"Tot el camp, s un clam, Som la gent blaugrana"
Itulah penggalan lirik awal dari "Chant Del Barca". Semacam nyanyian resmi milik suporter FC Barcelona. Bila dicermati, penggalan lirik tersebut memiliki arti yang cukup menggugah. Intinya menceritakan tentang seluruh isi stadion bernyanyi menyuarakan dukungan kepada tim berseragam biru dongker dan merah maroon. Saya pertama kali tahu nyanyian ini ketika dulu hadir di salah satu Nobar yang diselenggarakan Indobarca Surabaya belasan tahun lalu. Setiap Barca mencetak gol, lagu ini selalu dinyanyikan. Awalnya saya bangga mendengarnya dan kemudian berusaha menghafalkan setiap bait lirik beserta artinya. Maklum, saat itu adalah masa awal saya jatuh cinta dengan klub ini dan dengan bangga mendeklarasikan diri sebagai seorang Cules, sebutan untuk fans FC barcelona. Namun, setelah beberapa tahun, rasanya seperti ada yang janggal setiap hadir Nobar. Saya pun penasaran, "Ini doang nih lagunya? nyanyian lain mana?".Â
Jujur saja, setiap Nobar rasanya membosankan karena polanya sangat monoton. Hanya duduk diam dengan sesekali suasana riuh ketika ada jual beli serangan dan "chant del barca" dikumandangkan saat gol tercipta. Karena sudah tidak terasa gairahnya, saya jadi malas hadir Nobar dan lebih memilih nonton sendiri di rumah. Setelah lama menonton dari TV di rumah, saya pun paham satu hal, ternyata Cules yang hadir di stadion ga ada bedanya dengan waktu nobar. Sama-sama tidak terasa gairahnya dan tribunnya terlihat sangat membosankan. Rasanya mereka ini ga niat sebagai suporter. Sungguh mengecewakan.
TERBIASA DENGAN BUDAYA SUPORTERAN ALA BONEK
Kekecewaan ini jelas berasal dari ekspektasi saya yang mungkin kelewat tinggi. Di tempat kelahiran saya, budaya suporteran itu sudah mendarah daging. Masuk ke hampir semua golongan umur. Mulai dari yang dewasa, lansia, hingga anak-anak mudanya. Sejak menginjak bangku sekolah menengah pertama (SMP) anak muda di Surabaya sudah dikenalkan dengan budaya suporteran ala Bonek, sebutan fans Persebaya Surabaya. Saat menginjak jenjang sekolah menengah atas (SMA), hampir setiap sekolah punya basis suporternya masing-masing untuk mendukung setiap tim olahraganya berlaga di kompetisi apapun. Sebut saja olahraga seperti basket dan futsal. Saking kentalnya budaya suporteran, satu waktu suporter sekolah saya pernah hadir mendukung Tim Paskibra saat perlombaan. Jelas saya heran waktu itu, tapi ya sudah, mungkin mereka ini kelewat cinta dengan almamaternya.
Setiap suporter sekolah hadir, mereka selalu mempertontonkan aksi di tribun yang tidak kalah seru dengan apa yang terjadi di lapangan. Meningkatkan atmosfer pertandingan berkali-kali lipat. Para suporter akan bernyanyi sejak laga akan dimulai dan beberapa saat setelah laga usai. Nyanyiannya pun juga ada urutannya. Biasanya diawali dengan menyanyikan mars atau hymne sekolah masing-masing. Lalu dilanjutkan dengan belasan lagu dukungan dan diakhiri dengan lagu ucapan terimakasih kepada para pemain di lapangan terlepas dari apapun hasil pertandingannya. Para suporter sekolah tidak hanya bernyanyi, tapi juga berdiri dan bergerak hampir sepanjang laga mengikuti arahan Capo (pengarah nyanyian dan gerakan) di depan. Di banyak kesempatan, suporter sekolah juga mempertontonkan koreografi 2D dan 3D yang menunjukan gambar-gambar menarik yang kadang memiliki arti mendalam. Diiringi dengan kibaran giant flag serta perkusi. Persis dengan apa yang Bonek lakukan di tribun, hanya saja dengan skala yang lebih kecil. Bahkan saat saya hadir langsung di barisan tribun Bonek, sebagian nyanyiannya sudah sangat familiar karena diajarkan sejak dini.Â
Dengan budaya seperti ini, tidak heran kalau setiap Persebaya Surabaya bertanding, penampilan Bonek tidak pernah mengecewakan di tribun. Karena sejak usia sekolah suporternya sudah terbiasa melakukan hal serupa. Menunjukan rasa cintanya terhadap klub kebanggaan dengan berbagai cara yang menarik. Pokoknya mereka mempertontonkan dedikasi dan totalitas.
MEMBANDINGKAN BONEK DENGAN CULES
Kalau standar ini diterapkan ke para Cules, sebutan untuk suporter FC Barcelona, jelas mereka kalah jauh. Hampir tidak ada pertunjukan menarik disana. Satu-satunya pemandangan yang bisa dilihat hanya koreo 2D. Itupun dibentangkan hanya saat sebelum laga dimulai. Setelah itu stadion terasa seperti di perpustakaan. Sunyi senyap kecuali ketika gol tercipta. Meskipun saya belum pernah lihat FC Barcelona berlaga secara langsung, tapi terasa sekali bedanya lewat televisi. Ketika Persebaya Surabaya bertanding, terutama laga kandang di Stadion Gelora Bung Tomo, penonton di rumah masih bisa mendengarkan suara perkusi dan nyanyian suporter dari tribun yang mengiringi pertandingan. Di Camp Nou, stadion kandang FC Barcelona, satu-satunya lagu yang terdengar hanyalah "chant del barca". Itupun nyaring terdengar melalui speaker stadion. Itu saja diulang-ulang sampai laga selesai. Sangat membosankan!.
Paling mentok, pertunjukan yang bisa dilihat di stadion hanyalah koreo 2D yang menunjukan tulisan-tulisan besar. Jarang sekali ada gambar-gambar menarik yang mewakili semangat para suporter mendukung tim kebanggaannya. Memang kalau dilihat dari layar televisi, Cules yang hadir di stadion kebanyakan menonton sambil merekam pertandingan lewat smartphone masing-masing. Alih-alih menikmati pertandingan, mereka fokus mengabadikan momennya saja. Kalau bahasa anak sekarang, "tidak mindful". Dugaan saya, mereka ini kebanyakan adalah turis. Hadir hanya sekali lalu pulang. Jangankan menunjukan gairahnya mendukung tim kesayangan, budaya dan sejarah klub yang ditonton saja jangan-jangan mereka tidak tahu.
Intinya, FC barcelona boleh jadi klub besar dengan segudang prestasi. Tapi sayang suporter yang mendukung seperti ga niat dan kurang bergairah dalam mendukung tim mereka di lapangan. Suporter lokal mereka sepertinya harus banyak belajar dari Bonek. Bila perlu, adakan studi banding ke Surabaya. Apalagi sekarang FC Barcelona performanya sudah tidak sebagus dulu. Kalau pertandingan di lapangan sedang ampas, setidaknya mereka masih punya hal lain yang bisa dibanggakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H