Indonesia tak habis-habis dilanda duka, bencana datang silih berganti, dari awal 2018 hingga saat ini sudah ada ratusan kali bencana alam terjadi.
Yang paling hangat adalah gempa di Nusa Tenggara Barat yang terjadi pada minggu 29 Juli2018, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat, menyebut ada 14 orang meninggal dunia akibat gempa berkekuatan 6,4 SK itu.
Tercatat ada 162 jiwa mengalami luka-luka, dan kerusakan rumah mencapai lebih dari 1.000 unit, baik rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan.
Rasa simpatik datang dari setiap penjuru, lembaga sosial semua tertuju pada bencana gempa itu. Video berdurasi pendek dan poster-poster ditebar agar dapat berperan hingga sampai masa pemulihan.Â
Tak terkecuali lembaga sosial yang masih belajar dan berjalan pelan, semuanya pasti ingin mengambil peran, dan memang harus diakui momen bencana ini adalah momen paling pas untuk merangkak ke atas. Niat yang baik pastilah akan mendapatkan hasil yang baik.
Dan pemerintahan pun juga menganut strategi-strategi yang dilakukan lembaga sosial, namun sial, tak seperti lembaga sosial yang bergerak atas dasar kebaikan dan rasa kemanusiaan, pemerintah justru bergerak atas dasar kekuasaan. Lembaga sosial bersifat abadi dan bisa mati kapanpun, pemerintahan bersifat sementara karena batas waktunya sudah ditentukan. Jika masa waktu akan habis, mereka akan berarung kembali, dan tak segan menggunakan cara "sadis".
2018 ini adalah tahun terakhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo atau yang akrab disapa dengan Presiden Jokowi, partainnya serta rekan koalisi sudah memutuskan maju untuk berkuasa lagi.
Dan bencana di Lombok mungkin merupakan momen seksi untuk mengejar ambisi. Presiden mengambil momen ini agar tak terganti? Bisa jadi.
Seperti biasa pemerintah pusat akan meninjau lokasi bencana, yang sudah-sudah, pemerintah menunjukkan rasa simpati yang sedalam-dalamnya dengan cara bercengkrama langsung pada korban terdampak bencana. Itu sudah pasti mereka akan membicarakan masalah bantuan. Dan biasanya hanya sampai di situ. Karena pemerintah provinsi yang akan langsung turun tangan untuk menjelaskan bantuan kepada warga terdampak bencana.
Tapi beda dengan Presiden Jokowi, mungkin karena masa tenggangnya akan mau habis, makanya jadi beda. sang Presiden meninjau lokasi gempa ditemani langsung geubernur NTB yang dikenal dengan sapaan Tuan Guru Bajang atau TGB. Tuan Guru Bajang Bisa menjadi Gubernur NTB karena didukung Partai Demokrat. Namun belum lama ini TGB memilih keluar dari Partai Demokrat demi mendukung Presiden Jokowi dua periode.
Jokowi mengajak TGB naik helikopter untuk meninjau lokasi gempa. Pemimpin memang harus seperti ini, tidak lebih dari 1 kali 24 jam, sudah meninjau lokasi bencana, peduli sama rakyat itu perlu.
Bersama Gubernur Nusa Tenggara Barat, Jokowi dan ibu negara berkeling di daerah  terdampak gempa,  memastikan bahwa penanganan dampak gempa dapat diselesaikan dengan cepat dan baik, presiden juga ingin menyerahkan bantuan juga loh, tapi ini belum terkonfirmasi dananya akan dari mana pribadi atau uang negara, yang jelas di lokasi presiden Jokowi menjanjikan ingin memberikan bantuan berupa uang sebasar Rp 50 juta, kepada warga yang menjadi korban gempa. "Siapa pun tidak akan bisa melupakan kebaikannya".
Disamping itu, seperti dikutip dari laman kompas.com (30/7), dari lokasi bencana gempa, Presiden akan melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Dompu dengan menggunakan Helikopter Super Puma TNI AU.
Di sana, Presiden akan meresmikan Bendungan Tanju yang berada di Desa Tanju, Kecamatan Manggelewa.
Siang harinya setelah meresmikan bendungan, Presiden akan kembali ke Kabupaten Sumbawa dengan menggunakan Helikopter Super Puma TNI AU.
Dan di Kabupaten Sumbawa, Presiden menambah daya ingat masyarakat dengan menyerahkan sertifikat tanah untuk rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H