Di hari yang mulia ini, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1438 Hijriah. Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Saya juga mendoakan semoga jamaah Haji Indonesia yang sedang melakukan ibadah haji di Tanah Suci diberikan kemudahan, keselamatan, dan pulang menjadi Haji/Hajjah yang Mabrur.
Ya, saya segan dipanggil Pak Haji. Sebagian teman-teman kuliah suka memanggil saya Pak Haji, karena saya sudah menunaikan ibadah haji waktu kuliah dulu. Sempat minta izin ke kampus untuk pergi ke tanah suci. Jadi teman-teman tahu. Tidak ada yang salah dengan panggilan itu, cuman saya risih saja.
"Lho, kenapa risih? Seharusnya bangga kan sudah naik haji."
Mungkin kalau bagi saya, perasaanya bukan bangga, tapi lebih tepat berbahagia, karena Alhamdulillah sudah menjalankannya. Keinginan saya adalah menjadi haji mabrur, yaitu haji yang membuat orang yang melaksanakannya menjadi pribadi yang lebih baik. Semua makna ibadah selama berhaji melekat di hatinya dan diamalkan dalam kehidupannya.
Setiap usim haji selalu mengingatkan saya betapa beruntungnya saya telah mengerjakan rukun Islam yang ke 5. Ikut bahagia rasanya melihat saudara muslimin lain dengan semangat berangkat ke tanah suci karena berangkat haji itu tidak mudah.
Banyak sekali tantangan untuk mengerjakannya, selain harus punya biaya, harus pula mendapat undangan Allah SWT untuk berkesempatan pergi. Banyak yang ingin pergi haji, tapi terkendala dengan biaya, tapi banyak juga yang saya rasa mampu, tapi belum berangkat.Â
Banyak alasannya, sebaiknya tidak usah dibahas. Tapi ada juga yang biayanya cukup, belum bisa berangkat, karena naik haji sekarang antriannya panjang. Harus menunggu giliran berangkat karena sistem quota yang diberlakukan Kerajaan Saudi Arabia.
Tidak mudah, tapi apabila dengan ikhlas dan semangat, semuanya bisa dikerjakan dengan indah.
Kembali lagi soal panggilan, saya segan dipanggil "Pak Haji", karena menurut saya tanggung jawab menyandang predikat "Pak Haji" itu berat. Otomatis saya harus mempunyai standar lebih baik dalam ibadah, memperlihatkan akhlak yang baik dan juga pengetahuan soal agama yang lebih baik.
Sementara diri ini masih jauh dari sana, tetap berusaha, karena perjalanan menjadi muslim yang lebih baik ini adalah perjuangan yang nyata dan ada dalam keseharian. Suka malu kalau ada yang mengingatkan "Lho, Pak Haji kok sholatnya telat sih ?" atau "Kok pergi ke tempat Dugem ?" dan banyak lagi.
Suka bingung kadang zaman sekarang sepertinya ada beberapa orang yang overconfident dengan amal ibadahnya. Pernah menemukan langsung kasus-kasus yang dilihat sendiri. Lihat ada "Pak Haji" yang naik motor gak pakai helm. Pas diingatkan soal keselamatan, dijawabnya "Saya kan sudah Haji, ahli mesjid," jawaban dengan logika berpikir seperti itu membuat saya tak bisa berkata-kata lagi saya yakin Allah sayang sama beliau, dan juga beliau pasti berdoa untuk keselamatannya.
Tapi bukannya harus ada usaha juga ya? Ikhtiar itu wajib. Dan sudah seharusnya beliau menjadi contoh baik bagi orang lain. Ada juga yang "ngambek" saat kita lupa memanggilnya "Pak Haji" atau "Bu Hajjah". Namanya juga orang lupa. Bukannya tidak menghargai, benar-benar kesalahan tidak disengaja. Hal ini membuat situasi tidak nyaman.
Haji mabrur yang patut dicontoh juga banyak banget. Ada beberapa Pak Haji dan Bu Hajjah yang dari perilakunya makin soleh dan soleha setelah pulang berhaji.Â
Ada yang dulunya judes, sekarang ramah banget. Ada yang dulunya jarang ke masjid, sekarang rajin ke masjid setiap waktu. Perubahannya terasa sekali. Kalau dekat mereka adem banget. Amal ibadahnya meningkat. Perbedaan sebelum dan setelah berangkat hajinya signifikan deh. Dan itu tercermin dari perilaku dan perbuatannya sehari-hari. Terlihat konsistensinya. Tidak hanya pas pulang haji saja.
Buat saya naik haji tidak otomatis tingkat ibadah saya selalu di atas terus. Sebagai manusia biasa pasti ada naik turunnya. Perjuangan menjadi haji mabrur itu dimulai sesaat setelah ritual ibadah haji selesai. Sudah seharusnya perjalanan haji yang selesai dikerjakan menjadi kontrol bagi diri sendiri. Menjadi pedoman baik dalam hidup. Jangan menjadi bahan untuk disombong-sombongkan.
Kalau mau melakukan perbuatan tidak baik, sudah seharusnya memori dalam benak ini berkata "Eh, gak  malu sama haji kamu ?" Dalam kasus saya, kadang itu berhasil, kadang tidak.
Sekali lagi saya katakan, perjalanan menjadi haji mabrur masih panjang. Seumur hidup. Saya doakan semua yang sudah berhaji menjadi haji dan hajjah yang mabrur. Yang belum berhaji semoga segera berangkat melaksanakan ibadah rukun Islam yang 5 ini.
Dan jangan panggil saya "Pak Haji", panggil saja Pak Aip ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H