Kasihan Hamilton...kasihan McLaren...
MONZA
Sekarang kita menyorot balapan terdekat, Monza. Ini adalah trek low downforce dan butuh mesin prima. Low downforce maksudnya tim akan menggunakan sayap-sayap semininal mungkin agar mereka bisa melaju cepat di trek yang memang tercepat di F1 saat ini. Menyambung itu, tenaga mesin amat dibutuhkan di sini. Yang menarik adalah, ada pula regulasi di mana 1 mesin harus digunakan untuk 2 GP. Kita lihat pembalap yang memakai mesin baru di GP Belgia lalu. Ini dia daftarnya:
- 01 Ferrari - Kimi Räikkönen (01 adalah nomor mobil)
- 03 BMW Sauber - Nick Heidfeld
- 07 Williams Toyota - Nico Rosberg
- 08 Williams Toyota - Kazuki Nakajima
- 09 Red Bull Renault - David Coulthard
- 10 Red Bull Renault - Mark Webber
- 12 Toyota - Timo Glock
- 17 Honda - Rubens Barrichello
- 20 Force India Ferrari - Adrian Sutil
- 22 McLaren Mercedes - Lewis Hamilton
- 23 McLaren Mercedes - Heikki Kovalainen
Di luar nama-nama itu, mereka berarti sudah menggunakan mesin yang sama sejak GP sebelumnya di Valencia. Tapi ada juga regulasi yang menyatakan, pembalap yang tidak finis (DNF) boleh menggunakan mesin baru pada seri berikut. Kalau kita kerucutkan kepada persaingan Ferrari vs McLaren, maka jelas Ferrari akan mengambil keuntungan, tapi kali ini secara fair.
Hamilton dan Kovalainen akan menggunakan mesin yang sama di Italia ini karena regulasi mengharuskan itu. Apakah itu jadi kerugian? Bisa jadi ya, karena duet Ferrari akan menggunakan mesin baru. Status mesin pada GP yang kedua itu pula yang membuat penampilan Massa di Belgia melempem saat balapan masih kering. Itu karena dia sudah habis-habisan di Valencia. Dan ingat, Ferrari baru saja punya masalah dengan reliability (ketahanan) mesin beruntun yang menimpa Massa di Hongaria dan Kimi di Valencia.
Selain low downforce dan powerful engine, Monza juga butuh mobil dengan setelan selunak mungkin untuk meredam kerb di pinggir trek. Kerb itu adalah bagian dari racing line, yang harus dilibas bila ingin mendapat lap time yang bagus. Dengan kondisi mobil senantiasa dalam kondisi full throttle (gas pol), maka saat melibas kerb pun bisa dipastikan kecepatan mobil masih di atas rata-rata kesempatan yang sama di trek-trek lain.
Nah, Ferrari tahun lalu tersiksa dengan kondisi ini. Tahun ini mereka yakin sudah memperbaiki masalah, tapi tetap harus ditunggu apakah masalah itu terselesaikan atau tidak. Kalau tidak, gantian kita bilang: kasihan Ferrari...sudah "ditolong" FIA, berlaga di depan publik sendiri, masih pula tidak memanfaatkan peluang.
Monza juga bisa jadi tempat di mana Kimi akhirnya memberikan jalan kepada Massa yang amat lebih berpeluang menjadi juara dunia. Bila kondisi memungkinkan, terutama bila Hamilton juga tampil kompetitif, tak ada salahnya memang Ferrari memainkan kartu truf lamanya: team order.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI