"Pak, ini berkasnya. Bisa bapak cek lagi" Ucap Wanita dihadapannya sembari menaruh setumpuk berkas-berkas penting diatas meja dan memposisikan badannya untuk duduk di kursi yang tersedia
Geoval menunjuk salah dinding yang berada di sebelah kanan, dalam kondisi remang, Hanna menyipitkan matanya untuk melihat arah yang ditunjuk oleh atasannya tersebut.
"Lampunya." Geoval bersuara saat Hanna tidak bereaksi apapun
"Oh, baik Pak." Hanna segera berjalan kearah yang ditunjuk oleh Geoval, menekan saklar lampu.
Ruangan kembali terang, tidak seperti kondisi awal saat Hanna masuk ke dalam ruangan tersebut. Hanna bersumpah, bulu halus di tengkuknya berdiri saat melihat kondisi ruangan Geoval yang gelap tanpa penerangan apapun, bukan karena apa-apa, bukankah Hanna hanya Wanita biasa? Ia juga takut pada sosok-sosok makhluk tak kasat mata.
 "Pak, Kapan saya boleh pulang? Semua berkas sudah saya selesaikan." Ucap Hanna yang sedari tadi sibuk mengamati Geoval yang sedak membolak-balik berkas yang beberapa saat lalu tergeletak di meja.
"Setelah ini." Hanya dua kata yang keluar dari dalam mulut Geoval, ia masih sibuk dengan aktifitasnya.
"Sayang, ke apart ku ya habis ini. Tidur di tempatku aja" Hanna kembali berucap, namun kali ini nada bicaranya sudah berubah 360 derajat disbanding beberapa saat lalu.
Geoval mengarahkan pandangannya kepada Hanna secara tiba-tiba, sesaat kemudian Geoval hanya mengangguk.
Sepasang kekasih itu berjalan kearah parkiran mobil, menyusuri setiap Lorong Perusahaan yang meremang karena sudah lewat Tengah malam. Hanna merangkul tangan kekar milik Geoval dan terus menenangkan hati nya karena ia tak pernah menyukai kegelapan. Geoval terus melangkahkan kakinya dengan mantap tanpa rasa ragu sedikitpun. Sesampainya di Lobby Perusahaan, Geoval menghentikan langkahnya. Wanita yang sama kala malam itu datang kembali, Wanita itu sedang duduk dengan nyaman di salah satu sofa yang tersedia di sisi kanan Lobby tersebut. Wanita dengan paras yang ayu namun terlihat bibirnya yang membiru sedang menatap Geoval sedari tadi.
"Bawa dia, Nak" Telinga Geoval dipenuhi suara denging hebat, disela-sela denging tersebut terselip kalimat yang sangat jelas.