tampak dari depan mesjid Al-alam marunda (dok. pribadi)
Mesjid al alam di marunda ini tempatnya terpencil. Posisinya terhalang gedung sekodah dasar yang sedang dibangun, juga tepat di tengah perumahan penduduk asli marunda yang padat. Terjepit oleh tembok-tembok tinggi yang sudah pasti menghalangi pemandangan.
Dengan lebar jalanannya Cuma 2 meter. Sudah pasti mobil tidak bisa masuk juga tanpa petunjuk arah. Benar-benar tersembunyi lokasinya. Menyedihkan rasanya untuk sebuah mesjid yang bersejarah. Padahal dari sinilah sebetulnya awal dan cikal bakal Jakarta terbentuk.
suasana di dalam mesjid (dok. pribadi)
Mesjid Al-alam Marunda benar-benar mesjid kuno yang terawat baik. Dengan ruang utama yang memiliki 4 tiang utama yang besar dan kokoh mesjid ini memperlihatkan keasliannya. Jika pembaca pernah mengunjungi mesjid pertama di kota Palopo, nah persis seperti itu suasana  didalamnya. Khusuk dan lain rasanya. Merinding saya ketika merekam suasana didalam mesjid itu.  Bedanya adalah untuk mesjid alam mempunyai 2 buah teras yang terletak didepan pintu masuk dan teras belakang mesjid yang digunakan khusus untuk shalat para wanita. Sehingga  pria dan wanita terpisah.
Terakhir kita menuju pantai marunda.  Dekat juga dari mesjid  ini.  Disini kita bisa menikmati pantai  kecil yang dikelilingi tembok dan tambak. Pantainya tidak memiliki pasir pantai untuk direnangi karena langsung ketemu air laut. Sehingga  tidak bisa berharap banyak dengan pantai ini apalagi disaat air pasang.  Namun cukuplah jika ingin menikmati angin pantai atau sekedar menatap laut lepas yang sudah penuh dengan bagan apung untuk menangkap ikan laut.  Ada beberapa susunan bambu dan kayu yang menjorok ke laut untuk menikmati laut sambil naik perahu nelayan.
pantai marunda yang kecil dan sempit (dok. pribadi)
Marunda yang malang , pantainya dipagari tembok di kanan kirinya. Memanjang sepanjang garis pantai. Menghalangi orang-orang yang hanya ingin sekedar melihat laut. Apakah ini disengaja agar masyarakat yang mau melihat pantai untuk membayar. Â Tidak ada yang gratis di Jakarta, walaupun hanya untuk sekedar melihat laut.
jalan masuk pantai Marunda berupa jembatan yang terbuat dari bambu. nampak tembok pembatas yang memanjang dan menghalangi orang luar jika ingin melihat laut. (dok. pribadi)
 Marunda yang sempit, disini sudah berdiri
Rusunawa marunda yang mulai ramai dengan datangnya penghuni-penghuni baru hasil gusuran Ahok. Â Namun ada kabar kurang bagus juga yang mengatakan bahwa sebentar lagi Marunda akan digunakan sebagai Tempat pembuangan sampah Terakhir (TPST) . Menurut Peraturan Gubernur DKI no.77.2099 dari lahan seluas 148 hektar yang ada di kelurahan Marunda , pemprov menargetkan 64 hektar untuk dibangun waduk dan 12 hektar sisanya sebagai TPST. Dan sekitar 2000 ton sampah perharinya akan dikirim kesini. Nah loh..
hutan bakau yang tersisa, sebentar lagi hilang ditelan rakusnya kota jakarta (dok. pribadi)
Memandang pantai, hutan bakau dan suasana rusunawa Marunda disini yang damai dan nyaman. Jadi berfikir sebetulnya Marunda bisa menjadi tempat yang lebih menarik, alami dan modern. Semua potensi itu ada di Marunda. Semoga pemimpin Jakarta bisa lebih berimajinasi. Seperti cerita spongebob dan Patrick star saat di dalam kardus. Imajinasi tidak ada batasnya, dimanapun kamu berada bisa menjadi tempat yang indah dan damai.
https://www.idntimes.com
https://metro.news.viva.co.id
https://id.m.wikipedia.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Trip Selengkapnya