[caption id="attachment_368289" align="aligncenter" width="420" caption="Dok Pribadi"][/caption]
Harga minyak anjlok, penerimaan negara terancam!!....Kalau perlu harga minyak mentah sentuh harga US$ 20 perbarrel, sekalian penerimaan negara dari sektor migas mendekati nol (0). Pemikiran ini sepertinya ekstrim, tapi justru dengan harga minyak dunia yang anjlok maka selamatkan perekonomian Indonesia. Ingatlah, bahwa negara kita ini adalah " nett importir", jadi semakin murah harganya tentu tidak menguras devisa. Ya...berdasarkan simulasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi, ini skenario-skenario bila harga minyak dunia, terutama Indonesia Crude Price (ICP) turun terus tahun ini.
ICP US$ 40, maka:
- Pendapatan migas total mencapai US$ 25,4 miliar
- Cost Recovery US$ 15,8 miliar
- Bagi hasil kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) US$ 3,04 miliar
- Pendapatan negara US$ 6,5 miliar
ICP US$ 50 per barel, maka:
- Pendapatan migas total mencapai US$ 29,8 miliar
- Cost Recovery US$ 17,4 miliar
- Bagi hasil kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) US$ 3,43 miliar
- Pendapatan negara US$ 8,9 miliar
ICP US$ 60 per barel, maka:
- Pendapatan migas total mencapai US$ 34,1 miliar
- Cost Recovery US$ 18,4 miliar
- Bagi hasil kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) US$ 3,9 miliar
- Pendapatan negara US$ 11,7 miliar
ICP US$ 70 per barel, maka:
- Pendapatan migas total mencapai US$ 38,4 miliar
- Cost Recovery US$ 18,9 miliar
- Bagi hasil kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) US$ 4,6 miliar
- Pendapatan migas negara US$ 14,9 miliar
Jangan lihat dari sisi penerimaan penjualan migas saja, coba dilihat dari sisi pengeluaran migas karena impor. Dengan produksi rata-rata 800 ribu barrel/hari dengan tingkat efisiensi sekitar 80% untuk produk BBM (lainnya menjadi side produk seperti green coke, asphalt, base lube oil, gas buang dll) maka maksimal hanya setara dengan 640 barrel BBM per hari, sedangkan konsumsi BBM menembus angka sekitar 1,2 juta barrel perhari, sehingga ada sekitar 560 ribu impor BBM per hari. Jika harga MOPS Singapura pada kurs sekitar US$ 12.000 saat harga minyak mentah US$ 50 dollar, diperkirakan akan menyentuh sekitar US$ 70 per barrel atau butuh sekitar US$ 39,2 juta dollar per hari atau setara dengan US$ 14,31 miliar per tahun. Nampak bahwa pendapatan negara dari Migas pada asumsi harga minyak mentah US$ 50 hanya US$ 8,9 miliar sedangkan kebutuhan impor US$ 14,31 miliar. Artinya dengan harga minyak anjlok, maka justru semakin diuntungkan negara Indonesia.
Berkah Minyak Mentah Bagi China dan Jepang
China dan India adalah salah satu negara besar yang sangat diuntungkan dengan jatuhnya harga minyak mentah, Total impor minyak mentah China yang mencapai 60% dari kebutuhannya, tentu sangat besar apalagi saat ini China adalah negara dengan konsumsi energi terbesar di dunia mengalahkan Amerika Serikat. Menurut Bank of America Merrill Lynch, setiap penurunan 10 persen harga minyak, PDB China naik 0,15 persen sementara inflasi turun 0,2 persen.
Begitupula dengan Jepang, sebagai importir minyak ketiga terbesar di dunia, harga minyak yang lebih rendah mampu mendorong tingkat perekonomiannya yang belakangan mengalami resesi. Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda mengatakan, jatuhnya harga minyak merupakan pendorong upaya bank tersebut untuk mencapai target inflasi 2 persen.
India yang sangat tergantung pada batubara juga diuntungkan secara tidak langsung, karena anjloknya harga minyak juga menekan harga komoditas energi lainnya seperti batubara, sehingga biaya produksi di India juga akan turun.
Posisi Indonesia Saat Harga Minyak Dunia Anjlok
Menakar posisi Indonesia saat harga minyak dunia anjlok, serba tidak kelihatan karena industri manufaktur di Indonesia yang melemah akhir-akhir ini, sehingga pertumbuhan ekonomi di dorong dari konsumsi dan ekspor komoditas maka dampak penurunan harga minyak dunia menjadi "nyaris tidak kelihatan", apalagi secara ukuran ekonomi Indonesia masih terhitung kecil dibandingkan China, Jepang dan India, dimana ketiga negara tersebut sangat kuat di industri manufaktur. Saat ini ukuran yang nampak di Indonesia adalah penghematan subsidi energi dan turunnya biaya transportasi yang akan berdampak pada penurunan inflasi.