Mohon tunggu...
Arief
Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Pernah nulis dibeberapa media seperti SINDO, Jurnas, Surabaya Post, Suara Indonesia (dulu dimasa reformasi), Majalah Explo dll. ( @arief_nggih )

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Setelah Mafia Petral Tumbang, Saatnya Energi Terbarukan

2 November 2016   10:57 Diperbarui: 2 November 2016   11:25 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pikiran Rakyat

Cadangan dan Pemanfaatan

Panas Bumi
Indonesia menyimpan panas bumi (geothermal) sebesar 27.000 MW atau sebesar 40% dari cadangan panas bumi dunia. Cadangan sebesar itu dapat dikembangkan 40%, sehingga potensi sumber energy dari geothermal mencapai 12 GW. Hingga saat ini, baru 1.200 MW yang dikembangkan
Arus Laut dan Panas Laut
Indonesia memiliki potensi listrik dari arus laut sebesar 6.000 MW dan panas laut sebear 220.000 MW
Surya
Indonesia memiliki 2 musim dengan sinar mathari ada sepanjang tahun diseluruh wilayah nusantara, seluruh wilayah masuk kategori skala 5 (midpoint) sehingga layak untuk sumber energi dari surya.
Biomassa
Indonesia memiliki cadangan energi biomassa sangat besar yaitu lebih dari 82 juta ton biomassa kering (nomor 2 setelah Brasil)
Minyak Kelapa Sawit
Indonesia merupakan eksportir terbesar didunia mencapai > 19 juta ton/tahun

Artinya sampai ribuan tahun mendatang kebutuhan energi Indonesia akan mampu dipenuhi dari sumber energi terbarukan.

Melihat manfaat ekonomi yang besar dari sektor energi, dapat dibayangkan berapa ratus triliun penghematan di APBN jika Indonesia mampu mendorong penggunaan energi terbarukan sebagai sumber energi utama di Indonesia. Sayangnya cita-cita mulai seperti di Peraturan Pemerintah tahun 2014 kandas oleh “jatuhnya harga minyak dunia”. Dengan harga minyak dunia dibawah US$ 50 per barrel, maka menjadi sangat tidak ekonomis jika menggunakan energi terbarukan. Mestinya Pemerintah menempatkan “energi” bukan sebagai barang dagangan (komoditas), tetapi lebih kepada penggerak ekonomi nasional. 

Harga minyak dunia US$ 50 hanya akan bertahan sampai 5 tahun kedepan. Jika suatu ketika nanti harga minyak duni US$ 100 maka akan ada Rp 400 triliun dana subsidi BBM yang harus dianggarkan di APBN dari kondisi saat ini yang kurang dari RP 80 tirliun (dialokasikan subsidi BBM untuk listrik bukan transportasi). Yakinnn....jika suatu saat minyak mentah dunia tembus US$ 100 barrel tidak munculkan mafia minyak baru (namanya bukan Petral tapi perannya sama). Jika harga minyak tembus US$ 100 barrel, artinya apa? Artinya minya dunia langka, artinya apa? Maka banyak trader akan menimbun minyak dan menahan stoknya? Artinya apa, berharap naik sampai US$ 120 bahkan bisa mencapai diatas US$ 150 per barrel, hitung sendiri potensi ekonominya. Bagi Indonesia, artinya “pusing tujuh keliling”, semakin banyak uang negara dan devisa yang dihamburkan untuk membeli minyak dunia.

Mencegah ketergantungan pada minyak maka harus mendorong tumbuhnya industri otomotif dan industri transportasi yang “tidak berbasis minyak”. Pilihan mobil listrik, motor listrik dan lainnnya adalah hal yang tepat. Potensi sumber energi terbarukan semuanya dikonversi ke energi listrik yang lalu menggerakan berbagai industri lain seperti otomotif, transportasi dan lainnya. Bukankah sudah berhasil uji coba terbang pesawat tenaga surya (matahari) yang melintasi samudera atlantik artinya menempuh lebih dari 6.000 km “Non Stop”.

Penulis mengikuti peresmian PLTP Kamojang V oleh Presiden Jokowi di bulan Juni 2015. Presiden dalam sambutannya sadar betul bahwa Indonesia masih sangat tergantung pada energi fosil dan berjanji untuk mendorong energi terbarukan termasuk Panas Bumi sebagai andalan energi Indonesia dimasa depan. Kita tunggu saja realisasi janji Jokowi.

Tulisan ini untuk menyambut kegiatan WEGI Goes To Kamojang dan Konvervasi Elang Jawa tanggal 11-12 November 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun