Namun syukur Alhamdulillah , kata warga sini, Â Ahok kalah sehingga progam pembersihan bantaran sungai tidak jadi dilakukan. Â Dan mereka pun bebas menggunakan bantaran sungai semaunya, semampunya.
Sebetulnya hal seperti ini  tidak hanya disini, ada di bantaran sungai di seberang Jl. Pramuka sari Rawasari .  Ada. juga di bantaran sepanjang kali sunter di Pulo gadung. Namun semua itu tidak separah yang di Palmeriam ini.
Di sini rata-rata sudah berbentuk garasi. Menjurus ke permanen. Yang saya takutkan hanya  pondasi dari bantaran yang dibuat untuk garasi itu.  Karena semuanya adalah swadaya masyarakat, dibuat seadanya, dengan hanya menambahkan semen dan pasir. Tanpa yang lain.
Di kota Jakarta ini memiliki mobil adalah hal yang mudah. Mobil bekas seharga belasan juta mudah didapat. Down payment mobil baru pun makin murah. Hanya dengan 12 juta rupiah sudah boleh membawa pulang  Calya teranyar di kelasnya. Karenanya warga betawi berlomba-lomba memiliki mobil.
Namun semua itu terkendala oleh pertanyaan. Dimana harus menyimpannya? Karenanya tanah adalah hal yang paling dicari berikutnya. Berapapun harganya pasti laku. Karenanya banyak orang Jakarta sangat mengidam-idamkan tanah. Berapapun biaya untuk menyimpan mobil pasti dicari. Dan akhirnya bantaran sungai dan tanah kosong menjadi tempat yang dipilih sebagai garasi. Â Walaupun nanti akan diusir Satpol PP atau Dishub mereka tidak terlalu peduli. Karena berfikir itu urusan nanti.
Harapan warga sini saat ini cuman satu.. semoga  pilgub berikutnya Anies terpilih lagi. Tidak peduli orang ataupun netizen mau ngomong apa. Lupakan semua peraturan yang ada. Karena peraturan dibuat sebetulnya buat manusianya juga. Jika tidak malah mengekang ya dirubah peraturannya. Bukan begitu?
Ternyata berfikir dengan pola pikir seperti ini  enak juga ya, walaupun rasanya aneh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H