Karena dalam struktur SKK Migas memang Menteri ESDM adalah Ketua Badan Pengawas SKK Migas bersama dengan Menteri Keunganan, Kapolri, Menteri LHK dan lainnya yang menjadi anggota pengawas.
Tercatat selain lapangan Blok Abadi Masela, ada proyek besar lainnya seperti : Indonesia Deep Development (IDD) dengan KKKS utama adalah Chevron (perusahaan Amerika Serikat) Estimasi produksi proyek ini sebesar 1.120 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) untuk gas dan 40.000 barel per hari (bph) untuk minyak. Biaya pengembangan diperkirakan sebesar US$ 5 miliar. Kemudian Tain 3-Kilang Tangguh.
Yang ketiga yakni Train-3 Kilang Tangguh, dijadwalkan beroperasi pada 2020. Proyek yang dikerjakan oleh BP Berau Ltd ini (perusahaan Inggris) Proyek Train-3 Kilang Tangguh ini memiliki biaya pengembangan sebesar US$ 8 miliar, dan diperkirakan mampu menghasilkan gas sebesar 700 mmscfd. Selanjutnya Proyek Jambaran-Tiung Biru diperkirakan akan menghasilkan gas sebesar 190 mmscfd. Biaya pengembangan proyek ini diestimasikan US$ 1,55 miliar. Lalu Blok Corridor dan Lapangan Jangkrik blok Bakau
Pengembangan hulu migas di Masela diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahan produksi Gas Bumi sekitar ekuivalen 10,5 juta ton (mtpa) per tahun (sekitar 9.5 juta ton LNG per tahun dan 150 mmscfd Gas Pipa), dengan target onstream di tahun 2027.
Terlepas dari semua hal diatas, ada satu hal yang terkadang publik lupa. Bahwa keberhasilan SKK Migas saat ini adalah karena insting yang luar biasa dari Presiden Jokowi yang menunjuk Dwi Soetjipto sebagai Kepala SKK Migas. Sosok Dwi Soetjipto yang terlempar dari kursi Dirut Pertamina ketika dicopot oleh Menteri BUMN Rini Suwandi diawal 2017 saat berhasil membawa Pertamina lepas dari krisis dan untuk pertama kalinya mengalahkan Petronas dari sisi laba di tahun 2016.Â
Langkah Presiden Jokowi yang menunjuk Dwi Soetjipto menjadi Kepala SKK Migas, belum 1 tahun menjabat sudah menunjukkan keberhasilan yaitu berhasil menuntaskan negoisasi dengan INPEX untuk pengembangan Blok Masela yang sudah mangkrak hampir 20 tahun sejak ditemukan tahun 2000.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H