Minggu malam saat keluar rumah untuk membeli nasi goreng di perempatan jalan. Sambil menunggu pesanan datang, saya  mendengar  ceramah di pengeras suara mesjid.
" .. anak-anak kita sudag diperbudak oleh hp. Kemanapun mereka jalan selalu mengganggam hape. Hape telah mengendalikan isi pikiran mereka. Tahukan kalian.. kalau hape itu buatan Yahudi. Dia dibuat agar umat islam bodoh. Dibuat agar umat islam kalah dan akhirnya di perbudak oleh mereka. Hape, televisi dan internet itu sangat berbahaya. Itu semua buatan yahudi agar umat islam bodoh dan miskin. Â Semua barang-barang yahudi dikirim kepada kita adalah sebagai konspirasi global agar umat islam kalah dan makin kecil."
Keras dan tegas ceramahnya.
Entah kelanjutannya saya tidak mendengar lagi. Namun mendengar isi ceramah itu saya jadi berpikir: betapa  naifnya kita, selalu berpikir adanya konspirasi global yang akan menjatuhkan umat Islam.Â
Kita selalu mengiyakan ucapan dan ceramah para sepuh kita. Mereka --mereka yang sangat kita hormati, apapun yang dikatakannya tidak akan pernah kita bantah. Karena kita percaya mereka itu orang baik dan berniat baik. Â Beliau-beliau ini lebih tahu dan lebih berpengalaman hidupnya daripada kita.
Namun setelah dipikirkan dan melihat kenyataan dilapangan apa yang dikatakan sangat berbeda dengan apa yang dikabarkannya. Â Hape, internet dan televisi adalah pintu untuk maju. Pintunya peradaban berikutnya.Â
Mungkin konspirasi global. Namun tetap harus digunakan dan dimanfaatkan. Jangan malah menjauhi dan melarang memakainya. Karena yang diperlukan adalah manajemen waktu pemakaian gadgednya.
Para sepuh kita adalah generasi tahun 1960-1990 , mereka adalah yang bekerja keras dari nol dan hidup dari mulai zaman susah.  Masa saat televisi masih hitam putih.  Merasakan bagaimana degdegannya jantung ketika menerima surat dari pak Pos. Bepergian jauh dan larut malam namun tetap merasa  . Namun generasi ini  selalu berfikir bahwa keadaan saat ini menakutkan. Masa depan Indonesia menakutkan. Masa depan Islam menghawatirkan.  Mereka sangat takut dengan globalisasi, apalagi perdagangan bebas.
Saat ini jalan raya semakin banyak dibangun. Namun tetap saja jalanan semakin macet. Â Di Jakarta hampir setiap keluarga memiliki sepeda motor. Minimal satu buah pasti ada di dalam rumahnya. Ketika anaknya masih kecil biasanya satu buah. Â
Saat anaknya beranjak remaja pastilah akan dibelikan sepeda motor. Sehingga kemudian rumah itu berisi 2 buah sepeda motor. Ketika masa ini lewat anaknya mulai bekerja maka keluarga ini akan membeli sebuah mobil untuk alat transportasinya. Sepeda motor tetap ada. Itu real. Rumah mereka bagus-bagus dan layak. Namun tidak semua.
Dalam setiap kemajuan pasti ada yang jatuh dan tertinggal. Menyerah dan menunggu mati. Â Mereka inilah yang akan merasakan pedihnya masa depan. Mungkin karena hidup sendiri dan tidak mempunyai keahlian.Â
Malas untuk belajar lagi, dan menganggap semuanya berjalan seperti biasanya. Â Dan terkaget-kaget ketika tetangga sebelah tiba-tiba menjadi orang kaya dan terpandang, padahal dulu pergi sekolah bareng dan saat ulangan nyontek punyanya.
Globalisasi itu sudah menjadi keniscayaan. Dan mereka inilah yang tertinggal. Hidup penuh dengan lagu-lagu lama.
Old black Joe still picking a cotton
the poor stay poor
the rich get rich
that how its goes.. everybody knows.
Mereka ini selalu berfikir yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Walaupun keadaan di rumahnya sudah penuh dengan mobil , motor, kulkas dan segala macam kemewahan yang selalu diimpikan saat kecil. Kekayaan yang mungkin didapatnya dengan memeras keringat siang malam. Alam fikiran memang lebih susah dirubah. Mereka jadi hidup dalam keresahan. Dan menikmati rasa takutnya itu.
Saat ini kita sedang booming.. sedang mudah-mudahnya membeli dan mendapatkan mobil. Dpnya murah. Cicilannya ringan. Apalagi sejak adanya Grabcar dan Go-Car yang memudahkan orang memperoleh mobil. Dan memberikan jalan untuk mencicilnya. Rumah dan tanah semakin mahal, namun semakin dicari. Karena demikian mudahnya memperoleh uang.
Para generasi baru  dan milenial dimudahkan mendapat uang. Mereka mulai menemukan sumber-sumber uang baru. Pohon-pohon uang mereka tanam dimana saja. Jika masa lalu kerja itu nine to five. Senin sampai sabtu.Â
Sekarang bahkan sambil tiduran saja uang berdatangan. Mereka jalan-jalan tetapi juga bekerja. Â Hidup selalu optimis. Selalu berfikir bahwa esok pasti ada. Besok pasti bisa. Â Dan dari merekalah para generasi sebelumnya akan menikmati hidup.
Saya selalu cemburu kepada mereka yang bisa sedemikian mudahnya mendapat puluhan bahkan ratusan juta dalam sehari. Dan itu ada. Tidak instan namun bertahap. Belajar. Jatuh dan bangun. Namun berhasil. Dan itu berkat globalisasi. Pasar bebas.
Pasar bebas adalah suatu system ekonomi dimana seluruh kegiatan ekonomi, mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan kepada mekanisme pasar  dan hal ini tidak bisa dihindari. Dengan adanya pasar bebas kualitas dan kuantitas produksi pasti meningkat. Lebih canggih, lebih indah, lebih murah. Lapangan kerja meningkat , jalan-jalan mudah dan makin jauh.
Memang ada dampak negatif dari globalisasi dan pasar bebas ini. Konsumerisme makin gila, Â perusakan alam untuk dibangun pabrik ataupun kebun sawit. Namun itu semua tergantung kita dan pemerintah sebagai pembuat kebijaksanaan. Jika managemennya baik maka semua alam dan kekayaan kita bisa digunakan untuk kemakmuran warganya.
Alhamdulillah.. Saat ini pemerintah memberikan bantuan kepada mereka yang merasa tertinggal oleh kemajuan zaman, mereka yang ingin menyerah dan menunggu mati. Entah itu berupa beras 10 kg setiap bulannya, ataupun bantuan operasional sekolah dan sekolah gratis untuk anaknya,  yang  pastinya akan sangat  membantu mewujudkan harapannya , yaitu harapan  anaknya nanti kelak mengangkat derajat hidupnya.Â
Semoga dimasa depan dengan semakin banyak orang kaya dan semakin sedikit orang miskin alam tetap bersahabat. Longsor, banjir gunung meletus pasti masih ada, namun dengan antisipasi yang baik mudah-mudahan tidak akan banyak makan korban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H