Mohon tunggu...
arief armanto
arief armanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Travel lover, freelance fotografer, praktisi komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ujung Kulon : Aset Nasional di Ujung Pulau Jawa Bagian Barat

2 Oktober 2013   19:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:05 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Subuh itu udara sedang dingin, hal yang tak lazim terjadi di pemukiman pantai. Tiba Fajar mengintip di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten saat saya akan menyeberang dari pelabuhan Sumur ke pulau Peucang. Setelah mentari naik ternyata baru ketahuan sinarnya bukan keemasan, tertutup putihnya awan mendung.

Butuh sekitar 3 jam sampai ke pulau Peucang. Sepanjang jalan tak bosan dengan kenampakan kapal-kapal nelayan dan rasa penasaran tentang Taman Nasional Ujung Kulon. Butuh lebih dari seminggu untuk melihat semua potensinya, dua hari hanya cukup untuk pulau Peucang, pulau Handeuleum dan sungai Cigenter serta kemalangan tidak melihat satwa Badak yang menjadi salah satu icon Taman Nasional ini.

Satu kata dalam hati ketika kita tiba: “waw”. Pantai yang bersih, air laut yang jernih mengobati penasaran dan kerinduan pengalaman alam bahari. Taman Nasional dengan luas sekitar 122 hektar ini sebenarnya memiliki lebih dari lima belas spot wisata. Silakan intip di http://www.dephut.go.id/uploads/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_ujungkulon.htm untuk lebih detail. Secara kelembagaan, Taman Nasional ini sudah matang dalam memanfaatkan jasa potensi sumber daya alamnya. Cottage bagi tamu, tenaga pemandu lapangan (volunteer) yang berasal dari masyarakat sekitar, konsep perjalanan dan sebagainya.

Penjahatnya adalah para pemburu karang di bawah laut dan satwa-satwa yang tinggal di dalamnya. Dengan tenaga yang minim, papar salah seorang volunteer, pengawasan pemburuan karang menjadi issue utama, namun itu terjadi di masa lalu. Kini semua itu telah jauh berkurang, tetapi kerusakannya masih terasa.

Pahlawannya adalah kita semua. (mungkin) para pengunjung yang datang lambat laun ‘mengusir’ para pemburu. Ada banyak sekali potensi yang bisa dimanfaatkan oleh Taman Nasional ini. Semoga bisa terjaga setiap senti-nya dari sampah, perusakan tangan jahil manusia, dan orang-orang yang tidak beradab lainnya. [caption id="attachment_269826" align="aligncenter" width="900" caption="Ujungkulon Peucang"][/caption] [caption id="attachment_269828" align="aligncenter" width="900" caption="Ujungkulon Peucang"]

13807166001058601813
13807166001058601813
[/caption] [caption id="attachment_269829" align="aligncenter" width="900" caption="Ujungkulon Peucang"]
1380716664805488308
1380716664805488308
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun