Implementasi Teknologi Dalam Membantu Psikologis Peserta Didik
Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai materi yang telah dipelajari. Kegiatan belajar juga dapat membentuk sikap seseorang. Dalam hal ini, pembentukan sikap mental peserta didik akan sangat berhubungan dengan penanaman nilai-nilai sehingga menumbuhkan kesadaran di dalam dirinya. Memasuki era modern seperti sekarang, hampir semua aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari telah menjadi lebih mudah dilakukan berkat adanya teknologi yang terus berkembang. Perkembangan teknologi ada di berbagai sektor kehidupan masyarakat, tidak terkecuali pada bidang pendidikan. Penelitian Cambridge International melalui Global Education Census 2018 menunjukan bahwa peserta didik Indonesia sangat akrab dengan teknologi, bukan hanya dalam berinteraksi di media sosial, tetapi juga untuk kebutuhan pembelajaran. Penggunaan teknologi khususnya teknologi digital, sudah terbukti dapat meningkatkan minat belajar peserta didik. Sebab, fasilitas yang diberikan teknologi digital lebih menarik sehingga dapat terhindar dari rasa jenuh ketika siswa mengikuti pelajaran.
Seluruh negara pasti membutuhkan regenerasi agar negara tersebut dapat menghasilkan sebuah inovasi baru. Pesatnya perkembangan teknologi informasi di berbagai bidang tak terlepas dari perannya dalam membuat, menyimpan, menyampaikan, hingga menyebarkan informasi. Penggunaan perangkat elektronik seperti televisi, komputer, smartphone dan berbagai perangkat canggih untuk membantu kesehatan psikologis manusia pun turut membuat teknologi sangat dibutuhkan masyarakat luas terutama di Indonesia. Teknologi berdampak atau mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan manusia di era yang modern, mulai dari interaksi dan hubungan pribadi hingga kehidupan kerja dan kesehatan mereka. Seiring dengan berkembangnya teknologi dunia berkembang dan berubah dengan pesat, dengan munculnya teknologi-teknologi baru secara berkala maka pengaruhnya juga terhadap bidang psikologi. Faktanya, teknologi telah membantu banyak umat manusia dalam beberapa kemajuan terpenting dalam psikologi modern, seperti perbaikan seputar psikologi:
World Happiness Report merilis bahwa Indonesia menempati urutan ke-84 dalam daftar negara paling bahagia di dunia pada tahun 2023. Rata-rata skor kebahagiaan di Indonesia sebesar 5,277 poin. Adapun skor kebahagiaan ini disusun melalui data dari 137 negara selama tiga tahun terakhir. Skor indeks diukur berdasarkan enam faktor, yakni PDB per kapita, dukungan sosial, harapan hidup sehat, kebebasan memiliki pilihan hidup, kedermawanan, dan persepsi korupsi. Ironisnya, tingkat kebahagiaan Indonesia berbanding terbalik dengan kualitas kesejahteraan mental penduduknya. Masalah gangguan kesehatan jiwa yang termasuk gangguan kecemasan dan depresi pada orang dewasa di Indonesia mencapai angka yang tidak main-main, yaitu 11,6 persen.
Namun demikian, fasilitas untuk menunjang kesehatan jiwa masih sedikit. Minimnya penunjang bisa dilihat dari akses dan sumber daya manusia profesional yang kurang memadai, serta dukungan hukum dari pemerintah pusat maupun daerah yang masih setengah hati menanggapi keseriusan masalah kesehatan mental. Sejumlah aplikasi kesehatan mental pintar yang ada di Indonesia maupun luar negeri dapat membantu orang-orang yang sedang mengalami berbagai masalah kesehatan mental yang bisa di akses kapan dan dimana saja.
Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023. Angka itu sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang tahun 2022 yang jumlahnya 900 kasus. Menurut Psikolog Klinis Kasandra Putranto, masa remaja adalah masa yang sangat berat dan rentan akan depresi dikarenakan masa ini adalah fase penuh perubahan, baik anatomis, fisik, emosional, intelegensi, maupun hubungan sosial. Terlebih lagi bagi kebanyakan orang menjadi mahasiswa adalah periode pertama dalam hidup mereka yang mereka harus jauh dari orang-orang dan lingkungan yang familiar bagi mereka. Perubahan tersebut lebih terasa yang membuat hidup terasa lebih berat, ada beberapa masalah yang dihadapi oleh peserta didik terutama bagi mahasiswa yang dapat mengakibatkan stres tinggi hingga berpikir untuk bunuh diri. Di antaranya adalah keuangan, masalah dengan dosen, hubungan akademis, permasalahan dengan teman, masalah percintaan, dan gangguan kesehatan.
Faktor yang dapat memengaruhi orang untuk bunuh diri adalah tingkat depresi yang tinggi, kecerdasan emosi yang rendah, tipe kepribadian, dan minimnya dukungan sosial. Apabila menghadapi seseorang yang berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya, bentuk bantuan yang paling penting adalah dengan hadir di sisi individu dan memberikan dukungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menyikapi kasus bunuh diri di kalangan peserta didik terutama bagi para mahasiswa, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meminta seluruh kampus di Indonesia untuk menghadirkan lingkungan kampus yang sehat, aman, dan nyaman. Adapun Into the Light, komunitas edukasi pencegahan bunuh diri dan kesehatan jiwa di Indonesia, menyarankan orang-orang yang memiliki keinginan bunuh diri agar menghubungi layanan kesehatan terdekat. Bertemu dengan psikolog atau psikiater terdekat terbukti efektif dalam menangani krisis bunuh diri atau gangguan jiwa. Tidak hanya itu, tatap muka dengan profesional juga akan menjamin kerahasiaan informasi pribadi kamu. Salah satu cara termudah untuk mencari layanan kesehatan jiwa adalah dengan mengunjungi Puskesmas terdekat. Menurut data dari Kemenkes, kini sudah terdapat lebih dari 3.000 Puskesmas yang dilengkapi dengan layanan kesehatan jiwa.
Berikut aplikasi kesehatan mental untuk membantu masalah psikologis manusia:
1. E-Curhat
Aplikasi telekonsultasi kesehatan mental yang paling dikenal masyarakat Indonesia. Mayoritas atau 39,9% responden mengaku mengetahui aplikasi tersebut. Selain paling populer di masyarakat, e-Curhat juga jadi aplikasi kesehatan mental yang paling banyak digunakan oleh responden. Dari 30,6% responden yang mengaku pernah menggunakan aplikasi telekonsultasi kesehatan mental, 45,5% di antaranya menjawab pernah konsultasi melalui e-Curhat.
2. Riliv
Aplikasi garapan anak bangsa ini memfasilitasi penggunanya untuk berkonsultasi masalah pribadinya secara gratis kepada psikolog profesional atau mahasiswa psikologi. Psikolognya sendiri terdiri dari enam psikolog profesional dan 50 mahasiswa psikolog (reliever) yang berasal dari Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, serta Universitas Negeri Surabaya. Relawan mahasiswa psikolog yang terdaftar di aplikasi ini lebih berfungsi sebagai teman pendengar curhat, bukannya pemberi solusi masalah. Untuk mendapatkan jawaban dan saran medis, Anda dapat berlangganan fasilitas premium berbayar guna berkonsultasi langsung dengan psikolog atau terapis profesional berlisensi yang terkait di bidangnya.
3. Operation Reach Out
Operation Reach Out pada awalnya dikembangkan oleh badan militer Amerika Serikat sebagai platform untuk menangani kasus depresi dan PTSD di kalangan veteran militer. Aplikasi gratis yang bertindak sebagai alat intervensi ini membantu orang-orang yang memiliki pemikiran bunuh diri atau rentan melakukan percobaan bunuh diri untuk mendapatkan bantuan sesegera mungkin. Anda bisa menunggah informasi nomor telepon penting dan kontak darurat lainnya di dalam aplikasi ini. Kemudian, di saat-saat Anda sangat merasa kepayahan, Anda dapat dengan mudah menghubungi bantuan. Operation Reach Out juga dilengkapi dengan fitur GPS yang dapat memberi tahu posisi Anda saat ini serta video-video yang bisa membantu Anda tenang dan kembali fokus.
4. SAM
SAM adalah kependekan dari Self-help Anxiety Management. Pada mulanya, SAM dikembangkan oleh tim psikolog dan pakar komputer dari University of West England untuk menciptakan sumber daya kesehatan mental yang menarik dan praktis bagi masyarakat. SAM adalah sebuah aplikasi yang dirancang untuk membantu orang mengelola kecemasan mereka. Pengguna dapat merekam tingkat kecemasan mereka dan mengidentifikasi pemicu stres dan kecemasan yang berbeda. Aplikasi ini mencakup 25 pilihan swadaya untuk membantu pengguna mengelola gejala fisik dan mental akibat kecemasan, misalnya teknik pernapasan. Aplikasi ini juga memiliki fitur cloud sosial yang memungkinkan pengguna untuk secara anonim berbagi pengalaman mereka dengan pengguna SAM lainnya.
5. What’s Up?
What’s Up? adalah aplikasi gratis yang bertujuan mengelola kesehatan mental penggunanya dengan menggabungkan aspek dari terapi CBT dan terapi komitmen untuk menciptakan strategi mengatasi masalah yang dipersonalisasi terkait depresi, kecemasan, amarah, dan stres. Poin kuat dari aplikasi ini adalah pelacak kebiasaan baik dan buruk yang Anda lakukan setiap kali mengatasi masalah, yang bisa Anda jadikan panduan, serta 3 teknik pernapasan mudah agar Anda bisa tetap tenang dan santai di kala kewalahan. What’s Up? juga memiliki fitur buku harian, di mana Anda bisa merekam setiap pemikiran dan perasaan yang Anda miliki, termasuk juga kemampuan untuk menilai perasaan Anda dari skala 1-10.
6. Depression CBT
Terapi perilaku kognitif (CBT) merupakan salah satu pendekatan efektif untuk mengelola depresi dan masalah kesehatan mental lainnya. Aplikasi ini membantu Anda memantau suasana hati Anda dengan tes penilaian yang melacak tingkat keparahan mood depresif dan memberikan beberapa sumber yang bertujuan untuk mendidik Anda tentang pola pemikiran negatif yang mungkin memperburuk depresi Anda. Ada juga fitur audio untuk relaksasi dan bantuan depresi.
Tidak bisa di pungkiri zaman sekarang umat manusia tidak akan lepas dari yang namanya teknologi apalagi dalam pendidikan dan kesehatan. Setiap manusia memiliki kesempatan untuk merasakan teknologi. Dalam perkembangan teknologi yang berkembang sangat pesat, tentunnya ada banyak hal positif yang dapat dirasakan dan di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari walaupun ada dampak negatif nya. Di dunia pendidikan penggunaan teknologi dapat membantu pendidik dan peserta didik dalam mengontrol dan memantau pembelajaran mereka sendiri, memungkinkan mereka untuk hidup dan bekerja dengan baik serta mandiri di masa depan. Selain itu kecerdasan artifisial di masa depan akan mengarah ke precision learning. Nantinya pembelajaran tidak hanya memperhitungkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Di bidang kesehatan inovasi teknologi kecerdasan artifisial digunakan untuk mempercepat waktu pelayanan, memperluas jangkauan, dan penurunan biaya kesehatan. Selain itu teknologi di bidang kesehatan memungkinkan pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa harus mengunjungi langsung pusat kesehatan atau dokter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H