Mohon tunggu...
Arief Budimanw
Arief Budimanw Mohon Tunggu... Konsultan - surveyor

rumah di jakarta..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ramadhan dan Hilirisasi

19 Maret 2024   12:19 Diperbarui: 19 Maret 2024   12:31 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suasana pasar dibuat lewat ai Bing. Pribadi. 

Kita beli karet pada petani karet

Kemudian kita olah jadi ban

Kita jual ban dan kita kaya

Tiba-tiba petani karet bikin ban

Lha kita jadi jualan apa dong?

Hilirisasi ya seperti itu

Kita bisa kaya dan makmur lewat sistem

Namun jika sistem diubah

Semuanya berantakan

Adaptasi atau mati

Dan semua kemudian membenci Jokowi 

Bulan puasa ramadhan adalah bulan berkah

Pedagang kecil dan menengah berjaya

Mereka mengolah dan memproduksi produk yang langsung dipakai

Dimakan

Dinikmati langsung masyarakat 

Namun juga perusahaan besar untung banyak 

Karena mereka masih punya celah yang aman

Yang tidak dimiliki pengusaha kecil

Jaringan dan modal besar

Semua senang 

Kecuali yang tidak punya uang

Tidak punya pekerjaan

Tidak punya pendapatan 

Orang orang sial

Di tengah kemakmuran 

Karena sakit dan tidak punya jaringan 

Tua dan apes yang datang bertamu

Sehingga hanya tersenyum kecut 

Melihat ramainya orang berburu takjil

Petani musuhnya cuaca

Pedagang musuhnya pajak

Pengusaha besar musuhnya kebijakan pemerintah 

Pemerintah musuhnya inflasi

Kenaikan harga barang pokok

Hari raya menjelang dan uang hilang 

Tiba-tiba hidup harus hemat

Setelah covid 19 lewat 

masalah hidup kok tetap banyak

Uang uang uang

Harga sayuran tinggi 

Beras di pasar mahal

Lontong bakwan mengecil

Banjir longsor dimana mana

Dan akhirnya melongo di depan tv

Berat juga ujian Allah awal tahun ini

Semoga cepat berlalu dan mampu melalui 

Dan lulus dengan predikat terbaik

Naik ke level yang lebih tinggi 

Menjadi kaya dan jaya

Lewat hilirisasi 

Entah bagaimana caranya 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun