Mohon tunggu...
Arief Rahman Nur Fadhilah
Arief Rahman Nur Fadhilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Psikologi Unair

Suka menyendiri tapi takut sendirian

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada PAUD Tidak Dapat Menggantikan Pembelajaran Tatap Muka

26 Juli 2021   07:17 Diperbarui: 26 Juli 2021   07:28 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam berkegiatan di PAUD, anak sudah dikondisikan oleh guru untuk aktif berkomunikasi dan berbicara dalam kelas. Baik untuk menjawab apa yang guru tanyakan atau sekedar berbicara dengan teman sebayanya di dalam kelas. Hal ini tentunya akan terus menerus mengasah kemampuan berbahasa anak. 

Di rumah, intensitas anak untuk berbicara dan berkomunikasi akan lebih terbatas. Terkadang keluarga dirumah tidak sempat atau bahkan tidak paham dengan kemauan anak dan meminimalisir untuk berkomunikasi dengan anak. 

Kemampuan berbahasa nantinya akan penting untuk anak. Karena apabila di usia dini anak telah memiliki kemmapuan berbahasa yang bagus, hal ini akan memudahkan anak untuk belajar membaca dan menulis sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk masuk ke jenjang sekolah dasar.

Aspek terakhir adalah aspek sosial. Aspek sosial meliputi kemampuan anak dalam berinteraksi dan menjalin hubungan pertemanan dengan teman sebaya dan orang-orang di sekelilingnya. 

Idealnya memang anak usia dini dipertemukan dengan teman sebayanya. Interaksi anak dengan teman sebayanya akan menstimulasi banyak hal dalam perkembanganya sepertii yang telah disinggung pada aspek-aspek sebelumnya. Manfaat lain dari interaksi anak dengan teman sebayanya adalah melatih emosi anak. 

Dalam berinteraksi dengan teman, pasti akan banyak sekali proses pertukaran di dalamnya. Disinilah tempat anak belajar untuk mengkompromikan ego pribadinya. 

Misalkan saat di satu ruangan bermain, terdapat beberapa anak yang ingin memainkan hal yang sama. Guru pasti akan mengarahkan anak-anak tadi untuk bermain bergantian. Rasa ingin menguasai sendiri mainan tersebut terpaksa harus disingkirkan. 

Selain itu, emosi juga dapat dilatih melalui kompetisi. Kompetisi kecil-kecilan misalnya lomba memakai baju atau lomba makan yang diadakan oleh guru. Dari kompetisi tersebut, pastilah akan ada yang menang dan kalah. 

Bila menang, anak akan merasakan emosi postif seperti bahagia dan bila kalah akan merasakan emosi negatif seperti sedih. Dirumah, biasanya anak akan dipaksa untuk mennyembunyikan emosi negatifnya. 

Seringkali orang tua atau keluarga memarahi anak saat anak menangis karena merasa sedih. Bila terjadi terus menerus, ini tidak bagus untuk perkembangan anak karena dikemudian hari, anak akan kesulitan dalam mengenali emosinya sendiri.

Memang di masa pandemi ini kita tidak dapat memaksakan kehendak agar sekolah bisa dibuka dan pembelajaran tatap muka berlangsung. Maka dari itu, untuk dapat meminimalisir dampak negatif dari pembelajaran jarak jauh, disinilah peran orang tua atau pengasuh anak sangat krusial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun