Presiden Prabowo Subianto telah mengumumkan anggaran untuk makan bergizi gratis anak sekolah dan ibu hamil adalah Rp 10.000 per anak/ibu hamil. Angka tersebut jauh lebih kecil dari gambaran awal dan yang digembar gemborkan layak sebesar Rp 15.000.
Presiden menyampaikan untuk saat ini pemerintah hanya menyanggupi anggaran sebesar itu. Dia memberi alasan ada keterbatasan anggaran. Mau tak mau, terima tidak terima, keputusan final itulah yang kita dapat. Apakah anggaran seperti itu layak?
Saya pikir Rp 10.000 sudah merupakan hitungan yang matang. Itu mungkin adalah budget paling minim yang bisa di-press. Anggaran itu sepertinya sudah dihitung tanpa mengurangi kadar gizi yang akan diberikan kepada anak. Â Tol balik lagi, judul awal adalah makan bergizi gratis, bukan makan enak gratis.Â
Dengan anggaran seperti itu, kita tak usah membandingkan dengan membeli makan di warteg atau tempat makan. Otomatis Rp 10 ribu hanya nasi dan sayur mayur. Tapi, nasi dan sayur mayur juga sudah bergizi sebenarnya.Â
Kita harus memikirkan bahwa kita memasak sendiri, bukan membeli makanan. Anggaran itu adalah anggaran makan keluarga. Jadi, Si Anak memiliki anggaran makan per minggu Rp 70 ribu, atau Rp 60 ribu jika sampai Sabtu.
Saya googling mencari tips budget makan hemat selama sepekan. Hasil pencarian saya, Kompas.com menulis tips untuk anggaran makan Rp 50 ribu seminggu. Dalam tulisan itu, kita makan makanan telur, sarden, dan sayuran. Jika kita pintar mengelola, mungkin kita akan mendapat daging.Â
Jika ingin lebih, Pemerintah Daerah bisa menambahkan anggaran makan. Mereka bisa menambah Rp 5.000 lagi per anak, sehingga bisa lebih wah makananya.Â
Mungkin kita dari awal salah berharap makan bergizi gratis yang dibagikan seharga warung makan yang sudah mengambil untung. Saat uji coba makan siang gratis, kita diperlihatkan menu-menu yang memikat hati.Â
Lalu, bagaimana cara pelaksanaan dengan biaya minim? Pertama, hilangkan pikiran bisnis dalam anggaran ini. Para pebisnis katering, yang cari untung, hilangkanlah niat untuk masuk di anggaran ini.Â
Sepertinya, para sekolah dan dinas pendidikan akan membuat dapur-dapur umum. Soal pembuatan dapur umum ini pernah saya dengan di tetangga rumah, yang kebetulan guru. Katanya, nanti pekarangan rumahnya akan menjadi lokasi dapur umum untuk memasak makan siang gratis.Â
Siapa yang memasak, dalam pandanganku, kita akan mengandalkan aparat-aparat dan istrinya. Ibu-ibu Bhayangkari, atau Persit, akan menjadi andalan. Kalau ibu-ibu Dharma Wanita, saya masih ragu, mohon maaf.Â
Selain itu, mahasiswa dan pemuda-pemuda di Indonesia pun bisa diandalkan menjadi relawan. Jika pemerintah mensosialisasikan dan menggalangkan, sudah pasti banyak pemuda yang mau membantu. Kita tak pernah kekurangan relawan di lokasi-lokasi bencana, kan.Â
Mungkin, Presiden Prabowo akan menjadikan Polri dan TNI sebagai pekerja dan pengatur program ini. Polri dan TNI pernah teruji dalam program vaksinasi dan penanganan COVID. Dan mereka pun sudah pasti ikhlas dan bekerja sosial.Â
Kemarin, sarjana ilmu gizi atau ahli dicari dalam pembukaan rekrutmen Bakomsus Polri. Merekalah yang nanti akan memastikan makan gizi gratis sudah sesuai dengan standar. Ingat, makan bergizi gratis, bukan makan enak gratis.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H