Mohon tunggu...
Arief Pratomo M
Arief Pratomo M Mohon Tunggu... Human Resources - Saya Menulis Maka Saya Ada

Hanya seorang yang ingin menulis untuk menyadari kehadirannya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ikut Coaching atau Konseling, ya?

29 April 2020   07:30 Diperbarui: 29 April 2020   07:40 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa karyawan di kantor selalu menanyakan hal ini kepada saya. Mereka selalu bingung karena ada atasannya yang meminta mereka untuk melakukan proses coaching namun ada yang meminta mereka untuk mengikuti sesi konseling. Hal ini tidak mengherankan karena hingga kini dua istilah ini saling tertukar dan masih banyak yang belum mengerti apa perbedaan dari kedua kegiatan ini. 

Bahkan pernah saya menghadiri sebuah acara seorang coach terkenal di negeri ini yang juga memiliki sebuah lembaga sertifikasi coach dengan bangganya menyampaikan bahwa salah satu coach dalam lembaganya pernah menangani klien yang sedang depresi dan memiliki keinginan bunuh diri padahal latar belakang coach tersebut bukan dari bidang kesehatan mental. 

Dalam praktik kesehatan mental saja jika seorang Psikolog Klinis yang mendapati kliennya ingin melakukan bunuh diri maka klien tersebut harus segera dilakukan assessment apakah masih dapat ditangani atau harus dikonsulkan ke rekan psikiater untuk diberikan terapi obat.

Hal seperti yang semakin membuat masyarakat bingung mengenai perbedaan coaching dan konseling. Sebelum kita menjawab perbedaannya maka perlu kita ketahui lebih dahulu mengenai definisi coaching dan konseling. Jika kita coba search kata Coaching maka beragam definisi yang kita dapatkan dan kadang saling tumpang tindih antara coaching dengan konseling. 

Jika kita melihat definisi beberapa ahli maka coaching didefinisikan sebagai proses untuntuk meningkatkan kinerja dan kualitas hidup seseorang klien normal (non-klinis). Hal ini yang menentukan bahwa coaching bukan proses terapeutik atau penyembuhan. 

Proses coaching memiliki tujuan tertentu yang difasilitasi oleh seorang coach agar pembelajaran dan pengembangan pribadi dapat terwujud. Konseling adalah sebuah proses teraupetik terhadap seorang yang mengalami masalah psikologis sehingga mampu menjalani hidup dengan normal kembali. Seorang klien yang datang ke konselor biasanya adalh klien yang menalami hambatan-hambatan yang terkait dengan psikologisnya. 

Seorang dapat menjadi coach apabila telah mendapatkan pelatihan untuk menjadi coach dan sudah tersertifikasi. Seorang harus memiliki persyaratan khusus untuk menjadi seorang konselor yaitu minimal memiliki latar belakang pendidikan kesehatan mental. 

Namun memang pada prakteknya banyak coach dan konselor yang tidak memiliki sertifikasi tetapi mengaku sebagai coach atau konselor, bahkan parahnya ada coach yang melewati batas tanggung jawabnya yaitu bertindak sebagai konselor padahal tidak memiliki latar belakang atau sertifikasi di bidang konseling.

Banyak yang membedakan coaching dan konseling dari metode yang digunakan yaitu jika Coaching berfokus pada kondisi saat ini dan rencana masa depan sedangkan konseling berfokus pada masa lalu klien. Hal ini tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah karena banyak metode-metode konseling yang berfokus pada saat ini dan sekarang. 

Ada juga yang berpendapat bahwa proses coaching dilakukan dengan cara menggali klien untuk dapat menentukan tujuannya di masa depan sedangan proses konseling dilakukan hanya dengan mendengar keluhan klien. Tentu saja ini juga kurang tepat karena banyak metode konseling yang dilakukan dengan cara menggali kemampuan kognitif klien misalnya menggali kesalahan berfikir yang digunakan selama ini. Lantas apa bedanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun