Mohon tunggu...
Arief
Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Pernah nulis dibeberapa media seperti SINDO, Jurnas, Surabaya Post, Suara Indonesia (dulu dimasa reformasi), Majalah Explo dll. ( @arief_nggih )

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Temukan Cadangan Gas Terbesar ke-4 di Dunia, Indonesia Selangkah Wujudkan Kemandirian Energi

22 Februari 2019   08:01 Diperbarui: 22 Februari 2019   08:28 2444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditengah isu panas tentang harga Avtur yang menghiasi pemberitaan media dan menjadi sentimen negatif industri migas, kabar menggembirakan datang dari sektor Hulu Migas Indonesia dengan ditemukannya cadangan Gas dalam jumlah sangat besar (Giant Discovery)  di Blok Sakakemang Jambi setelah 18 tahun di Indonesia. 

Cadangan gas yang ditemukan oleh KKKS Repsol diestimasikan mencapai minimal sebesar 2 TCF (Triliun Cubic Feet) di kedalaman 2.430 m,, atau merupakan penemuan lapangan gas terbesar ke-4 didunia setelah penemuan cadangan Gas Calypso 1 di Siprus, Obskaya Severnaya Rusia dan SPS Brasil selama kurun eskplorasi 2018-2019

Untuk Asia, penemuan cadangan gas raksaasa di Blok Sakakemang Jambi adalah yang terbesar dan mengalahkan penemuan di Zhongqiu 1 di China dan Dorado 1 di Australia yang keduanya berjumlah kurang dari 1 TCF.

Berdasarkan situs /www.metric-conversions.org konversi dari Barrel ke cubic feet (CF) ke Barrel adalah : 1 Barel = 0,178 CF atau 1 CF = 5,62 Barel, maka dengan penemuan 2 miliar Triliun Cubic Feet (TCF) maka akan setara dengan 11,24 miliar barel. 

Memperhatikan produksi gas di Indonesia tahun 2018 berdasarkan laporan dari SKK Migas yang mencapai 1,139 juta barrel/hari, maka dengan temuan lapangan gas raksasa di Jambi tersebut ibaratnya mampu menyokong produksi gas di Indonesia selama (11,24 x 1.000) / (1,139 x 365) = 27 tahun.

Yaa....temuan gas di Lapangan Sakakemang jika 100% bisa di produksi, akan menambah pasokan gas di Indonesia selama 27 tahun dengan tingkat produksi sebesar 1,139 juta barrel/hari. Kinerja yang luar biasa dari jajaran SKK Migas yang mampu mengkoordinasikan dengan baik dan mampu menyakinkan KKKS untuk terus melakukan investasi di Indonesia. 

Mengingat Hulu Migas adalah sektor investasi yang memiliki resiko sangat besar dan butuh modal banyak. Berdasarkan data dari Bappenas yang pernah dipublikasikan di tahun 2012, keberhasilan pengeboran Migas di Indonesia hanya di kisaran 46% dengan biaya pengeboran di kisaran US$ 8 juta sd US$ 11 juta untuk setiap sumur di pengeboran onshore (darat), tentu saja biaya pengeboran di lepas pantai (offshore) jauh lebih mahal dengan tingkat keberhasilan yang lebih kecil.

Indonesia akan krisis Migas, jawabannya tentu tidak, karena saat ini masih ada 74 cekungan terbukti mengandung potensi migas yang rata-rata berada di laut dalam dengan potensi sekitar 8  milliar barrel minyak, yang jika berhasil ditemukan maka akan menambah cadangan minyak yang saat ini sebesar 3,8 milliar barrel.

Keberhasilan penemuan cadangan gas raksasa di Blok Sakakemang Jambi sebesar 2 TCF, melengkapi keberhasilan SKK Migas di tahun 2018 yang mampu merealisasikan Reserve Replacement Ratio (RRR) sebesar 105,6% dari target 100%. Reserver Replacement Ratio (RRR) menggambarkan tingkat keberhasilan menemukan sumber Migas baru setara dengan jumlah Migas yang diambil pada tahun tersebut. 

Artinya pada tahun tersebut cadangan Migas tidak akan turun atau tetap, yang jika diprediksi akan habis setelah 15 tahun, maka setelah 1 tahun usia cadangan Migas tetap 15 tahun. Bagaimanakah jika dalam 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun kedepan SKK Migas berhasil mempertahankan RRR sebesar 100%, artinya 30 tahun kedepan jumlah cadangan Migas di Indonesia akan tetap. 

Keberhasilan penemuan cadangan Migas di Blok Sakakemang Jambi tersebut tentu saja sudah memastikan target RRR 100% SKK Migas di tahun 2019 sudah terpenuhi.

Sunset Industry (atau industri yang mulai akan hilang), justru dengan ditemukannya cadangan Gas raksasa di Jambi, maka industri Migas malah masuk kategori "Industri yang memiliki masa depan yang cerah".

Perbaikan iklim investasi dan pemangkasan ijin yang gencar dilakukan oleh Pemerintah, secara perlahan mampu meningkatkan gairah investasi di sektor Migas. Tentu saja, posisi SKK Migas yang menjadi "ancho" pelaksanaan regulasi Migas di Indonesia menjadi sangat strategis.

Menarik tentu saja melihat kiprah Dwi Soetjipto di SKK Migas. Setelah sukses memimpin Semen Indonesia dan Pertamina (meski berujung pemecatan), bagaimanakah prestasi dan kinerja Dwi Soetjipto di SKK Migas. 

Diawal kepemimpinannya sudah punya tabungan dengan capaian SKK Migas 2018 yang tentu saja banyak andil Kepala SKK Migas sebelumnya Amin Sunaryadi, namun melihat awal 2019 yang sudah ditemukan lapangan gas raksasa di Jambi, serta komunikasi antar lembaga antara SKK Migas dengan Kementerian terkait termasuk KPK, sepertinya di tahun 2019 akan banyak keberhasilan SKK Migas. Melihat duet maut dan kompak Ignasius Jonan Menteri ESDM dan Dwi Soetjipto Kepala SKK Migas, publik akan terus menanti gebrakan dan kinerja indsutri Migas di Indonesia.

Semoga.......publik tentu mendukung untuk mewujudkan Kedaulatan dan Ketahanan Energi di Indonesia, serta Energi berkeadilan untuk Rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun