Mohon tunggu...
Arief Ikhsanudin
Arief Ikhsanudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Tukang Ketik

Kalau tak memiliki cerita pribadi yang menarik, tulis cerita orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mampukah Anggur Bali Punya Pamor Seperti Shine Muscat?

6 November 2024   06:02 Diperbarui: 6 November 2024   06:24 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anggur Shine Muscat dari Thailand sedang diawasi usai ditemukan pestisida berlebih. Mungkin, inilah waktu yang tepat untuk memilih anggur lokal, salah satunya Anggur Bali. 

Anggur Bali, sudah dibudidaya sejak lama, pertama kali ditanam pada tahun 1934 di Kabupaten Buleleng. Saat itu, pemerintah kolonial Belanda membawa bibit anggur untuk ditanam di daerah tropis.

Saat itu, belanda membawa empat jenis dianggap cocok untuk daerah tropis. Empat jenis anggur itu adalah Cross Colman, Isabella, Frankenthaler, dan Alphonso Lavalle.  Dari semua jenis itu, anggur Alphonso Lavalle cocok dan tumbuh baik di kawasan Buleleng, seperti di Kecamatan Seririt. 

Alphonso Lavalle, merupakan varietas anggur hitam atau black variety. Ciri khas anggur Bali adalah kulit yang tebal berwarna coklat kehitaman, dengan daging merah yang lembut. Rasa anggur bali pun bisa dikatakan manis. 

Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, pemerintah Indonesia terus mengembangkan anggur Bali. Pada 1984, pemerintah mengebangkan anggur Bali ke daerah lain selain Kecamatan Seririt. 

Anggur Bali pun berkembang ke Kecamatan Banjar dan Gerokgak, bahkan sudah mulai merambah di Kecamatan Sawan dan Kubutambahan. Saat ini, sentra produksi Anggur Bali di Buleleng ada di Seririt, Banjar, dan Gerokgak. 

Konsumsi untuk anggur lokal tak sebanyak anggur impor. Karena itu, agar tak terlalu rugi, anggur Bali tak hanya untuk konsumsi, tapi juga untuk fermentasi.  Bahkan, angka pemanfaatan untuk fermentasi lebih banyak dibanding untuk konsumsi. Menurut data di Kementerian Pertanian, Pemanfaatan anggur untuk konsumsi sebanyak 40% dan industri wine sebanyak 60%.

Konsumsi anggur di Indonesia memang didominasi oleh anggur-anggur impor. Tapi, pemerintah sedang berupaya untuk mengurangi impor dengan menaikkan konsumsi anggur lokal. 

Menurut Kementerian Pertanian, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi anggur di Indonesia pada 2022, mencapai 15.515 ton, meningkat dari 11.905 ton pada 2020.  Sementara itu, angka impor anggur yang mencapai 101.899 Ton senilai 330.407.068 USD pada Tahun 2022.

Pada tahun 2023, Menteri Pertanian Amran Sulaiman berharap agar impor dapat dikurangi. Indonesia harus fokus pada pengembangan kawasan hortikultura dan produksi buah-buahan untuk mengurangi impor. Untuk mewujudkan impian itu, Direktorat Jenderal Hortikultura bekerja sama dengan Asosiasi Pengggiat Anggur Indonesia (ASPAI) menargetkan penurunan angka impor sebesar 20% pada Tahun 2030.

Semoga impian itu bisa terwujud. Anggur Bali yang memang sudah dikenal semakin meluas dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun