Mohon tunggu...
M Arief Rahman
M Arief Rahman Mohon Tunggu... -

warga negara biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wabah Mematikan di Kampung Halaman

1 Desember 2012   15:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:21 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

>>Refleksi Hari AIDS Sedunia, 1 Desember 2012 HARI ini, 1 Desember 2012, diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia (HAS). Ini adalah sebuah hari yang didedikasikan untuk meningkatkan kewaspadaan seluruh lapisan masyarakat di berbagai penjuru Bumi terhadap wabah AIDS yang terus meluas dari tahun ke tahun. Ide peringatan Hari AIDS Sedunia ini pertama kali dicetuskan oleh James W Bunn dan Thomas Netter, dua orang pekerja di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bagian informasi publik. Ide itu sebenarnya disampaikan Bunn dan Netter, Agustus 1987. Bunn menyarankan momen yang dipilih adalah tanggal 1 Desember, dan HAS mulai diperingati sejak 1 Desember 1988 (id.wikipedia.org). Sebenarnya tak ada kejadian apa pun yang istimewa pada 1 Desember 1988 tersebut. Pilihan ini tak lain karena pertimbangan strategi peliputan di media massa, karena liputan media diyakini sangat penting untuk keberhasilan kampanye penanggulangan AIDS di seluruh dunia. Sebagai mantan reporter televisi di Fransisco, Bunn paham betul karakter media, khususnya di Barat. Pertengahan 1988 adalah masa pemilihan presiden Amerika Serikat. Jika HAS diperingati di bulan-bulan awal hingga pertengahan tahun, tentu liputan media tak terlalu signifikan karena mereka lebih fokus ke pemilihan presiden. Biasanya, pasca pemilihan presiden AS media di Barat nyaris tak lagi bernafsu memberitakan politik, dan justru mereka bersemangat mencari cerita baru untuk diliput. Sementara akhir Desember, media di Barat biasanya disibukkan dengan liputan Natal dan tahun baru. Maka 1 Desember, menurut Bunn dan Netter, adalah momen yang tepat karena itu adalah tanggal mati dalam kalender berita di Barat. Kasus HIV pertama muncul di Indonesia pada tahun 1987, atau setahun sebelum Hari AIDS Sedunia yang pertama kali dicanangkan pada 1 Desember 1988. Hari ini, 25 tahun setelah kasus pertama itu atau saat kita memperingati HAS ke-24, jumlah kasus HIV dan AIDS di bumi Indonesia tercinta sungguh sangat mencengangkan. Kementerian Kesehatan RI melaporkan, sejak pertama kali kasus HIV ditemukan pada tahun 1987 sampai dengan Maret 2012, terdapat 30.430 kasus AIDS dan 82.870 orang terinfeksi HIV yang tersebar di 33 propinsi di Indonesia. Prosentase kumulatif AIDS tertinggi ada pada kelompok umur 20-29 tahun (46,0 persen). Rasio kasus AIDS antara laki-laki dengan perempuan adalah 2 : 1 (laki-laki : 71 persen dan perempuan 28 persen). Selama periode pelaporan bulan Januari hingga Maret 2012, prosentase kasus HIV/AIDS tertinggi adalah karena hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (77 persen), penggunaan jarum suntik pada penasun alias pemakai narkoba suntik (8,5 persen), dari ibu (positif HIV) ke anak (5,1 persen) dan LSL alias Lelaki hubungan Seks dengan Lelaki (2,7%). Yang lebih miris lagi, menurut laporan ini, jumlah kasus HIV pada anak-anak sebanyak 789 orang, terdiri dari anak bawah 4 tahun sebanyak 547 kasus, dan anak usia 5 - 14 tahun sebanyak 242 kasus (aidsindonesia.or.id). Lantas, bagaimana dengan kasus HIV/AIDS di kampung kita, Rokan Hilir? Menurut catatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Rokan Hilir, sedikitnya saat ini terdapat 77 kasus HIV dan 55 kasus AIDS di Rokan Hilir. Angka-angka ini sempat membuat kaget Ketua KPA Rohil yang juga Wakil Bupati Rokan Hilir H Suyatno AMP. Ia menganggap jumlah kasus di Rokan Hilir sudah sangat mengkuatirkan. ‘’Ini peningkatan yang cukup luar biasa, perlu penanganan khusus dan serius dari kita semua secara seksama,’’ kata Suyatno (Posmetro Rohil, 20/11/2012). Suyatno tentu saja pantas sangat kuatir. Kekuatiran itu sesungguhnya bukan hanya pada angka kasus HIV dan AIDS yang 77 dan 55 kasus saja. Tapi ada yang lebih mencemaskan di balik angka tersebut. Angka 77 dan 55 kasus ini sebenarnya adalah angka yang ketahuan saja, hasil temuan Dinas Kesehatan dari pemeriksaan. Masalahnya, bagaimana dengan kasus-kasus yang belum ketahuan? Di kalangan pegiat penanggulangan HIV/AIDS dikenal fenomena ‘puncak gunung es’. Fenomena gunung es itu biasanya sering digunakan sebagai perumpamaan, dimana umumnya, sekitar 80 - 90 persen volume gunung es berada di bawah permukaan air laut. Sedangkan yang terlihat di permukaan hanyalah puncaknya dengan volumenya sekitar 20 persen saja. Memakai fenomena gunung es ini, WHO menyatakan dari 1 orang yang terdeteksi diduga ada sekitar 100 orang lainnya terjangkit. Bayangkan, jika menggunakan teori ‘puncak gunung es’ tersebut, berapa sesungguhnya kasus HIV/AIDS yang sebenarnya di Rokan Hilir. Silakan saja kalikan angka kasus saat ini dengan angka 100. Itulah kemungkinan jumlah orang yang sudah terjangkit wabah mematikan itu di kampung halaman Rokan Hilir. Dengan demikian, seharusnya wabah AIDS di Rokan Hilir tidak hanya menjadi kekuatiran Wakil Bupati H Suyatno selaku ketua KPA Rohil. Mestinya, itu juga menjadi kekuatirkan kita semua dan ikut bersama-sama berpartisipasi menanggulanginya. Lantas apa saja yang bisa kita lakukan? (bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun