Ditengah isu panas tentang harga Avtur yang menghiasi pemberitaan media dan menjadi sentimen negatif industri migas, kabar menggembirakan datang dari sektor Hulu Migas Indonesia dengan ditemukannya cadangan Gas dalam jumlah sangat besar (Giant Discovery) Â di Blok Sakakemang Jambi setelah 18 tahun di Indonesia.Â
Cadangan gas yang ditemukan oleh KKKS Repsol diestimasikan mencapai minimal sebesar 2 TCF (Triliun Cubic Feet) di kedalaman 2.430 m,, atau merupakan penemuan lapangan gas terbesar ke-4 didunia setelah penemuan cadangan Gas Calypso 1 di Siprus, Obskaya Severnaya Rusia dan SPS Brasil selama kurun eskplorasi 2018-2019
Untuk Asia, penemuan cadangan gas raksaasa di Blok Sakakemang Jambi adalah yang terbesar dan mengalahkan penemuan di Zhongqiu 1 di China dan Dorado 1 di Australia yang keduanya berjumlah kurang dari 1 TCF.
Berdasarkan situs /www.metric-conversions.org konversi dari Barrel ke cubic feet (CF) ke Barrel adalah : 1 Barel = 0,178 CF atau 1 CF = 5,62 Barel, maka dengan penemuan 2 miliar Triliun Cubic Feet (TCF) maka akan setara dengan 11,24 miliar barel.Â
Memperhatikan produksi gas di Indonesia tahun 2018 berdasarkan laporan dari SKK Migas yang mencapai 1,139 juta barrel/hari, maka dengan temuan lapangan gas raksasa di Jambi tersebut ibaratnya mampu menyokong produksi gas di Indonesia selama (11,24 x 1.000) / (1,139 x 365) = 27 tahun.
Yaa....temuan gas di Lapangan Sakakemang jika 100% bisa di produksi, akan menambah pasokan gas di Indonesia selama 27 tahun dengan tingkat produksi sebesar 1,139 juta barrel/hari. Kinerja yang luar biasa dari jajaran SKK Migas yang mampu mengkoordinasikan dengan baik dan mampu menyakinkan KKKS untuk terus melakukan investasi di Indonesia.Â
Mengingat Hulu Migas adalah sektor investasi yang memiliki resiko sangat besar dan butuh modal banyak. Berdasarkan data dari Bappenas yang pernah dipublikasikan di tahun 2012, keberhasilan pengeboran Migas di Indonesia hanya di kisaran 46% dengan biaya pengeboran di kisaran US$ 8 juta sd US$ 11 juta untuk setiap sumur di pengeboran onshore (darat), tentu saja biaya pengeboran di lepas pantai (offshore) jauh lebih mahal dengan tingkat keberhasilan yang lebih kecil.
Indonesia akan krisis Migas, jawabannya tentu tidak, karena saat ini masih ada 74 cekungan terbukti mengandung potensi migas yang rata-rata berada di laut dalam dengan potensi sekitar 8 Â milliar barrel minyak, yang jika berhasil ditemukan maka akan menambah cadangan minyak yang saat ini sebesar 3,8 milliar barrel.
Keberhasilan penemuan cadangan gas raksasa di Blok Sakakemang Jambi sebesar 2 TCF, melengkapi keberhasilan SKK Migas di tahun 2018 yang mampu merealisasikan Reserve Replacement Ratio (RRR) sebesar 105,6% dari target 100%. Reserver Replacement Ratio (RRR) menggambarkan tingkat keberhasilan menemukan sumber Migas baru setara dengan jumlah Migas yang diambil pada tahun tersebut.Â
Artinya pada tahun tersebut cadangan Migas tidak akan turun atau tetap, yang jika diprediksi akan habis setelah 15 tahun, maka setelah 1 tahun usia cadangan Migas tetap 15 tahun. Bagaimanakah jika dalam 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun kedepan SKK Migas berhasil mempertahankan RRR sebesar 100%, artinya 30 tahun kedepan jumlah cadangan Migas di Indonesia akan tetap.Â
Keberhasilan penemuan cadangan Migas di Blok Sakakemang Jambi tersebut tentu saja sudah memastikan target RRR 100% SKK Migas di tahun 2019 sudah terpenuhi.