Nenekku dulunya pernah dagang sayuran di pinggir jalan sukajadi Bandung. Pasar pinggir jalan kakilima yang ramai ditahun 1980an. Uang gajian kakeku diputar lagi disitu untuk menambah penghasilan sehingga dapat  memenuhi kebutuhan hidupnya yang sederhana. Saat itu  zamannya Suharto berkuasa. Uang yang beredar masih sedikit, yang kaya masih bisa dihitung.  Disaat santai selesai dagang biasanya dia bercerita tentang uang masa dia kecil . Bagaimana uang seketip bisa  buat beli baju. Dan uang segobang bisa buat makan satu minggu katanya.
Karena  belum dapat gambaran berapa itu segobang, berapa itu sepeser,  beliau kemudian  menjelaskan sebagai berikut .
Dulu namanya DUIT. Itu mata uang Belanda aslinya. Dia bawa dari kaampungnya di Eropa. Â Nilainya kecil sehingga tidak berharga sama sekali dan dilupakan orang. Kemudian ada KEPING , uang ini dari sumatera dan jarang dipakai di pulau jawa. Kemudian GULDEN. Yang artinya emas padahal mah bentuk koinnya perak. Mau nepu dia. dasar Belanda penjajah. Â Nilainya sama dengan Rupiah.
SEN  nilainya seperseratus rupiah. Mungkin ini  asal kata dari persen dengan lambang % yang artinya seperseratus.  Mungkin. koinnya dilengkapi huruf dan bahasa jawa juga huruf arab tapi bahasa melayu.
Kemudian PINCANG. Yang nilainya adalah  1,5 SEN. Uang  ini sangat jarang terdengar dalam perbendaharaan kata uang.
Kemudian  yang paling dikenal yaitu  GOBANG atau BENGGOL, Nilainya 2,5 SEN. Bentuk koinnya yang lumayan besar sering digunakan buat kerokan. Enak banget tarikannya pas di kulit.  Set..
Kemudian KELIP. Nilainya 5 sen. Suka nyumput ini di kotak duit.
Kemudian KETIP, nilainya 10 sen. Biasanya disebut juga PICIS.
Kemudian TALEN, nilainya 25 sen.
Kemudian PERAK, nilainya 100 sen. Kalo disingkat mungkin 100%. Zaman Belanda satu rupiah sama nilainya dengan satu Gulden. Terbuat dari perak tapi ngaku-ngaku emas, ya ini Gulden.
.
Kemudian  RINGGIT, nilainya 2,5 perak. Bukan Ringgit Malaysia ya.
Terakhir KUPANG, nilainya setengah ringgit. Dan dari sini kemudian dikenal seringgit dua kupang. Lagu jaman dulu yang sudah tidak pernah terdengar lagi dinyanyikan. Dan dari sini pula kita tahu bahwa rupiah memang nilainya sudah kalah dari zaman belanda.
Pintar kan nenek saya, namun saat ini beliau sudah beristirahat dengan tenang dan jika dia melihat angka dan nilai uang yang ada sekarang ini mungkin akan terkaget-kaget.  Nilai uang sudah jauh berubah. Satu gobang yang dulunya bikin gagah jika ada di saku. Sekarang tidak ada nilai tukarnya. Hanya jadi koleksi para kolektor uang. Masa-masa gobangan sudah digantin gocap, cepek, gopek, goceng.  Sudah tidak terdengar lagi kata-kata sepeser atau setalen. Hitungan  angkanya sudah ribuan keatas, limaribu buat beli es cendol. Sepuluh ribu buat beli ketoprak. Lima juta DP motor. Tiga ratus duapuluh milyar DP balap mobil listrik. Empat ratus trilyun buat bansos. Zaman berubah bahasa berganti, dan uang makin banyak nolnya.
 Uang 1000 rupiah banyak tidak dihargai tukang parkir di indomaret. Namun pengemis dan pengamen akan sangat berterima kasih ketika kita memberikannya. Sekarang kita bilangnya ngumpulin recehan buat pulsa internet dan semangkuk berlian. Karena orientasi tujuan hidup sudah berubah. sudah tidak berfikir besok makan apa. tapi berfikir besok jadi apa, punya apa. Hebat kan. padahal perutnya kerubukan setiap hari dan ujung-ujungnya tipes.
Uang berapapun nilainya akan tetap berharga. Satu juta rupiah jika hilang serebu perak maka nilainya bukan satujuta. Punya uang itu wajib karena bisa ditukar dengan barang yang kita butuhkan. Semakin banyak uang semakin kita percaya diri. Dengan cerdas berperilaku maka akan semakin  dekat dengan apa yang kita inginkan. Semoga yang baca tulisan ini semakin banyak uangnya. Amien.