Argapura atau Argopuro mengacu pada dua makna kata berbeda yang jikalau disatukan berarti pura diatas gunung, kawasan suaka margasatwa Pegunungan Hyang-Argupora dalam beberapa catatan lainnya dikatakan sebagai komplek gunungapi tipe C (padam) dengan sisa aktivitas vulkanisme masih terasa sebelum puncak Rengganis. Berada di wilayah Jawa Timur melingkupi kawasan sekitar Kab. Probolinggo, Kab. Lumajang, Kab. Situbondo, dan Kab. Bondowoso dapat diakses baik dengan perjalanan darat ataupun udara.
Malang dan Probolinggo menjadi kota pintu masuk menuju tempat tujuan agar dapat sampai ke dua titik rute pendakian Bermi (berada di Barat, Kec. Krucil Kab. Probolinggo) dan Baderan (berada di Timur, Kec. Sumbermalang Kab. Situbondo). Moda Transportasinya pun pilihannya beragam, bisa dengan jasa penyedia seperti Perusahan Otobus (PO) lintas provinsi, Akses Kereta Api Indonesia (KAI), atau Jasa Masakapai Penerbangan yang lebih memangkas waktu perjalanan, untuk itu alangkah baiknya menyesuaikan dengan ketersedian dana serta pertimbangan lainnya agar meminamilisir pengeluaran tidak kebobolan.
KAI memiliki rute serta penawaran istimewa setiap kelasnya, terbukti akhir Desember tahun 2018 Stasiun Pasar Senen sesak antrian silih berganti menunggu jadwal keberangkatan menuju beberapa daerah di Pulau Jawa. Terjangkaunya harga, terhindar dari kemacetan, serta terbebas dari biaya bagasi /kg pada pesawat telah membuat sebagian orang semakin banyak menggunakan jasa lintas darat ini, untuk mengisi musim liburan pergantian tahun dan juga Natal, walau lamanya perjalanan harus ditempuh tidak menjadi soal yang penting tiba sampai tempat tujuan.
Traveller bekennya sebutan itu sekarang, atau Backpakcer kata lain lebih tepatnya dengan tas punggung besar serta pakaian khasnya, berjalan beriringan berkelompok dua tiga orang atau bahkan hanya sendirian, turut meramaikan penuhnya rangkaian kereta kelas ekonomi tujuan Malang siang hari. Gunungapi semeru seperti daya tarik mereka yang jika diamati dari tutur bahasa berasal luar Pulau Jawa, yakni wilayah Jambi sekitarnya.
Banyak juga ditemui akamsi (pemuda lokal Jakarta) memilih tidak jauh ke timur tetap berada di tengah, sekitar Gunungapi Slamet, Merbabu, dan Lawu. Menarik memang menyaksikan betapa antusiasnya keteratarikan pemuda usai dua puluhan pada kegiatan lintas alam ini, entah itu pengaruh ajakan kawan (ikut-ikutan), atau organisasi kepemudaan berbentuk komunitas telah membawa transformasi besar pada diri individu seseorang tentang bagaiamana mencintai cita cita luhur nilai Tanah Air Indonesia, dimulai dengan mendekatkan diri pada bukan hanya saja keagungan rimba rayanya namun kehidupan masyarakat desa yang turut menetap di ketinggiannya juga.
Bermi, desa yang menjadi tujuan utama setibanya di St. Malang Pagi harinya, harus ditempuh lebih jauh lagi ke timur di wilayah Kab. Probolinggo. Namun karen lelahnya perjalanan semalaman, menikmati sarapan jagung manis di suasana ramai pedagang menjadi energi baik di sekitar taman. Nampak juga angkot biru dalam kota silih berganti berseliweran, beberapa masih menunggu diam sambil menjajakan jasa pada mereka (backpaker) yang sedang makan, dengan harapan dapat mengantarkan rombongan agar pemasukan hari itupun menjadi rezeki lainnya. Inilah hal sederhana tentang bagaiamana kegiatan ekonomi masyakarat lokal  dampak dari kunjungan wisatawan domestik ataupun mancanegara sangat memengaruhinya.Â
Angkot Biru rute Terminal Arjosari sesuai informasi sebelumnya dari abang penjual Jagung Manis, yang akan mengantarkan ke tujuan selanjutnya yaitu Terminal Probolinggo (Terminal Bayuangga), tarif sekali jalannya pun cukup murah, hanya Rp. 4.000 saja.
Sebelum sampai masuk kawasan terminal angkot, minta lah berhenti di sekitaran POM Bensin, karena itulah titik awal keberangkatan bus pagi hari itu yang cukup ramai silih masuk keluar bergantian, yang seperti biasa sang kendek (kondektur) begitu nyaring lantang seakan memberitahu rute yang akan dilalui, jadi cukup mudah mengenali ke mana bus tersebut akan melaju.
Tidak lama menunggu tas besar pun langsung aman di bagasi, walau tujuan akhirnya adalah Jember namun ia singgah beberapa menit menurunkan penumpang di Terminal Probolinggo (T. Bayuangga), dan sesuai kesepakatan penawaran cukup Rp. 35.000 akan tiba tujuan.