Komika sekaligus penulis Raditya Dika menceritakan kisah menarik saat dia berada di Thailand. Dia menonton Muay Thai, beladiri tradisional Thailand, namun merasa trauma karena melihat pertarungan anak kecil hingga dewasa yang 'brutal.'
Cerita itu disampaikan dalam podcast dengan bintang tamu YouTuber Koi, pemilik Channel Sepulang Sekolah. Radit mengatakan dia mendatangi Thailand untuk kepentingan riset film selama dua minggu.Â
Dia memilih menonton hal yang tak biasa. Saat Radit mengatakan dia menonton Muay Thai, Koi pun kaget dan tertawa. Koi yang enthusiast Thailand dan sering ke Thailand pun belum pernah menyaksikan Muay Thai. Â
Menurut Koi, turis Indonesia tak pernah terpikir untuk menonton Muay Thai. Mereka lebih memilih berbelanja, makan, atau ke tempat wisata lainnya. Sementara Muay Thai bersifat pertarungan, dan tak semua orang suka melihat hal tersebut.
***
Radit tak merinci lokasi tempat dia menonton Muay Thai. Namun, dia nekat datang tanpa tahu bagaimana cara memesan tiket dan sebagainya. Seperti di Indonesia, di Thailand pun banyak calo yang menghampiri dan menawarkan tiket.Â
Lokasi pertandingan bukanlah stadion besar. Kalau penulis bayangkan, mungkin seperti gor atau tempat badminton di kecamatan. Mungkin ruangan berisi tempat duduk disusun undak-undak atau mungkin memiliki balkon untuk penonton di bagian atas.Â
Namun, ruangan kecil itu diisi penuh oleh warga Thailand. Orang-orang itu menonton mengelilingi ring tarung di tengah-tengah gedung. Radit mungkin jadi satu-satunya orang asing yang menonton di sana. Dia duduk di pojok bawah ring. Dengan mendongak, dia melihat pertarungan yang akan disuguhkan.Â
Tapi, kagetlah dia saat melihat pertarungan berdasarkan kelas umur. Pertandingan pertama yang disuguhkan adalah pertandingan anak SD. Setelah itu, umur semakin meningkat dan akhirnya pada pertandingan dewasa.Â
"Gue trauma, karena tanding itu, ada banyak stagenya, pertama dikasih anak kecil dulu. Anjir nih, serius nih anak kecil tampol-tampolan. Anak SMP, jadi makin lama makin tua," kara Radit dalam podcast tersebut.Â
Pengalaman yang membekas tak hanya sampai di situ. Bahkan saat melihat pertandingan antar orang dewasa, Radit pun jelas melihat kondisi yang membuatnya tak nyaman.Â
"Yang dewasa, cuma satu ronde, ditendang kakinya, ditangkis, patah. Ngeplek (kakinya)," kata Radit.Â
"Kayaknya sudah cukup deh gue ngeliat anak SD disabung," katanya.Â
***
Kisah Radit menggambarkan sisi lain Thailand yang tak jarang didengar oleh orang luar. Â Penulis pun penasaran dengan pertarungan Muay Thai 'Anak SD' di Thailand. Ternyata, ada video di YouTube yang memperlihatkan anak umur lima tahun bertarung di atas ring.Â
Muay Thai merupakan bela diri asal Thailand yang menyerupai tinju. Namun, jika tinju hanya memakai lengan, Muay Thai masih memperbolehkan menggunakan kaki.Â
Chanel Jeff Sainlar Visuals, mengungah video dengan judul '5-Year-Old Epic Muay Thai Kid Fight (Full Fight).' Video berdurasi 1 menit 20 detik itu berisi dua anak kecil yang bertarung di atas ring.Â
Anak-anak itu berpenampilan seperti petinju profesional. Dengan celana boxer, dan sarung tinju. Mereka tak memakai pelindung kepala, seperti dalam tinju amatir.
Salah satu anak memakai celana merah, dan satu lagi memakai celana hitam. Wasit memberi tanda mulai rode pertama. Anak itu pun saling pukul dan tendang. Beberapa kali wasit memisahkan dua anak yang berpelukan.Â
Pertandingan hanya berakhir dalam satu ronde. Anak celana merah menendang bagian bahu, lalu mendaratkan pukulan tepat kepada kepala anak celana hitam. Anak celana hitam pun tumbang.Â
Pertandingan pun dihentikan. Anak bercelana hitam sempat tergeletak beberapa detik. Lalu, dia bangkit. Pertandingan pun dimenangkan oleh anak celana merah hanya dalam satu ronde.Â
Rada miris melihat anak SD bertarung bebas di Muay Thai. Satu sisi bagus mempertahankan budaya. Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah pelindung diri. Pertarungan bebas tadi tanpa pelindung.Â
Jika kepala mendapat pukulan yang keras, bukan tak mungkin anak tersebut akan cedera atau mendapat gangguan. Bahkan, lebih parah lagi bisa meninggal dunia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H