Mohon tunggu...
Arief
Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Pernah nulis dibeberapa media seperti SINDO, Jurnas, Surabaya Post, Suara Indonesia (dulu dimasa reformasi), Majalah Explo dll. ( @arief_nggih )

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

SEA GAMES 2017 Jeblok, Alarm Kematian Silat Indonesia

17 September 2017   01:20 Diperbarui: 17 September 2017   02:30 3159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada ajang SEA GAMES 2017 di Malaysia, kontingen Indonesia mendapatkan hasil yang sangat jelek. Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah keikutsertaan di ajang SEA GAMES  Indonesia meraih posisi yang paling buruk  yaitu peringkat 5 dengan hanya meraih 38 medali emas. Indonesia berada di bawah Malaysia, Thailand, Vietnam dan Indonesia. Malaysia berjaya dengan memperoleh 145 medali emas.

Kemenpora perlu melakukan pembenahan yang radikal, karena situasi olahraga di Indonesia sekarang ini justru penuh dengan berbagai polemik tapi minim prestasi. Publik tentu masih ingat dengan "pepesan kosong" bantuan Pemerintah sebesar Rp 100 miliar agar tetap bisa tampil di lomba balap Formula 1 setelah Pertamina mendukung pembiayaan Rio Haryanto untuk membalap putaran pertama sebesar 5 juta euro atau sekitar Rp 75 miliar rupiah. Dana Pemerintah gagal cair maka Rio Haryanto didepak Tim Manor Racing. 

Tentu bukan kesalahan semuanya ada di Kemenpora Menteri Imam Nahrawi karena banyak institusi terlibat. Namun setidaknya menunjukkan manajemen kebijakan olahraga di Indonesia amburadul dan terkesan reaktif, ramai di media lalu hilang ditelan waktu. 

Di tengah berita dan perjuangan para atlet Indonesia di SEA GAMES 2017 di Malaysia, publik dikejutkan dengan kenyataan bahwa uang akomodasi dan uang saku atlet belum cair, padahal hajatan SEA GAMES 2017 di sudah usai. Lagi lagi masalah manajemen dan koordinasi antar instansi pemerintahan yang tidak bagus

Tentu saja sebagai bangsa Indonesia kita harus bangga dengan perjuangan para atlet Indonesia yang telah berjibaku membela  Indonesia, membela kehormatan merah putih. Berjuang sekuat tenaga, tidak hanya bercucuran keringat semata, tetapi juga air mata dan darah. Bahkan ada beberapa cabang olah raga yang dicurangi oleh wasit. Itulah resiko perjuangan, bahwa akan ada ketidakadilan dan penghianatan atas semangat sportivitas yang mesti dijunjung tinggi dalam pertandingan olah raga.

Terlepas manajemen yang buruk di tingkat Pemerintah dan lembaga yang mengurusi SEA GAMES, kenyataan ada atlet menggunakan uang sendiri untuk membiayai kebutuhan selama latihan dan saat pertandingan adalah hal yang luar biasa dan menjadi inspirasi bagi publik. Ini sekali lagi menunjukkan bahwa atlet Indonesia adalah generasi yang mewarisi semangat para pahlawan, bahwa ditengah isu perpecahan yang sedang ramai diberitakan tentang adanya semangat anti NKRI, anti kebhinekaan dan anti toleransi.

Bahwa Indonesia tidak kekurangan dengan generasi muda yang terus menunjukkan sifat kepahlawanan dengan berjuang membela kehormatan Indonesia dikancah internasional, bahkan dengan segala keterbatasan biaya dan prasarana.

Hasil SEA GAMES 2017 tentu menjadi koreksi bagi kita semua, seluruh pemangku kepentingan di Indonesia, baik Pemerintah, KONI maupun pengurus cabang olahraga di pusat dan daerah untuk melakukan koreksi mengapa prestasi Indonesia menjadi memburuk. Untuk melakukan konsolidasi dan sinergi yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang dengan seluruh shareholders. Bahwa membawa Indonesia ke pentas dunia, membuat harum Indonesia di mata internasional dapat dilakukan pula melalui olah raga.

Kabar menyedihkan tentu saja datang dari cabang olah raga bulu tangkis dan  pencak silat. 

Pada SEA GAMES 2017 di Malaysia, 2 cabang olah raga yang selama ini menjadi lumbung emas Indonesia hasilnya sangat mengecewakan. Khusus pencak silat, sebagai negara asal pencak silat Indonesia hanya meraih 2 medali emas yaitu dari nomor beregu  dan perseorangan kategori tanding di kelas B putri. Dari 20 medali emas yang diperebutkan di cabang pencak silat, Indonesia hanya meraih 2 emas atau hanya 10%. Bagaimana Indonesia bisa kalah oleh negara di Asia Tenggara  yang dulu mereka belajar dari Indonesia.


Cabang olah raga pencak silat di SEA GAMES tentu saja dimasa lampau atas usul Indonesia. Tujuannya tentu saja selain menjadi ajang pundi-pundi emas yang dapat memperbanyak perolehan emas yang di raih Indonesia. Pada SEA GAMES 2017 jumlah medali yang diperebutkan di cabang pencak silat sebanyak 20 medali atau nomor 3 terbanyak setelah Atletik yang memperebutkan 46 medali dan renang 26 medali. Seandainya Indonesia menyapu bersih 20 medali emas tentu Indonesia bisa berada di peringkat 4 di ajang SEA GAMES 2017.

Cita cita menjadi juara umum cabang pencak silat sebagaimana ditekadkan Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Prabowo Subianto pada saat pelantikan Pengurus Pusat IPSI periode 2016-2020 belum tercapai dan mesti menjadi pembelajaran bagi IPSI dan seluruh organisasi silat di Indonesia untuk melakukan pembenahan. Perisai Diri senantiasa siap untuk terus melakukan pembenahan dan pembinaan atlet lebih baik dari waktu ke waktu. Koreksi buat Prabowo Subianto, sebelum membawa Indonesia mengaum bagaikan singa di Asia Tenggara. Ada baiknya tunjukkan mampu membawa pencak silat berjaya dikancah dunia. Jadi tunjukkan mampu mengelola Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)  sebagai induk organisasi berbagai macam perguruan silat di Indonesia mampu memberikan kontribusi bagi pembinaan pencak silat di Indonesia.

Selain menjadi lumbung emas, dipertandingkan nya Pencak Silat memiliki tujuan lain, yaitu menunjukkan ke dunia bahwa Indonesia memiliki akar budaya bela diri yang tidak kalah dengan bela diri dari berbagai dunia yang sudah lebih dahulu dipertandingkan di berbagai ajang turnamen dunia seperti Wushu, Tinju, Karate, Gulat, Judo, Anggar, Taekwondo dll.

Ketika saat ini diberbagai negara di dunia muncul cabang pencak silat tentu saja itu bentuk penghargaan atas budaya Indonesia yang berhasil muncul di pentas dunia.

Dalam SEA GAMES 2017 di Malaysia, untungnya masih ada Srikandi Indonesia yang mampu menyelamatkan muka negara asal pencak silat pada pertandingan nomor bergengsi tanding persidangan. Terima kasih Srikandi Wewey Wita yang menyabet medali emas di nomor tanding wanita kelas B. Apresiasi patut diberikan kepada Kelatnas Perisai Diri yang menjadi tempat bernaung dan berlatih Wewey Wita. Tentu momentum ini mesti jadi pemicu bagi organisasi silat lain seperti Teratai Putih, Merpati Putih, Setia Hati Teratai, Pencak Organisasi dan ratusan perguruan silat lainnya untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia pada pentas silat di regional maupun internasional. 

Apa yang telah diraih Saudari Wewey Wita dapat memberikan inspirasi bagi generasi muda Indonesia, apapun keahliannya apapun bidang olah raga yang dikuasainya. Untuk mari bersama sama menekuni olah raga tersebut dengan serius dan semoga memiliki peluang untuk ikut bertanding diberbagai ajang kompetisi olahraga di tingkat regional maupun dunia untuk membawa harum Indonesia.

Ada hal yang menarik yaitu sosok Dwi Soetjipto mantan Direktur Utama PT Pertamina yang saat ini menjadi Ketua Umum Silatnas Perisai Diri. Yaaa.. Perisai Diri sempat terpecah menjadi 2 kepengurusan, dengan ditunjuk Dwi Soetjipto sebagai Ketua Umum maka dualisme kepengurusan Perisai Diri berakhir. Dalam waktu 2 tahun lahirlah sosok Wewey Wita yang mengharumkan Indonesia di SEA GAMES 2017. Lalu bagaimana dengan Pertamina? Nasibnya sungguh mengenaskan setelah mencetak rekor laba 2016 terbesar sepanjang sejarah Pertamina berdiri dan kalahkan Petronas. Dibawah Dirut yang baru laba Pertamina kembali anjlok. Googling saja untuk tahu kinerja Pertamina 2017 yang anjlok. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun