lakunya menggali dan membagi, outputnya akhlak.
"Sehat" diperluas kembali menjadi usaha menggali kecakapan, daya recovery (taubat), remanage (menata ulang untuk kembali bertugas sebagai manusia), sampai kembali pada keutuhan 'manusia' sejati. Nukilan dari Ibnu Sina, menuju sehat dapat diawali dengan mengenal diri sendiri sebagai orang, manusia, hamba Allah, makhluk Allah.
"Sehat" diuraikan pada kesadaran diberi tanggungjawab karena diberi kelengkapan untuk pemenuhan eksplorasi kedalaman ibadah, keilmuan ibadah, fleksibilitas ibadah dan elemen-elemen lain terkait pendalaman dan pengkajian ibadah sebagai jalan menebar Rohman Rahim Allah. Itulah mengapa nanti ada laporan pertanggungjawaban untuk pernyataan kelulusan atas hidup yang sudah diberikan.
Selanjutnya, kecakapan dan kecerdasan mengelola residu dalam diri terurai pada kondisi sehat, dimana pelaksanaannya pada hubungan sosial, keluarga, profesi, laku muamalah dan tingkah hidup seseorang. Keseluruhannya menjadi dasar kehidupan yang perlu dimiliki manusia untuk menjaga kesehatannya.
Mendalami Kosakata Sehat dan Turunannya
Elaborasi terkait frasa 'sehat' adalah menurun pada kata 'ash-sholat' dan 'ishlah.' Kemudian, pada makna sholat mengambil pemaknaan Gus Ayik, merupakan kesungguhan merawat kehidupan, artinya dapat dilekatkan pada kalimat "sholatu lihayyi al-haayah" yang merupakan internalisasi sifat sungguh-sungguh merawat (menghidupkan) diri untuk menjalankan peran manusia dalam kehidupan.