Mohon tunggu...
Mohammad Arief Hidayatullah
Mohammad Arief Hidayatullah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Serang, Banten

Non nobis solum nati sumus

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Apakah Mahasiswa Perlu untuk Melakukan Demonstrasi?

30 Oktober 2022   21:30 Diperbarui: 8 Juli 2023   22:59 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber: freepik.com)

Apakah mahasiswa perlu untuk melakukan demontrasi?

Mungkin sudah tidak asing di telinga kita mendengar kata mahasiswa dan demonstrasi, di mana keduanya memiliki korelasi satu sama lain. Untuk mengetahui apakah mahasiswa perlu melakukan demonstrasi, maka alangkah baiknya terlebih dahulu kita mengetahui dan memahami mengenai peran mahasiswa di Indonesia dan pengaruhnya terhadap perubahan yang ada.

Dalam catatan historis Indonesia, mahasiswa memiliki peran-peran siginifikan dan berkontribusi dalam melakukan perubahan terhadap konstruksi sosial masyarakat Indonesia melalui pergerakan yang dilakukannya.

Sejak masa pra-kemerdekaan hingga pasca reformasi sekarang ini mahasiswa senantiasa menjadi lapisan masyarakat yang memiliki vitalitas gerakan yang tidak ada habisnya dan mengalami transformasi dari waktu ke waktu. Setiap angkatan pergerakan mahasiswa mulai dari 1908, 1928, 1966 dan 1998 memiliki karakteristik pergerakannya tersendiri dalam kiprah perjuangannya.  

Mahasiswa adalah kalangan pemuda yang dituntut untuk memiliki penguasaan teoritis, penguasaan praktis dan penguasaan organisatoris. Hal tersebut yang menjadi pergerakan mahasiswa mampu memberikan resonansi besar terhadap perubahan. Pergerakan mahasiswa pada umumnya termanifestasi dalam bentuk demonstrasi atau unjuk rasa yang bersifat massif di seluruh kota Indonesia.

Menurut KBBI demontrasi sendiri memiliki arti yaitu pernyataan protes yang dikemukakan secara massal; unjuk rasa. Dalam melakukan pergerakan atau aksi demonstrasi, mahasiswa umumnya memiliki beberapa prinsip dan kaidah diantaranya menjadikan ideologi, pemikiran dan pola gerakan sebagai pengarah dan petunjuk. Melakukan aktivitas pergerakan yang intelektual dan inklusif.

Selain itu, adanya labelisasi terhadap mahasiswa seperti agent of change, iron stock, moral force, guardian of values dan social control memberikan beban tersendiri kepada mahasiswa, ada beberapa ungkapan pula bahwa mahasiswa adalah harapan bangsa.

Dengan berbekal intelektual dan massa yang dimilikinya, mahasiswa memiliki ruang untuk mengawasi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Dapat dikatakan pula mahasiswa merupakan mitra kritis pemerintah. Mahasiswa memiliki kapabilitas untuk mengawal dan mengawasi kebijakan yang dibuat pemerintah.

Mahasiswa dalam menjalankan perannya sebagai mitra kritis pemerintah perlu untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mengevaluasi kebijakan yang ada. Sikap kritis mahasiswa perlu dituangkan dan disampaikan untuk dapat menjadi watchdog kebijakan. 

Seandainya terdapat kebijakan yang inkonstitusional, memunculkan ketimpangan dan kesenjangan, menciptakan dekadensi nilai demokrasi, dan menjauhkan dari terwujudnya keadilan maka sebagai seorang mahasiswa perlu mengkritisi dan menolak kebijakan tersebut.

Sedangkan jika terdapat rencana kebijakan ataupun kebijakan pemerintah yang berdampak baik bagi masyarakat luas, memberikan manfaat secara komprehensif maka mahasiswa memiliki peran sebagai mitra yang membantu dan bekerja sama dalam mensosialisasikan, mendiseminasikan, dan mendistribusikan kebijakan tersebut secara holistik.

Sebetulnya, nalar dan sikap kritis yang dimiliki mahasiswa tidak harus dimanifestasikan kedalam aksi demonstrasi dengan turun ke jalan secara besar-besaran. Saat ini terdapat banyak akses dan ruang untuk menuangkan pemikiran kritis mahasiwa diantaranya dengan membuat tulisan-tulisan yang disebar melalui media massa dan media sosial, membuat video edukasi dan propaganda, membuat karya seni berupa lagu ataupun teatrikal dan sarana lainnya.

Maka dari beberapa penggalan pembahasan tersebut, dapat dikatakan bahwa mahasiswa sudah sepatutnya menjalankan perannya sebagai mitra kritis, menyampaikan adan mengekspresikan nalar dan sikap kritisnya terhadap kebijakan, baik melalui jalan aksi demonstrasi ataupun dengan membuat karya tulis dan seni lainnya. 

Tentu yang menjadi poin penting dan perlu diperhatikan adalah jangan sampai kita menjadi mahasiswa yang apatis dan tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar, tidak berani mengekspresikan dan menyampaikan pikiran kritisnya dengan segala cara ataupun manifestasi.

Mahasiswa juga turut mampu melihat arah dan ikut serta menentukan arah bangsa kedepannya, sebagaimana sebuah ungkapan yang popular dari Sok Hok Gie bahwa adalah hanya terdapat 2 pilihan yaitu menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi dia mempunyai pilihannya sendiri yaitu menjadi manusia merdeka

Selain itu perlu diketahui bahwa pergerakan mahasiswa yang termanifestasi dalam aksi demonstrasi telah berpengaruh besar dalam mencetak perubahan dan sejarah bangsa Indonesia. 

Soe Hok Gie berbicara mengenai demonstrasi, "Dia adalah batu tapal daripada perjuangan mahasiswa Indonesia, batu tapal dalam revolusi Indonesia dan batu tapal dalam sejarah Indonesia. Karena yang dibelanya adalah kebenaran dan kejujuran."

Penulis :

Arief Hidayatullah

Tugas di Kompasiana

Mahasiswa Ikut Demo

Referensi :

Soe Hok Gie. 2011. Catatan Seorang Demonstran. Jakarta: LP3ES Cetakan ke 10

Indra Kusumah. 2007. Risalah Pergerakan Mahasiswa. Bandung: INDYDEC Press

Direktorat Nilai Sejarah. 2011. Pengumpulan Sumber Sejarah Lisan: Gerakan Mahasiswa 1966 dan 1998. Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun