Hi TemenAip ! Pernahkah jalan-jalan, berharap melihat keindahan alam, tapi ternyata kita dapat bonus banyak. Kita juga berjumpa dengan orang-orang menarik yang membuat perjalanan kita makin kaya dan bermakna.
Sekarang mau cerita ya, salah satu perjalanan seperti itu, saat #AipTrip ke Pohuwato, sebuah kabupaten di Gorontalo.
Sejak awal kedatangan ke Gorontalo , masuk Kabupaten Pohuwato, pertanyaan saya selalu sama....
"Itu motor ditaruh sembarangan depan rumah gak hilang Pak ?" tanya saya
"Itu sapi berkeliaran dimana-mana gak ada yang ngambil ?" tanya saya lagi. Begitu aja terus sepanjang perjalanan saya di Gorontalo.
Tapi jawaban yang saya dapat selalu sama.
"Gorontalo Aman"
Pas di googling tingkat kriminalitas di Pohuwato pun yang keluar rata-rata adalah Miras, bukan pembunuhan , curanmor. Ya, karena masalah kriminal di Pohuwaato adalah yang bersangkutan dengan minuman keras, bukan kriminal yang lain. Bukannya tidak ada, tapi jumlahnya sangat kecil dibandingkan luas wilayah.
Perjalanan saya ke Pohuwato sendiri membawa saya berjumpa dengan orang-orang menarik yang mungkin tak saya sangka akan temui. Salah satunya adalah Ambottan Daeng Metteru yang akrab dipanggil Abi.
Menurut Abi , yang juga seorang seniman, di Pohuwato ada sebuah Local Wisdom bernama Ati Olo. Kalau diartikan secara harafiah Berbelas Kasihan dan membantu yang kesusahan. Sebagai daerah baru Pohuwato adalah daerah yang sangat welcome terhadap pendatang. Abi sendiri sewaktu pertama datang kesini, sempat merasakan Ati Olo yang luar biasa. Ketika ditanya " Rumahnya dimana ? Â Abi tidak bisa menjawab karena memang belum punya rumah. Lalu beliau ditawari ditawari sebidang tanah yang sangat luas untuk ditempati. Selain berbelas kasihan, orang Pohuwato tersebut juga senang mendapat tetangga baru.
Daerah ini baru dibuka pada tahun 1800 an sebagai wilayah perkebunan setelah sebelumnya menjadi hutan lindung oleh Belanda.
Pohuwato sendiri sebagai kabupaten yang baru berumur 14 tahun memiliki banyak etnis. Ada 24 etnis disana. Mayoritas suku Gorontalo. Tapi ada pula suku Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Flores, Minahasa ,Bugis dan banyak lagi. Ada yang datang dalam program transmigrasi era orde baru, banyak pula yang datang dengan sukarela, memulai hidup baru disini.Penganut agama di Pohuwato pun sangatlah toleran menjaga hubungan antar agama.Bisa dibilang Pohuwato adalah miniatur Indonesia yang beragam, tapi tetap menjunjung Bhinneka Tunggal Ika. Dan Ati Olo sendiri diterapkan oleh semua etnis yang ada disana. Asumsi saya sih. Tapi kalau tidak ber Ati Olo, sudah barang tentu area multi etnis menjadi tempat yang tidak nyaman untuk ditinggali kalau tidak ada yang mau bertenggang rasa.
Ati Olo sendiri sebenarnya secara langsung kami alami saat berkunjung ke Pohuwato. Kami para blogger yang datang mendapatkan begitu banyak pengalaman Ati Olo. Pertama sewaktu mobil kita mogok sepulang dari Desa Torosiaje. Kampung suku Bajo di atas air. Karena alarmnya menyala semalaman, Sementara kami menginap di atas laut , jadi tidak Ada yang  I bisa memastikan alarm. akinya soak sehingga tidak dapat distarter. Bingung kan gimana mau pulang?  Orang-orang disekitar dermaga tanpa banyak cerita langsung langsung membantu mendorong mobil berkali-kali tanpa minta imbalan. Bahkan ada yang membawa aki dan kabel jumper sendiri. Tapi secara halus kami tolak, karena memilih menunggu mekanik bengkel. Soalnya kami orang Jakarta bawaanya curigaan melulu. Hahaha, payah deh, padahal orangnya mau bantu.
Sementara itu Abi yang mengantar kami malah diberi seekor anak burung perkutut. Burung itu lalu diberikan pada anaknya untuk dipelihara.
Tantangan juga untuk orang-orang Pohuwato untuk melestarikan  Ati Olo, yang entah suatu saat nanti akan tergerus oleh kemajuan zaman , meningkatnya individualitas dan banyak faktor lain. Tapi sayang sekali apabila hilang nantinnya.
Lumayan banget kan #Aiptrip kali ini banyak nilai tambahnya. Bisa banget jadi benchmark #Aiptrip berikutnya, untuk mengeksplor lebih jauh soal orang-orang yang dikunjungi. Baiklah, sampai ketemu di postingan #AipTrip berikutnya. Terima Kasih TemenAip sudah mau membaca. Ber Ati Olo yuk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H