Mohon tunggu...
arief elhakim
arief elhakim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru di MTsN 1 Bantul memiliki hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kamis Pon, Siswa MTsN 1 Bantul Berbusana Adat Jawa

5 Oktober 2024   12:34 Diperbarui: 5 Oktober 2024   12:35 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana KBM di kelas dengan busana adat jawa (dok pribadi)

Bantul (MTsN 1 Bantul) -- Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa dan budaya yang berbhineka dalam kesatuan. Berbagai bahasa, adat, kesenian, busana, dan suku menjadi ciri keberagaman bangsa Indonesia. Yogyakarta yang merupakan satu-satunya provinsi dengan status daerah istimewa dengan wilayah yang memiliki ciri khas dalam bahasa, adat istiadat, busana, dan kesenian yang melekat dalam kesehariannya bahkan menjadi satu-satunya daerah yang masih berdiri sistem kerajaan yang telah diakomodir oleh pemerintah menjadi kepala daerah secara otomatis. 

Kasultanan Yogyakarta akan menjadi sejarah yang tidak bisa terpisahkan dari keberadaan negara Indonesia dalam masa perjuangan kemerdekaan. Untuk itu, maka Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menetapkan 13 Maret yang bertepatan dengan Kamis Pon sebagai hari jadi DIY yang lebih dikenal sebagai Hadeging Nagari dimana merupakan penanda berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman, yang menjadi cikal bakal pemerintahan DIY untuk menumbuhkembangkan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat Yogyakarta.

Foto bersama guru karyawan MTsN 1 Bantul dengan busana adat jawa (dok pribadi)
Foto bersama guru karyawan MTsN 1 Bantul dengan busana adat jawa (dok pribadi)

Hadeging Nagari Ngayogyakarta diperingati oleh warga Yogyakarta yang diterapkan dalam dunia pendidikan dimana setiap Kamis Pon, semua Guru Karyawan dan siswa di instansi pendidikan dan stakeholder terkait termasuk saturan kerja pemerintahan mengenakan Busana Adat jawa, termasuk di MTsN 1 Bantul. Nampak semua warga madrasah berbusana adat jawa pada Kamis (03/10/2024) dengan berbagai variasi motif sehingga menambah keberagaman. 

Busana adat jawa untuk laki-laki ada yang memakai beskap, surjan dengan berbagai motif dengan dipadukan jarik, blangkon, dan selop. Sedangkan busana wanita dengan mengenakan kebaya yang dipadukan jarik dan selop dan tetap mengenakan jilbab yang diserasikan dengan motif busananya. "Awalnya masih agak susah untuk memakai dan beraktivitas dengan busana jawa ini, namun kali ini saya sudah lebih terbiasa." ujar Keysha siswa kelas 7 saat memakai busana jawa kebanggaannya.

Suasana KBM di kelas dengan busana adat jawa (dok pribadi)
Suasana KBM di kelas dengan busana adat jawa (dok pribadi)

Siswa MTsN 1 Bantul berbusana jawa dengan berbagai variasi warna dan motif, sedangkan guru karyawan berseragam dengan motif lurik kuning yang cerah dengan kombinasi variasi lurik yang beragam. "Seperti kembali ke masa lalu, semua nampak senang mengenakan busana jawa ini karena jarang memakainya dan jadi kebanggan tersendiri sebagai warga Yogyakarta," tutur Akhmad Syaifudin selaku wakamad bidang Humas setelah sesi foto bersama guru karyawan dengan busana jawanya. Syaifudin meenerangkan lebih lanjut, pembiasaan busana jawa setiap Kamis Pon ini baru dikenakan untuk kali ke dua dan akan terus dilaksanakan dengan berbagai pembenahan, karena masih ada beberapa siswa yang bersepatu dan belum memakai blangkon sebagai kelengkapan busana jawa. (ARF)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun