Mohon tunggu...
Arief Rachman
Arief Rachman Mohon Tunggu... Freelancer - Suka jalan-jalan, makan-makan dan menonton film

@ariefpokto Ariefpokto.com #aipTrip suka makan suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akhirnya Kebagian Juga Pengalaman Sulit Mencari Beras

20 Februari 2024   13:41 Diperbarui: 20 Februari 2024   13:52 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang ini, 20 Februari 2024, rencananya mau pergi ke mini market, karena beras di rumah sudah habis. Sekalian mau beli beberapa keperluan rumah tangga yang lain. Ketika sampai di minimarket yang dekat rumah, saya langsung pergi ke area yang biasa ditempatkan aneka macam beras. 

Tapi entah kenapa area itu kosong, lalu saya pun bertanya kepada mbak yang menjaga minimarket jawabannya "Beras lagi kosong"

Lalu saya pun pergi ke minimarket lain yang jaraknya tidak begitu jauh dan jawabannya pun sama " beras lagi kosong"

Tidak putus asa, Saya pergi ke minimarket lain yang beda merk ,lalu segera ke area penjualan beras dan sama di sana pun tidak saya lihat satupun bungkusan beras 5 kilo yang biasa saya beli seharga kurang lebih Rp 69.000.

Pada kemana perginya beras itu?  1 mini market selanjutnya Saya juga mendapatkan hasil yang nihil. 

Sempat masuk ke supermarket yang agak besar. Beras 5 kg yang biasa dibeli dipastikan tidak ada. Adan yang kemasan 3 kg Rp. 86.000. Beras Premium. Saya urung membelinya. 

Akhirnya Saya memutuskan untuk pergi ke supermarket besar yang ada di sebuah mall di area Jakarta Timur. Mengajak Ibu Saya sekalian jalan-jalan

Akhirnya Saya menemukan tumpukan beras disana. Alhamdulilah akhirnya ada beras juga. 

Tapi ketika melihat bandrolnya bikin Saya terkejut. Harganya Rp. 115.000 untuk kemasan 5 kg, lalu ada yang lebih dari itu. Merknya pun tidak familiar. 

Sempat mikir agak lama disana. Apa beli aja ya? 

Lalu di antara kemasan beras ada yang kemasan yang sederhana dan berwarna biru. Tapi tidak ada label harganya. 

Saya tanyakan pada penjaganya berapa harga beras 5 kg yang itu? 

Mbaknya jawab " Rp 70.000 Pak. Tapi pembelian dibatasi seorang satu kemasan"

Gembira sekali mendengarnya. Saya ambil dia kemasan. Biar Saya beli satu, satu lagi buat Ibu Saya. 

Kami pun pergi ke kasir untuk membayar. 

Kasir langsung berkomentar "Satu orang satu beras ya Pak"

Saya langsung menerangkan kalau Saya beli satu, ibu Saya satu. 

Dia langsung menjawab " Ga boleh pembelian dalam satu kasir ya"

Sejujurnya Saya mulai emosi karena merasakan tidak perlu rasanya antri di kasir lain. Karena pembelian Saya dan Ibu Saya kan tetap dihitung dia konsumen yang berbeda. 

Tapi Saya mengalah dan mengantri di kasir lain. 

Gembira juga bisa pulang menenteng beras setelah kesana kemari mencari. 

Sumber gambar koleksi pribadi
Sumber gambar koleksi pribadi

Hari ini cukup mengaduk perasaan. Pertama. Susah sekali mendapatkan beras di Jakarta. Biasanya mudah dengan harga yang normal

Ibu Saya sempat bilang kalau di Pasar Pak Meriem di toko beras langganan, beras yang biasanya dibeli harganya Rp. 85.000.

Intinya beras ada, tapi harganya mahal.  Kalau yang biasa dibeli harga normal sulit didapat. 

Itulah kenapa supermarket tadi sampai buat peraturan satu beras satu konsumen yang bisa Saya pahami. Yang ga masuk akal itu ga boleh satu kasir. Aneh aja menurut Saya. 

Kebayang masyarakat ekonomi lemah, makin sulit kayaknya mereka mencari beras dengan harga yang ekonomis? Semoga Kita semua diberi kecukupan, atau kalau bisa berlebih supaya bisa berbagi. 

Apakah Kompasianers mengalami pengalaman sulit mencari beras seperti Saya hari ini ? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun