Kicauan terbaru dari Federasi Hindia Belanda (FIN) menunjukkan bahwa mereka melontarkan tudingan serupa kepada Soekarno. Kebencian yang diungkapkan dalam laporan-laporan ini sangat besar. Sukarno baru-baru ini digambarkan sebagai penjahat, dengan garis hitam di depan matanya.
Sejarawan Indonesia Bonnie Triyana, yang bekerja untuk Rijksmuseum, bertanya-tanya dalam NRC tahun lalu mengapa Sukarno masih sangat dibenci di sini setelah sekian tahun. Sebagian jawabannya, katanya, terletak pada kenyataan bahwa banyak orang Belanda masih bergumul dengan masa lalu kolonial. Misalnya, dia berbicara dengan seorang pria sebelum pekerjaannya yang tiba-tiba memberi tahu dia bahwa Sukarno adalah seorang teroris.
"Dia telah membaca surat-surat tentara almarhum ayahnya dan menyimpulkannya dari mereka. Saya kira banyak orang Belanda yang trauma, sebagian karena merasa terpaksa meninggalkan Indonesia. Bagi mereka, Sukarno adalah personifikasi dari masa lalu yang menyakitkan dan penuh pahit. Tetapi saya pikir personifikasi itu tidak dapat dibenarkan. Citra Belanda tentang Sukarno telah terdistorsi oleh permusuhan dan disinformasi."
Ethan Mark, yang mengkhususkan diri pada sejarah Asia modern dan berafiliasi dengan Universitas Leiden. Ia berpendapat, siapa pun yang benar-benar ingin memahami Soekarno harus melihat dari sudut pandang Indonesia, semata-mata karena Soekarno bukan orang Belanda, melainkan orang Indonesia. "Di negara-negara Eropa lainnya ada kontra narasi selain versi sejarah yang dominan," katanya. "Itu yang dicanangkan oleh komunitas masyarakat adat dari bekas jajahan.
Di Prancis, misalnya, ini adalah Aljazair, di Inggris, India, dan Pakistan. Dengan kontra narasi mereka memberikan perspektif mereka tentang masa lalu. Itu bukan kisah sejarah yang dominan, tapi memang menyesuaikan.Â
Tetapi di belanda tidak ada cerita/narasi dari kedua belah pihak, dari versi Indonesia sangat jarang apalagi tentang sejarah Sukarno. Yang akibatnya Orang Belanda zaman kolonial bebas menyebarkan cerita sejarah versi mereka, dan ini yang dominan. Gagasan tentang masa lalu kolonial di Belanda tetap sangat sepihak dan hampir tidak berubah sampai sekarang. "
Mark juga mencatat bahwa pendudukan Jepang, terutama kekerasan setelah proklamasi kemerdekaan dan aksi militer Belanda antara tahun 1945 dan 1950, sering dipandang terpisah dari masa kolonial sebelumnya. Dari perspektif Belanda, Sukarno segera menjadi penyebab banyak kerugian dan (Indo) Belanda sebagian besar adalah korban.Â
Ilmuwan politik Herman Burgers menjelaskan dalam De garoeda en de stork bahwa perlawanan terhadap kehadiran Belanda di kepulauan Indonesia selalu ada.Â
Selama tiga abad pertama, kelompok penduduk dan kerajaan yang berbeda terus-menerus menentang pemerintahan kolonial, yang setiap saat mengakibatkan kekerasan. Tetapi pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya muncul gerakan yang kuat yang melihat semua orang asli nusantara sebagai satu bangsa, dan yang melihat hal ini salah satunya adalah Sukarno.
Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya. Ayahnya yang orang Jawa termasuk bangsawan rendah dan karena dia adalah seorang guru sekolah, dia memiliki akses ke pendidikan bahasa Belanda. Soekarno berhasil menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah kemudian melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Teknik di kampung halamannya.
Selama masa studinya, dia tinggal dengan Omar Said Tjokroaminoto, seorang pemimpin penting dari gerakan nasionalis awal. Itu adalah pengantar besar untuk nasionalisme Indonesia.