"Ini pak (sembari memberi uang), sang supir yang dingin itu menerimanya. "Mas saya tidak ada kembaliannya, ada uang pas aja nggak?", Keluh supir. "Oh ada pak, tapi uangnya ada dalam tas di bagasi", jawab saya.
Saya pun mengambil selembar uang seratus ribu dari tangannya, untuk ditukarkan dengan uang pas sebesar Rp65.000, dan turun untuk mengambil uang pas yang ada di dalam tas. Dan kembali saya menanyakan argo taxi. "Berapa pak ongkosnya tadi?", "165.000 Mas", sahutnya, dan saya langsung membayarkannya tanpa mengingat kembali uang 100 ribu yang sudah saya bayar sebelumnya.
Dua langkah berjalan, saya baru ingat, ongkos yang saya berikan berlebih Rp100.000, yang artinya saya membayar sebesar Rp265.000, memandang kearah taxi tersebut, rasanya ingin teriak memanggil kembali taxi itu, tapi apa daya, hanya cahaya dari lampu rem belakang saja yang terlihat, perlahan menjauh dan menghilang.
Yah sudahlah, abaikan saja. Tapi kejadian itu masih terbayang hingga saya berada dikamar. Setelah bersih-bersih, saya langsung merebahkan diri diatas kasur favorit dengan wangi khas aromanya. Tiba-tiba teringat kembali kejadian itu. "Supirnya enggak jujur", gumam saya dalam hati, kenapa tidak memberi tahu saya.
Entah mengapa saya langsung mengaitkan kejadian ini, dengan antrean di bandara tadi. Antrean taxi putih ini paling sepi, diantara antrean taxi yang lain. Kenapa kebanyakan calon penumpang itu lebih suka berada didalam antrean yang panjang?? Saya mulai bertanya-tanya, walau ingin sekali tidak memikirkannya.
Mungkin karena etika yang sedikit jongkok sang supir, sehingga membuat taxi putih ini sepi, bisa jadi hal inilah alasan calon penumpang enggan memilih taxi ini.Â

Dalam diam tersirat kekhawatiran saya untuk menjadi penumpang taxi ekspress lagi, Memang benar tidak semua pertemuan menjadi istimewa, dan setiap perpisahan kadang akan berujung kecewa, seperti yang baru saya alami ini.

Apa bila kalian sering menggunakan taxi, Pilihlah brand taxi terbaik untuk mengantarkan mu pulang. Brand baik, akan menyajikan servis terbaik, yang senantiasa akan membekali nilai-nilai kebaikan kepada para karyawannya (pengemudi/driver) Seperti nilai kejujuran, kesopanan, agama. Agar tercipta kenyamanan untuk para pelanggan, pelanggan pun akan balik mendoakan sang supir untuk kebaikannya.
Di lain waktu, semoga di dunia ini, saya tidak lagi berjumpa dengan mu lagi pak supir, tak ada sedikitpun rindu untuk menjadi penumpang mu.
"Bila kita tidak iklas memberi, nanti diakhirat kita akan dipertemukan. Orang itu akan menanggung dosa saya, dan menjadi saham saya yang bermanfaat didalam akherat.
Tulisan ini hanya curahan hati, kisahnya nyata sekali, terjadi belum lama ini. 20 September 2015. Tidak bermaksud untuk menghakimi. Hanya untuk menjadi kisah abadi dari pengalaman pahit saat menjadi penumpang taxi ekspress berwarna putih. Karena ini bukan perkara uang, ini perkara, karena Pelanggan/penumpang/customer yang telah memberikanmu makan atas izin tuhan. :)