Mohon tunggu...
Arief Gununk Kidoel
Arief Gununk Kidoel Mohon Tunggu... lainnya -

"Sejenak Menapak Riuhnya Dunia Maya" ~ penghobi tanaman hias dan koleksi ~ di desa di Gunung Kidul DIY Hadiningrat yang mencoba belajar menulis ~

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Mini

15 November 2011   01:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:40 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia mini bukan Indonesia yang memakai rok mini. Indonesia mini seperti taman mini indonesia paling indah, adalah gambaran dari Indonesia yang sesungguhnya. Ya begini ini Indonesia. Ada keanekaragaman sebagai ungkapan indahnya perbedaan.

Ketika dalam satu RT. Pak RT dan Bu RT membikin satu kebijaksanaan. Yang muncul kemudian adalah reaksi dari dasar budaya musyawarah dan mufakat. Kebebasan berpendapat sebagai bentuk kepedulian dari masyarakat. Coba setelah membuat sebuah keputusan lantas dicuekin. Akan menjadi keputusan yang dingin dan beku.

Ingin menonton Indonesia seutuhnya. Nonton saja Indonesia mini. Apalagi penduduknya sudah pinter-pinter. Akibat positif dari dilaksanakannya program-program pendidikan. Dari program wajib belajar, sampai program beasiswa-beasiswa. Sehingga rakyat yang tidak mampu, bisa mencicipi program wajib belajar. Itulah Indonesia. Tanah air tercinta.

Walaupun adakalanya Pak RT dan Bu RT tetap jalan terus dengan kebijakannya. Karena sudah begitu hapal dengan kecerdasan warganya. Sebab apabila harus selalu mengikuti suara warga, susah sekali mencapai sepakat. Ada saja kekurangan yang merupakan pendapat masing-masing isi kepala. Upama suatu pendapat setelah mufakat diambil untuk menentukan. Tetap ada kekurangannya dan bikin tidak lilo legowo mendukungnya bagi isi kepala warga yang lain lagi. Padahal sudah mufakat. Aneh.

Walaupun memang, seyogyanya sebagai Pak RT dan Bu RT, memang perlu untuk 'mendengarkan'. Jika terbiasa hanya didengarkan. Tidak akan ada kebijaksanaan. Karena apabila terlalu biasa didengarkan. Bikin kuping jadi tebal. Tidak sensitif dengan suara-suara yang masuk.

Begitulah Indonesia mini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun