Mohon tunggu...
Arief Muchamad
Arief Muchamad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sosok Tersembunyi dari Anak-anak Disleksia

7 Agustus 2017   15:07 Diperbarui: 8 Agustus 2017   22:12 3625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Gopego.com

Pernahkan anda menonton film Hollywood berjudul "Hidden Figure" besutan sutradara Theodore Melfi? Film tersebut menceritakan sosok tersembunyi (Hidden Figure) dari 3 wanita kulit hitam yang membawa NASA menuju berbagai keberhasilan. Yang menarik dari film ini adalah upaya salah satu tokoh bernama Katherine Johnson yang berhasil memperbaiki kalkulasi matematika terkait peluncuran roket sekalipun dokumennya telah dirahasiakan dengan cara menebalkan hitungan matematika atau formula dengan spidol hitam. 

Katherine dapat membaca hitungan matematika tersembunyi dengan cara membacanya di bawah cahaya lampu. Dengan setting tahun 60an yang sarat dengan nuansa rasis, tokoh Katherine dengan kepandaiannya tersebut mampu membawa Amerika berhasil meluncurkan roket dan mengembalikan astronotnya kembali ke bumi dengan selamat.

Lalu apa hubungannya film tersebut dengan anak-anak disleksia? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita kupas terlebih dahulu apa itu disleksia dan bagaimana kita bersikap atau membimbing anak-anak disleksia.   

Disleksia adalah kesulitan dalam membaca dan menulis, termasuk kesulitan dengan memecah kata menjadi suara, kata decoding (pengkodean simbol), tingkat membaca prosodi (membaca oral dengan ekspresi), dan pemahaman membaca. 

Kemampuan membaca adalah hal yang krusial dalam kehidupan manusia dan merupakan keterampilan dasar untuk mengenal dunia ilmu pengetahuan. Membaca adalah aktivitas yang melibatkan kecakapan fisik dan mental, gerak mata dan pengelihatan merupakan aktivitas fisik sedangkan ingatan dan pemahaman adalah kegiatan mental. 

Maka anak yang mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis, tentunya akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan dirinya baik secara fisik maupun mental. Dalam dunia kedokteran disleksia dikaitkan dengan adanya gangguan neurofisiologis, yaitu ganguan atau keterbatasan dalam fungsi sistem saraf atau sistem neurologis (disfungsi otak).

Sekalipun mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis, seorang anak disleksia mempunyai IQ yang normal bahkan tidak sedikit yang di atas normal/jenius.  Namun demikian, dimasyarakat luas anak disleksia sering dikenal sebagai anak yang bodoh karena sulit membaca atau salah dalam mengenali angka atau huruf semisal 6 dengan 9 atau d dengan b. 

Pada anak disleksia yang tidak terdeteksi sejak dini, seringkali pada saat belajar di bangku Sekolah Dasar (SD), banyak yang mengalami kesulitan berakibat tidak naik kelas karena semakin tinggi jenjang kelas semakin memerlukan keterampilan fisik dan mental dalam membaca dan memahaminya. Untuk itu penting bagi para orang tua untuk mengenali tanda-tanda disleksia pada anak-anak sejak usia dini, sehingga mendapatkan persiapan yang cukup saat memasuki usia sekolah dasar.  

Anak-anak disleksia membutuhkan pendidikan khusus yang didalamnya terdapat program dan fasilitas khusus untuk anak-anak disleksia. Kami bersyukur hidup di Kota Bandung karena tersedia lembaga pendidikan khusus anak disleksia maupun sekolah-sekolah inklusi. Pemerintah Kota Bandung juga Provinsi Jawa Barat dengan kebijakannya telah membuka dan mendorong dibukanya sekolah inklusi, baik di sekolah negeri maupun swasta.  

Sekolah inklusi adalah sekolah yang menerima anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti autis, disleksia dan ABK lainnya, belajar bersama anak-anak kelas regular lainnya tanpa perbedaan. Sekolah inklusi memiliki kurikulum dan pendekatan tersendiri bagi anak-anak tersebut untuk kemudian menjadikannya individu yang mandiri dan mampu mengatasi keterbatasannya. Sekolah inklusi juga biasanya menyediakan guru pendamping bagi anak-anak ABK sehingga dapat menguikuti proses belajar dan mengajar dengan baik.

Potensi anak-anak disleksia dalam berbagai bidang di balik kekurangannya itu sangatlah besar. Saya teringat semboyan dari salah satu pusat terapi disleksia di Bandung di mana anak saya diterapi yang mengusung semboyan "Dyslexia today genius tomorrow". Yah betul, walaupun mereka merupakan anak berkebutuhan khusus, namun jika kita sebagai orang tua mampu melihat dan menemukan potensi tersembunyi dari anak-anak disleksia maka mereka adalah para jenius di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun