Mohon tunggu...
Arief
Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Pernah nulis dibeberapa media seperti SINDO, Jurnas, Surabaya Post, Suara Indonesia (dulu dimasa reformasi), Majalah Explo dll. ( @arief_nggih )

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Green Port Teluk Lamong, Terus Bekerja Dalam Senyap

27 April 2015   10:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:39 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul tulisan diatas memiliki 2 (dua) makna, yaitu Pertama, keprihatinan atas minimnya pemberitaan tentang karya anak bangsa yang menjadikan Teluk Lamong pelabuhan berstandar dunia bahkan mengalahkan Singapura, Kedua adalah apresiasi terhadap manajemen dan karyawan PT Teluk Lamong yang terus bekerja meskipun tidak ada perhatian publik dan Pemerintah terhadap pelabuhan ini.

Tulisan ini sebenarnya adalah latepost. Karena setelah merenung-renung dalam perjalanan darat, jadi teringat kenapa konsep tol laut Jokowi tidak ada upaya branding terhadap pelabuhan Teluk Lamong. Beberapa Jokowi dan menteri terkait berkunjungan ke pelabuhan, namun tujuannya setelah Pelindo II yaitu di New Priok (proyek perluasan Tanjung Priok). Sebelum diulas lebih lanjut, maka ada baiknya diulas kelebihan Teluk Lamong berdasarkan pengamatan penulis saat berkunjung ke pelabuhan Teluk Lamong pada bulan Maret 2015.

Pelabuhan Tercanggih ke 4 di dunia

Istilah tercanggih adalah penggunaan automatic stacking crane (ASC) setelah pelabuhan Hamburg Jerman, Barcelona Spanyol dan Abu Dabi Uni Emirat Arab. Penggunaan alat ini memiliki keuntungan antara lain : Pertama aktifitas dapat berjalan lebih efektif dan efisien, karena tidak memerlukan banyak tenaga kerja, baik tenaga operasional maupun administrasi. Kedua, ramah lingkungan, karena tidak menggunakan solar melainkan tenaga listrik, sehingga dapat menggurangi polusi udara (CO2, NOx, SOx), debu, getar dan suara. Ketiga produktivitas lebih stabil dan dapat bekerja selama 24/7, karena tidak mengenal faktor kelelahan dan penurunan konsentrasi seperti jika diawaki oleh tenaga kerja. Keempat, paperless, karena segala aktifitas surat menyurat dan administratif seperti cetak nota dilakukan melalui sistem IT, sehingga dapat mengurangi pertemuan dengan pengguna jasa dan meminimalisir terjadinya penyalagunaan wewenang.

Sebagai perbandingan, jika pelabuhan Teluk Lamong dibandingkan dengan induknya yaitu pelabuhan Tanjung Perak (PT Teluk Lamong adalah anak usaha dari PT PELINDO III), maka efisiensinya sangat jauh. Yaitu pada kapasitas yang sama dari aspek SDM, teluk lamong hanya dioperasikan oleh 200 orang, atau 5X lebih efisien jika dibandingkan dengan Tanjung Perak yang dioperasikan oleh 1.000 orang. Belum lagi konsumsi energi, karena di Tanjung Perak energi berasal dari BBM Solar yang ada dis etiap crane, belum lagi dikaitkan dengan pencemaran lingkungan seperti kebisingan, gas buang dsb.

Lalu dimanakah lokasi pelabuhan Singapura yang terkenal itu, sehingga semua ekspor Indonesia harus lewat Singapura untuk berganti kapal?. Ternyata pelabuhan Singapura tidak masuk daftar bahkan belum ada rencana sama sekali tuch untuk menjadi pelabuhan tercanggih di dunia?. Setelah Teluk Lamong, yang dalam proses pembangunan adalah pelabuhan di Australia dan London Inggris. Mengapa Singapura tidak merubah ke sistem yang lebih cangggih, ini karena masalah "potensi kehilangan ekonomi". Coba bayangkan jika 30 hari saja pelabuhan Singapura "off" untuk install alat canggih, siapa yang dapat limpahan muatan? tentu pelabuhan terdekat yaitu Malaysia atau bahkan ke New Priok atau ke Teluk Lamong. Jadi, sepertinya reklamasi laut Singapura akan terus terjadi di masa mendatang? Kenapa?. Lha kalau New Priok sudah beroperasi (meskipun kurang canggih) lalu Teluk Lamong terus menambah kapasitasnya, yang saat ini baru proyek pertama. Jika proyek kedua dan ketiga sudah dilaksanakan, maka pelabuhan Teluk Lamong "akan hampir menyatu" dengan Pelabuhan Tanjung Perak, ditambah akses tol khusus, maka Teluk Lamong bisa disandari kapal kargo terbesar di dunia.

Komitmen Untuk Green, Bukan Abal-Abal

Luar biasa komitmen pelabuhan Teluk Lamong untuk mengerapkan "green" dalam semua aktivitasnya, semisal lampo penerangan jalan menuju pelabuhan menggunakan sollar cell. Malah dibuat pembatasan area truk yang masih gunakan BBM untuk masuk cukup di area parkir tertentu, lalu muatan peti kemis dipindah ke truk milik PT Teluk Lamong yang sudah gunakan bahan bakar CNG (Compressed Natural Gas) untuk dibawa masuk ke area pelabuhan. Tentu ada tambahan biaya yang dikeluarkan oleh PT Teluk Lamong, tapi itulah bentuk komitmen untuk wujudkan green port. Bahkan meskipun sudah keluar biayapun, tetap PT Teluk Lamong masih tetap efisien. Coba dibayangkan jika nanti green port beropeasi penuh, yaitu semua armada truk yang mengantar ke Teluk Lamong sudah gunakan CNG, lalu PT Pertagas Niaga anak usaha Pertamina sudah membangun tangki CNG di Teluk Lamong, maka terintegrasi sudah mobilitas transportasi yang menggunakan "green energy". PT Teluk Lamong sudah siapkan 50 truk armada CNG saat ini.

14301043931728271181
14301043931728271181

Memang jika dibandingkan dengan New Priok jika dipotret dari udara, maka penampakan pelabuhan Teluk Lamong seolah tidak ada apa-apanya. Ini karena konsep pembangunannya berbeda. Untuk New Priok langsung 100% dari desain, maka di Teluk Lamong bertahap sebanyak 3 kali pembangunan. Jika sudah selesai sampai tahap 3, maka dijamin foto udara Teluk Lamong akan lebih "yahuuuttt..."dibandingkan New Priok.

Menjadi Pelabuhan Kelas Dunia

Tekad Teluk Lamong jadi pelabuhan kelas dunia sudah menjadi semangat seluruh jajaran manajemen dan karyawannya. Bahkan dalam penambahan panjang pelabuhan baru untuk fase proyek 2 dan 3, draftnya mencapai 20 m, atau lebih dalam dibandingkan kebutuhan kapal kargo terbesar dunia saat ini yang hanya membutuhkan 16 m. Rancangan canggih Teluk Lamong telah menjadikan "rencana reklamasi" pantai disekitar Teluk Lamong sudah "hampir sold out". Selain Pertamina yang sudah booking lahan, ada juga Charoen Pokphand yang akan bangun pabrik disekitar Teluk Lamong. Bahkan, kabarnya PT Rekayasa Industri akan memindahkan workshop "EPC untuk offshore" dari Gresik ke Teluk Lamong. Waduuhh.......bawa dampak negatif bagi Pemerintah Kabupaten Gresik nich jadinya??... Mestinya memacu Pemerintah Gresik untuk lebih baik, atau mensinergikan rencana induk pembangunan pelabuhan industri di Gresik dengan PT Teluk Lamong agar terjadi sinergi. Jika di adu, tentu penulis akan memilih PT Teluk lamong yang akan jadi pemenangnya.

Tol Laut, Mesti Libatkan Anak Bangsa, Mereka Mampu kok!

Program tol laut yang didengungkan oleh Jokowi terasa masih senyap, mendadak ramai lagi setelah ada pemberitaan China sapu bersih proyek infrastruktur http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/04/23/nn8gfq-cina-bangun-24-pelabuhan-15-bandara-dan-8700-km-jalur-kereta-di-indonesia.

Dalam konteks kerjasama G to G dan B to B maka sah-sah saja Indonesia bekerjasama dengan negara manapun. Namun dalam konteks pembangunan pelabuhan untuk mendukung tol laut, mestinya Pemerintah mesti "mereview dulu pembangunan yang ada di Indonesia, termasuk pengembangan pelabuhan yang sudah sudah dilakukan oleh Pelindo II melalui "New Priok" maupun oleh Pelindo III melalui "Teluk Lamong". Lha dalam konteks penggunaan peralatan ATS saja "tidak ada pelabuhan di China yang gunakan alat tersebut", apa nanti setelah China bangun pelabuhan di Indonesia dengan "teknologi yang biasa-biasa saja, mungkin", pelabuhan di Indonesia jadi. Lalu justru di China kemudian gunakan teknologi ATS dan sejenisnya?, maka tentu balik lagi efisiensi dan biaya logistik di Indonesia tetap kalah sama negara lain. Artinya nanti kirim sapi dari NTT ke Surabaya lebih murah kirim jeruk dari China ke Jakarta.

Pembangunan 24 pelabuhan, juga mesti "melirik" konsep "pendulum nusantara" yang pernah dicetuskan oleh RJ Lino di era Pemerintahan SBY, sehingga pembangunan pelabuhan tidak semata-mata persoalan "pembangunan fisik" tetapi juga infrastruktur lainnya.

14301045631088757222
14301045631088757222

Penulis meyakini apa yang telah dilakukan oleh Pelindo II maupun Pelindo III telah layak menjadi salah satu "benchmark", jika perlu malah dukungan dari China untuk pembangunan pelabuhan "cukup duitnya saja", selanjutnya serahkan ke SDM Indonesia. Saat terkahir pemerintahan SBY, sesaat sebelum serah terima, Pemerintahan SBY membuat acara di JCC yang bertajuk "progress MP3EI". Saat itu, Presiden SBY membuat acara live dari beberapa tempat, dan dia sendiri memilih berada di Teluk Lamong.

Pemerintahan SBY ada kekurangan, tentu ada. Pemerintahan SBY ada keberhasilan, tentu ada. Justru keberhasilannya mesti diteruskan oleh Pemerintahan Jokowi. Harus di akui tidak semua proyek MP3EI berjalan baik, tapi harus diakui bahwa Pelabuhan Teluk Lamong adalah salah satu dari keberhasilan yang seharusnya "menjadi kebanggaan Indonesia".

Menarik melihat sinergi PT Teluk Lamong (anak usaha Pelindo III) dengan PT Pertagas Niaga dan PT Badak LNK (cucu usaha dan anak usaha PT Pertamina), karena ternyata sinergi tersebut semakin memperkuat kemandirian dan kemampuan bangsa Indonesia dalam aspek energi dan transportasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun