Lagi-lagi, setelah dua play-off dilalui dan akhirnya mendapat tiket promosi ke Serie A; saya terbuang dan dilepas. Mereka menikmati juara ketiga, saya duduk terdiam di bangku locker room meratapi nasib sebagai pemain tanpa klub nantinya. Hingga sekarang, status masih non-klub dan belum ada pinangan lagi. Beberapa klub ingin meminang namun belum ada respon kembali. Saat itu, aku belum memutuskan pensiun dan hanya mengisi fun football dan bermain bersama tim lokal di negara saya.
Memang pahit, tapi begitulah kiranya ketika dipaksa profesional demi sebuah gelar, kadang kita yang terbuang atau tersisihkan untuk diisi amunisi lebih segar dan berkualitas demi menjaga konsistensi klub. Kadang teringat wejangan dari sahabat kecil, "kita mati-matian memberikan yang terbaik, tapi mereka diam saja, dan ketika kita memberikan kritik malah dibuang."
Memang mengesalkan ketika kita tidak dilirik apalagi diplot kembali menjadi pemain kunci. Tapi, bicara perkembangan faktanya berbeda; uang dan kuasa menentukan, bukan kualitas. Maaf, ini hanya cerita fiks-sih, heuheuheu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H