Tan sempat datang ke kongres partai komunis se-dunia di Moskwo Rusia. Sebagai utusan dari negara terjajah, Indonesia, Tan Malaka berani menentang Lenin, yang waktu itu ibarat dewa-nya Partai Komunis se dunia. Waktu itu Tan baru berumur 25 tahun, sementara Lenin sudah menjadi Perdana Menteri Uni Sovyet.
Tan ngotot kalau gerakan komunis dunia harus bersinergi dengan gerakan Islam karena tujuannya sama, yaitu mengusir kapitalis-imperialis. Padahal, Lenin sudah bersabda supaya gerakan komunis ini jalan sendiri-sendiri saja. Bukannya marah, Lenin malah mengangkat Tan Malaka sebagai komandan partai komunis untuk regional Asia Timur. Bandingkan dengan kita. Kalau cuma ketemu dosen killer dan calon mertua, dengkul kita sudah gemetaran kayaknya masih perlu belajar banyak lagi dech.
 5.  Berani beda dengan teman-temannya
Sewaktu Tan menjadi komandan Partai Komunis di kawasan Asia Pasifik, PKI dipimpin Alimin, Musso, Boedisoetjitro, Sugono, dan lainnya mau memberontak kepada Kolonial Belanda. Meskipun teman-temannya sudah satu suara, Tan ngotot supaya rencana itu dibatalkan. Karena dia melihat kekuatan PKI dan rakyat Indonesia saat itu belum kuat, sehingga pemberontakan ini akan menjadi alasan bagi belanda untuk bertindak tegas kepada para revolusioner.
Akibat penolakannya ini, Tan dimusuhi oleh teman-teman seperjuangannya, tapi Tan tetap keukeh menolak rencana pemberontakan itu. Benar saja, ketika pemberontakan itu terjadi, tentara Belanda langsung menumpas habis gerakan perlawanan rakyat. Bukan hanya aktivis kemerdekaan, tetapi rakyat yang tidak tahu apa-apa kemudian dibuang ke Boven Digul Papua.
Â
Oke, begitu dulu ya. Nanti kelanjutannya saya ketak-ketik dulu :DÂ
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H