Mohon tunggu...
Arief Gununk Kidoel
Arief Gununk Kidoel Mohon Tunggu... lainnya -

"Sejenak Menapak Riuhnya Dunia Maya" ~ penghobi tanaman hias dan koleksi ~ di desa di Gunung Kidul DIY Hadiningrat yang mencoba belajar menulis ~

Selanjutnya

Tutup

Money

Kebutuhan Telur Puyuh Nasional baru Terpenuhi 20%. Lho...?

21 Oktober 2011   15:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:40 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sebagai peternak puyuh yang tinggal di desa, setahu saya hanya memiara sebaik-baiknya. Agar burung puyuh selalu sehat dan terjaga produktivitas telurnya. Mengenai harga dan pemasaran telur puyuh, pasrah saja pada inti plasma atau perusahaan kemitraan. Yang jelas, selama menjadi peternak plasma, serendah-rendahnya harga yang diberi oleh pihak PT, belum pernah sampai merugi. Pada bulan Oktober 2011 ini, harga terhitung rendah. Mengikuti pola lama yang sudah menjadi kebiasaan, tiap kali masuk bulan dengan akhiran BER. Harga sudah biasa jika anjlok. Karena itu, pada bulan-bulan dengan harga telur puyuh dalam kondisi kurang bagus, biasanya menjadi waktu yang bagus bagi peternak untuk meremajakan puyuhnya. Berdasar dari keterangan pihak PT, pada bulan-bulan dimana harga telur puyuh sedang merosot, dikarenakan permintaan memang juga menurun. Dikatakan, biarpun diharga murah, belum tentu bisa laku. Akibatnya, penumpukan stok telur puyuh di gudang demikian melimpah. Sedangkan produksi telur puyuh, juga terus saja mengalir dari peternak. Saya rasa, benar juga ternyata pemasaran merupakan ujung tombaknya sebuah produksi. Jika kurang laku, utamanya telur puyuh, bisa-bisa untuk beli pakan saja sudah pas-pasan. Demikian peran penting dari pemasaran. Terkait dengan kendala pemasaran telur puyuh yang dari tahun ke tahun menjadi keluhan yang berulang-ulang. Saya malah tertarik dengan salah satu komentar di blog pribadi saya. Beliau menerangkan intinya bahwa kebutuhan telur puyuh nasional baru terpenuhi 20% saja. Berikut copas komentar dari Bp Sholehuddin:

sebenarnya jika di ambil dari data statistik dinas peternakan pusat, kebutuhan telur seluruh nusantara baru terpenuhi 20%, masih ada 80% kebutuhan telur puyuh yg belum bisa terpenuhi oleh seluruh peternak nusantara, hanya saja pwmweintah dan peternak sendiri tidak cepat bertindak dlam menjangkau wilayah2 yg memang sulit dijangkau, misalnya indonesia wilayah timur, kebanyakan hanya memasarkan ke wilayah sendiri yg notabennya juga banyak yg memprosuksi, untuk itu, cobalah memberi masukan ke inti plasma (kemitraan) untuk memngirim pasukan prosuksi telur ke wilayah luar, atau untuk peternak mandiri kecil membentuk organisasi, sehingga hasil prosuksi bisa dikumpulkan untuk dikirim ke luar, krena klo sedikit kan rugi biaya kirim...

Sepertinya kontradiktif antara kurang terpenuhinya kebutuhan telur puyuh, dengan susahnya pemasaran. Terutama pada bulan-bulan dimana penyerapan telur puyuh oleh konsumen sedang menurun. Terus terang, saya sendiri tidak begitu paham dengan dunia marketing. Karena itu saya ikut kemitraan, jadi bisa konsentrasi pada produksi. Akan tetapi, pada pertemuan kelompok peternak plasma yang dihadiri juga dari PT kemitraan, pihak PT sempat menerangkan juga, bahwa pemasaran sudah mulai merambah luar pulau. Hanya saja kendala biaya operasional memang menjadi perhitungan yang lumayan memberatkan. Jadi saya kira wajar saja jika 80% peluang pemasaran telur puyuh belum mampu terjangkau. akhirnya produksi membludak, berkutat di wilayah-wilayah dimana sudah tercukupi yang 20%. Sebenarnya saya pribadi tidak perlu ikut memikirkan pemasaran. Sebagai peternak plasma, urusannya ya hanya kandang dan kandang. Namun apa salahnya ikut menceritakan, siapa tahu ada manfaatnya. Minimal untuk diri sendiri sebagai peternak. Dengan sedikit mengetahui kondisi pasar, maka terdorong untuk selalu menjaga kualitas produksi puyuh petelur piaraan, agar kualitas telur puyuh kemitraan, mempunyai daya saing yang hebat. Di tengah-tengah semakin menggeliat, berkembangnya budidaya puyuh di seantero nusantara. Terkait dengan pemasaran, selain hal-hal tersebut diatas, telur puyuh memang belumlah se-membudaya seperti halnya telur ayam. Bahkan telur puyuh, belumlah banyak menjadi bahan masakan yang populer. Mungkin tidak praktis penanganannya, atau malah banyak yang belum bisa mengupas telur puyuh rebus :) Eh... Siapa kira, suatu saat nanti, telur puyuh bisa menjadi komoditi ekspor yang cukup handal. Atau salah-salah.... ceruk yang 80% tadi ada yang ngincer mau dimasuki impor??? Silahkan impor saja sebuanyak-buanyaknya... Sekalian yang 20% juga digelontori telur puyuh. Biar mencetak pengangguran-pengangguran baru mantan peternak puyuh, sebanyak-banyaknya. Hehehehe.. :lemparbata Jaya jaya Indonesia. [foto, koleksi sendiri]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun