Mohon tunggu...
Arief
Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Pernah nulis dibeberapa media seperti SINDO, Jurnas, Surabaya Post, Suara Indonesia (dulu dimasa reformasi), Majalah Explo dll. ( @arief_nggih )

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jurus Dwi Soetjipto Membangkitkan Kembali Optimisme Migas

24 Mei 2019   09:19 Diperbarui: 24 Mei 2019   09:42 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehingga BUMN persemenan saat itu begitu kokoh dan mampu ekspansi ke luar negeri yaitu dengan mencaplok Thang Long Cement Company (TLCC) Vietntam di bulan Desember 2012 menjadikan Semen Indonesia menjadi perusahaan semen terbesar di Asia Tenggara mengalahkan Siam Cement Thailand dan menjadi BUMN pertama yang berstatus Multinational Company. Di akhir kepemimpinan di Semen Indonesia, Dwi Soetjipto menciptakan rekor keuntungan terbesar yaitu mencapai Rp 5,6 triliun.

Prestasi yang tidak bisa dilanjutkan para penggantinya karena kinerja Semen Indonesia terus turun, dengan laba dikisaran Rp 2 triliun sampai Rp 3 triliun. Aset Semen Indonesia bertambah, tetapi justru laba malah turun. 

Jika berbicara tentang industri semen yang oversupply, tentu fenomena ini akan ada terus karena adalah cycle bisnis. Jika ada bisnis yang untungnya gede, pasti berbondong-bondong investor membangun bisnis tersebut, ada gula ada semut. 

Lalu industri tersebut kelebihan pasokan, berulang setiap waktu jadi tidak penting sebuah bisnis itu sedang "red zone" atau "blue zone" karena bagaimana membangun daya saing perusahaan adalah kunci untuk terus memenangkan persaingan.

Kepincut dengan keberhasilan Holding Semen Indonesia, Presiden Jokowi memberikan tugas kepada Dwi Soetjipto dengan tantangan baru yang lebih besar dan lebih kompleks dengan menjadikannya sebagai Direktur Utama PT Pertamina. 

Hanya perlu 2 tahun bagi Dwi Soetjipto untuk membuktikan kemampuannya sebagai CEO handal, yaitu di tahun 2016 untuk pertama kalinya laba Pertamina mencapai US$ 3,15 miliar dollar atau setara Rp 42 triliun saat itu dan mengalahkan laba Petronas Malaysia. 

Tidak hanya itu, keberaniannya dan tentu didukung Presiden saat itu, tercatat dalam sejarah Dwi Soetipto membubarkan PETRAL, sebuah sosok perusahaan yang seolah-olah "tidak tersentuh" dan menyebabkan in efisiensi dalam pengadaan minyak di Pertamina (minyak mentah maupun BBM). Tapi Dwi Soetjipto kalah sakti dengan Mafia Migas. PETRAL boleh bubar, tetapi Mafia Migas terus bekerja dan puncaknya Dwi Soetjipto di copot dari jabatan sebagai Dirut Pertamina di bulan Februari 2017. 

Bayangkan ibarat di era kekaisaran Romawi, ada seorang Jenderal yang baru saja meraih kemenangan gemilang dengan mengalahkan musuh terbesar kekaisaran Romawi, tetapi kemudian dicopot dengan alasan tidak becus memimpin pasukannya. 

Dwi Soetjipto melawan?, tentu tidak sebagai sosok yang lama berkutat dengan berbagai konflik dan menyelesaikan konflik, dia menyakini bahwa yang benar suatu saat akan menemukan jalan kebenaran.

Apa jurus Dwi Soetjipto di SKK Migas

Pasti banyak jurus yang dimiliki sosok Dwi Soetjipto, tetapi bisa dilihat dari cara khas yang dilakukan yaitu selalu melakukan pembenahan kedalam, menyakinkan stakeholders dan menciptakan quick win dalam jangka pendek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun