Hebat hasil penelitian anak bangsa, karena durian montong kualitas super ini hanya butuh waktu 3 tahun untuk berbuah, bahkan buah lengkeng lebih pendek umurnya. Dengan teknologi maka buah lengkeng yang dahulu hanya hidup di daerah iklim dingin, harus ada buah jantan dan betina supaya bunga dapat menjadi buah, berusia 8 tahun untuk berbuah dan lainnya. Kini semua itu hanya mitos, dengan teknologi kelengkeng bisa hidup dimana saja, cukup 2 tahun dan tidak perlu jantan-betina. Bahkan dengan teknologi pula produktivitas jauh lebih tinggi.
Hitungan secara kasar menurut Pratomo Direktur Eksekutif Yayasan Obor Tani, potensi pendapatan dari buah kelengkeng per hektar mencapai Rp 140 juta pertahun. Hitungannya :
- 20 ton/ha X Rp 7.500 per kg. = Rp 140 juta ton/th
Sedangkan untuk durian adalah Rp 10 ton/ha X Rp 20.000/kg = Rp 200 juta ton/ha.
Pemilihan tanaman holtikulutra ini tentu bukan tanpa pertimbangan, selain di kawasan bukit yang sulit bertanam padi, pasokan air yang terbatas dimusim kemarau dari embung. Yang lebih mendasar adalah pengembangan holtikultura tidak akan terkena dampak kebijakan Pemerintah yang senantiasa berusaha agar harga pangan murah. Holtikultura menganut mekanisme pasar, sehingga akan menguntungkan petani.
Ide brilian lain adalah menggabungkan pertanian-perkebunan-wisata. Ya...seperti Taman Mekarsari, Wisata Argo Apel di Malang dan sebagainya, maka di lokasi binaan Pertamina ini dikembangkan pula wisata. Tentu pertanyaannya wisata apa? Kan lokasinya di perbukitan tandus?... Jawabannya adalah wisata “adventure”, ya... bentuk bukit yang berkelok-kelok sangat menantang bagi yang suka bersepeda gunung, menikmati tantangan dan pemandangan.
Mencapai lokasi yang sulit tentu bagi para bikers maupun pengunjung sangat disayangkan jika langsung kembali, maka dikembangkanlah “guest house” , yaitu penginapan yang dimiliki dan dikelola penduduk sekitar. Saat ini ada 75 guest house dengan tarif Rp 70.000 per malam sudah termasuk sarapan pagi untuk 2 orang. Tentu tarif yang sangat menarik dan cukup di kantong wisatawan.
TKI di Korea Selatan milih pulang kampung jadi juragan guest house
Geliat tumbuhnya daerah yang dikembangkan atas bantuan CSR Pertamina tersebut, menarik para perantauan. Tercatat ada 1 orang TKI yang bekerja di Korea Selatan memilih pulang kampung dan menginvestasikan tabungan yang dimiliki untuk membangun beberapa guest house. Ada 4 orang TKI yang sebelumnya bekerja di Malaysia juga memilih pulang kampung karena potensi yang dihasilkan di daerah yang dikembangkan CSR Pertamina sangat menjanjikan.